•Again•

3.9K 563 15
                                        

Hayo yang udah baca sampe sini tapi belum nge vote. Balik lagi sana dari awal untuk ngevote🙏🏻

***

Hyura's POV

"Hei! Siapa disana?"

AHHH BODOH HYURA BODOH UNTUNG LO BISA KABUR. Cuma gara-gara mau bersin gue hampir ketawan sama mereka. Debu sialan.

Gue gak ngerti tadi mereka sempet liat gue apa engga, yang jelas abis gue jatoh dari kaleng yang gue injek gue berusaha lari secepat mungkin, beruntung gue bisa nyampe halte dengan selamat.

Ah. Kaki gue yang belum 100% sembuh malah kambuh lagi. Ngomong apa gue nanti.

Hari udah semakin gelap dan keadaan gue kayak orang gila sekarang. Akibat jatoh tadi seragam dan badan gue jadi ikutan kotor.

"Heol! Kau darimana?" tanya Oppa waktu gue baru aja menginjakkan kaki di lantai rumah. Dia ngeliat gue dari sofa didepan tv. Gue menempelkan jari telunjuk di bibir gue memberikan isyarat agar Oppa tidak berisik, karena kalau Eomma ngeliat gue dengan keadaan gue sekarang mungkin bakalan kena oceh semalaman. Masih inget kan dengan fakta gue sering jatoh? Nah. Eomma udah capek dengan kebiasaan gue yang satu itu, ditambah kecerobohan gue yang diluar batas kemampuan seorang manusia.

Lah, terus gue apa?

Skip skip

Waktu gue baru selesai mandi dan mau masuk ke kamar tiba-tiba Oppa manggil "Hyura-ya"

"Eoh?" jawab gue sambil menghentikan kegiatan yang baru gue lakukan—ngeringin rambut pake handuk—.

"Yang saat itu mengantarmu pulang, salah satu dari mereka nampak tidak asing" ini orang ngomong sama gue tapi dia ngadep tv.

"Siapa? Jungwoo? Lucas?" jawab gue malas.

"Yang tampan tapi tidak lebih tampan dariku" langsung saja gue lemparin ini handuk yang gue pegang kearah dia.

"Ck, siapa? Keduanya tampan"

"Yang tinggi" Oppa cuma menyingkirkan handuk itu dari wajahnya. Kemudian menatap gue sekilas tapi abis itu balik lagi ngadep ke tv.

"Ah, Lucas? Dia tinggal di lingkungan ini juga kau pasti sering melihatnya dijalan" kata gue sambil ngambil handuk dari sofa yang dia duduki dan berjalan ke kamar gue lagi.

"Apa iya?" gue gak nengok kearah dia, gue juga yakin dia ngomongnya sambil ngadep tv. Padahal yang diajak ngomong ada di samping dia. Oppa laknat emang. Untung ganteng, kayak Sehun.

"Tapi dia mir—"

"Sudahlah, aku mau tidur, capek" Omongan Oppa terpotong saat gue udah ngebuka pintu kamar kemudian menutup pintu itu.
***

"Kalian tidak lupa kan kalau lusa adalah hari olahraga nasional?"

"Aahhh"

Seisi kelas hampir lupa dengan kegiatan itu. Setiap hari olahraga nasional pasti seluruh sekoalh di negeri ini merayakannya dengan mengadakan lomba-lomba antar kelas. Termasuk sekolah gue. Sebenernya info ini udah gue denger dari semenjak gue sekolah disini selama 2 minggu tapi setelah itu gak ada yang sibuk membicarakannya. Padahal kegiatan ini cukup seru, ah tidak, sangat seru kalau di sekolah gue dulu. Karena gue adalah salah satu yang terbaik kalau soal olahraga. Hampir semua olahraga gue bisa memainkannya. Kecuali sepak bola tentu saja.

"Untuk kelas kita siapa saja perwakilannya sudah ditentukan?" tanya ssaem sambil membereskan bukunya. Sebentar lagi memang pelajarannya akan habis.

Don't Go - Lucas NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang