1. PUTRI DAN MARKO

306 14 7
                                    

▪▪■♡ Aku tidak punya kelebihan selain
mencintaimu berlebihan♡■▪▪
~

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Januari, 2015

Pagi itu, pukul 07.30, di sebuah terminal bus sudah cukup ramai. Sebenarnya terminal yang terletak Kota Makassar itu selalu ramai tanpa mengenal waktu.

Mobil angkot berwarna biru berjejer di sisi jalan menunggu penumpang turun dari bus, yang datang dari berbagai daerah. Sudah menjadi aturan kalau bus hanya boleh memuntahkan manusia di dalam lokasi Terminal.

Seorang gadis berambut panjang berlari melintasi jalan raya menuju terminal bus yang ada di seberang jalan. Ia memakai topi, dengan ransel biru di punggungnya. Sebelum naik ke salah satu bus, gadis itu memperbaiki ikatan tali sepatunya.

Beberapa kondektur menyebalkan menawarinya bus yang kosong menuju daerah lain, yang jelas-jelas bukan daerah tujuannya.

Ia sudah tahu akan naik bus yang mana, jadi para kondektur dan penawar jasa angkut barang itu diabaikannya. Lagipula, barang apa yang ia bawa selain ransel kecil yang hanya muat untuk dompet, ponsel dan sepasang pakaian? Putri berjalan terburu-buru kemudian berlari naik ke bus yang sudah sangat ia kenal, bus menuju ke kabupaten Luwu Utara.

Ia takut kalau sampai tidak mendapatkan tempat yang kosong. Alasan yamg lain adalah, ia berlari karena kesal dengan kondektur bandel yang agak memaksa naik busnya tadi.

"Pulang kampung lagi, Put?" Tanya Tom, kondektur bus yang sudah ia kenal sejak lama.

"Iya, Daeng. Ada yang ketinggalan!" Putri menjawab sambil menatap satu demi satu kursi yang kosong, "di sini kosong kan, Daeng?" Putri melempar pantatnya di kursi nomor sepulu. Itu adalah posisi kursi paling nyaman baginya.

"Kosong! Penumpang sepi karena ini bukan hari libur lagi." Jawab kondektur berbadan gempal yang sedang menghitung uang di tangannya. Sering disapa daeng, yang artinya abang.

Penumpang di atas bus itu memang hanya sedikit, tak sampai sepuluh orang dewasa. Putrilah satu-satunya anak muda, sedangkan yang lain adalah orang dewasa bersama anak balita mereka. Ada juga sepasang kakek-nenek. Tidak ada mahasiswa selain dirinya.

Pagi itu, Putri meninggalkan kota Makassar, dan terpaksa tidak masuk kuliah di hari pertama, setelah usai libur natal 2014 . Ini adalah perkuliahan pertama pada tahun 2015, namun terpaksa merepotkan Marko lagi, untuk mengerjakan tugas-tugasnya yang sungguh sulit dipahaminya.

Tanpa ragu menelpon sahabatnya yang merupakan mahasiswa paling tua di kelasnya, yaitu; Marko. Semalam ia sudah mengirim E-mail tentang tugas yang harusnya ia kerjakan selama hari libur. Namun tugas itu ia timpahkan kepada Marko. Sekali lagi, Putri sangat tidak paham dengan tugas menyebalkan itu. Untung saja Marko sangat baik mau membantu.

Ia merogoh tasnya dan meraih benda pipih yang ada di dalam kemudian menelpon Marko.

"Halo, kak Marko?"

"Assalamualaikum, Put."

"Kak, titip tugasku, ya? Sekarang aku sudah di bus. Bye!"

Menutup telepon tanpa pamit atau tanpa menunggu jawaban lawan bicara. Baginya, kesantunan berbicara hanyalah basa-basi. Atau mungkin itu cuma alasan, agar ia bisa menghemat pulsa.

Gadis berusia 22 tahun itu melihat pergelangan tangannya, ternyata masih ada beberapa menit untuk menyantap nasi kuning yang dijual pedagang asongan yang ia lihat di luar kaca jendela bus. Tadi ia sangat terburu-buru karena takut ketinggalan bus langganannya itu. Ia membuka kaca jendela dan mengeluarkan setengah kepalanya dari jendela.

Mencintai Hingga LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang