17. MALAM PENUH DOSA

97 8 2
                                    

▪■■☆ Keputusan menentukan nasibmu. Berdiam diri tanpa mengambil keputusan sudah merupakan 'Keputusan'☆■■▪
》◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◆◆◆◆◆◆◆◆◆MHL◆◆◆◆◆◆◆◆◆◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇《

Malam yang dingin, sepi dan mencekam. Marko terpaksa mengakali Putri agar mau ikut dengannya. Kalau tidak, ia kehabisan waktu berduaan dengan sahabat kecintaannya itu.

'Seperti Chinderella saja, dia sangat takut dengan jam 12 malam. Apa dia akan berubah jadi upik abu setelah jam 12 malam? Yang benar saja.'

Suanana dingin memancing hasratnya ingin memeluk tubuh molek Putri sejak mereka duduk di halte tapi ia tidak senekat itu. Perlahan ia mendapatkan cara untuk terus bisa mendekati Putri hingga mereka benar-benar tiba di rumahnya. Ada rasa takut jangan sampai Rara tahu tapi ada gairah ingin selalu dekat dengan Putri.

Sangat terlambat baginya merasakan getaran jiwa sehebat ini. Di pertengahan jalan ia memberanikan diri untuk menuntun kedua tangan Putri memeluk tubuhnya dari belakang di atas motor metik milik Marko yang belum lunas. Ia sangat kedinginan. Putri diam saja karena ia juga kedinginan, dan ini pertanda baik untuk Marko.

Kesalahan Marko adalah memutar movie yang fulgar, hingga Putri merasa risih berada di sampingnya.

Marko tidak bisa menahan dirinya, entah setan darimana yang menarik kakinya masuk ke kamar yang sedang dihuni Putri. Tadinya ia sudah sepakat dengan dirinya sendiri untuk tidur di depan TV tapi Putri sangat menggoda iman.

Marko perlahan mengintip Putri, ternyata dia belum tidur. Hujan semakin deras dan angin kencang membisingkan atap. Marko bisa pastikan tidak ada yang bisa mendengar keributannya dengan Putri.

Ada bagian tubuhnya yang nyeri dari tadi menahan hasrat bawaan iblis. Tanpa mengingat lagi siapa Putri dan siapa Rara, ia begitu enteng memberanikan diri berdiri depan pintu.

"Kamu tidak keberatan aku tidur disini?" Badan Putri yang terbungkus selimut putih membuatnya semakin penasaran.

"Hah? Ke-keberatan? Ti-tidak!" Putri terbata dan Marko yakin dia ketakutan. Marko masih bisa menahan diri tapi keinginan bejatnya ingin menggerayangi tubuh gadis imut itu terus merasuk di kepalanya.

Putri lekas berdiri ingin meninggalkan kamar itu dan berkata, "biar aku tidur di luar saja." Putri menpercepat gerakannya bangun tapi Marko masih berdiri di pintu.

'Kau mau lewat jendela?' Benak Marko tertawa.

"Jangan pergi! Kamu di situ saja. Tempat tidur itu cukup besar untuk kita berdua." Marko menahannya dengan tangan direntanggkan menekan bingkai pintu. Putri berusaha tunduk tapi tangan Pria kekar itu memagari kebawah. Tangan kecilnya berusaha mendorong tapi tingkahnya justru membuat Marko semakin gemes melihatnya. Sentuhannya mendorong badan Marko meningkatkan hasratnya sampai di ubun-ubun, Marko tidak bisa menahannya lagi.

"Kak, aku mau pulang saja. Aku takut di sini." Putri mulai berkaca-kaca, Marko jelas jadi kasihan. Ia kembali sadar dengan kejahatan yang baru saja merasuki pikirannya.

"Ini hujan, Putri. Lagian, kamu mau tidur dimana?" Marko menenangkan gadis rambut panjang itu dan perlahan mengarahkannya duduk di tepi ranjang. Marko sebenarnya merasa berdosa membuat air mata Putri berlinang tiada henti. Bahkan dia kewalahan menghapus air matanya. Putri hanya tertunduk tak berani menatapnya.

"Maafkan aku, Putri. Aku tidak bermaksud jahat sama kamu." Ia menyekah air mata Putri yang terus mengalir tanpa isak tangis.

'Lagi-lagi aku melihat cara menangis yang indah. Tidak seperti Rara yang menangis sambil berteriak tidak jelas membuat kepalaku pusing saja.' Batin Marko terkagum.

Mencintai Hingga LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang