12. SEPERTI TUAN PUTRI

67 11 1
                                    

▪■■☆ Jangan memperlakukanku seindah ini
Aku takut menginginkannya sedangkan
aku bukan siapa-siapa☆■■▪
_______________________________________________

Plak...

"Aw," desis Putri spontan saat Marko memukul keningnya dengan gulungan kertas.

"Melamun terus." Marko mengambil posisi duduk di atas meja (meja bersambung dengan kursi yang kududuki).

Putri terus memijat kening meski sebenarnya tidak sakit. Marko tersenyum memiringkan kepala tak berhenti menatap wajah gadis yang diam-diam ia sukai itu.

'Sumpah, aku tidak berani mengangkat wajah,' umpat Putri.

"Sakit, tau!" Keluh Putri. Harusnya ia jujur kalau sebenarnya menunggu moment ini, dimana Marko mengganggunya terus-terusan. Tapi di sisi lain Putri tidak mau memanjakan perasaannya.

"Masa begitu saja sakit?" Marko mengacak rambut Putri kemudian duduk di sampingnya lalu berkata, "sibuk apa kamu, Tuan Putri?"

Putri tersenyum simpul tak mau berkomentar apapun. Marko menggaruk telinga lalu mengutak atik ponselnya.

"Jalan yuk! Mumpung tidak ada dosen." Sms Marko masuk. Lucu, kan? Padahal mereka duduk berdampingan.

"Kemana?" Putri menjawab ajakannya dengan suara yang lantang. Sebenarnya ia mau tapi ia pura-pura bersikap tidak mau.

Ada pepatah yang mengatakan bahwa perempuan wajib sok jual mahal. Karena perempuan memang harus mahal. Mungkinkah Putri bisa berlakukan itu pada Marko?

"Mancing!" jawab Marko bersemangat, "aku sudah siapkan dua set alat pancing."

"Hmmm, aku pikir-pikir dulu deh." Jawab Putri.
'Hei, itu hobiku dari kecil.' Gumamnya dalam hati.

Sudah 4 tahun Putri tidak pernah lagi bermain-main dengan kail dan cacing. Sebenarnya ia suka sensasi adegan tarik tambang dengan ikan saat umpannya dimakan. Hobinya murah, tapi sensasinya mahal. Begitu kira-kira pandangan mereka yang suka memancing. Tapi sekali lagi, Putri harus jual mahal.

"Tidak mau?" Marko serius bertanya.

"Mau!"
'Ah, aku gagal sok jual mahal.'

Dan pada akhirnya Putri yang berusaha keras sok jual mahal, kini gagal menahan diri dari ajakan Marko. Bagaimana tidak, hobi mereka adalah sama.

"Mancing dimana?" Tanya Putri penasaran.

"Di sini!" Ucapan Marko membuatnya bingung.

"Di mana? Putri mengernyit.

"Mancing emosi kamu disini." Marko berhasil melukis garis senyum asli di wajah Putri.

"Iyiih... serius!" Putri sungguh terpancing.

"Haha... aku serius," Marko terbahak, "kita mancingnya tidak jauh dari tempat kita kemarin terjebak malam."

Marko tak sengaja mengingatkan kejadian malam itu. Malam ketika Putri terlelap dalam pelukannya. Putri sungguh malas mengingatnya dan ia tidak akan berpikir kalau Marko menyukainya. Baginya itu sudah jelas tidak mungkin karena ia menilai Marko sebagai pria yang setia. Sama seperti dirinya, terlalu dan selalu setia hanya untuk 1 orang yaitu, Reno.

'Aku? Haha... Rara sangat cantik. Ibarat kata, dia adalah merpati sedangkan aku hanyalah kampret yang menggelantung di pohon.'

Urusan hatinya yang ia curigai diserang virus baper, itu hanya ketakutan semata. Kalaupun ia benar-benar baper, ia siap melakukan apa saja untuk membasmi virus-virus unfaedah tersebut. Kira-kira seperti itulah kenaifan Putri,

Mencintai Hingga LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang