▪■■☆ Mengapa harus menunggu kalau sudah
tahu dia bukan milikmu? Kau yakin itu cinta? Atau kau yang keras kepala menamainya cinta? Hei, Putri. ☆■■▪
_______________________________________________________________________Putri melihat ke kiri dan ke kanan di tepi danau menunggu kedatangan Marko yang katanya 5 menit lagi akan tiba.
'Ah, kenapa juga aku harus percaya? Lagi pula, siapa dia? Kenapa harus menunggunya?'
Menit ke 7 justru datang si Topan, sahabatnya sekaligus teman kerjanya waktu di cafe. Topan lagi. Ah, paling dia mau curhat tentang Via, pacarnya yang berselingkuh dengan sahabatnya. Kenapa pula sahabat selalu jadi perusak dalam hubungan? Seakan Putri merasa malas mendengarnya. Sama saja seperti Reno.
Di sisi danau di samping pohon kering nampak Putri berdiri dibalut celana pendek, jaket biru dan ransel kecil di punggungnya. Kali ini dia tidak memakai topi terbalik lagi seperti preman pasar.
Sepatu ketsnya tidak asing lagi, sering dia pakai ke kampus. Matanya dipasangi maskara, tumben sekali dia berdandan. Gayanya sore itu sangat cocok dengannya tapi celana pendeknya jangan. Kulit putihnya nampak cerah. Ternyata dia manis juga kalau sore, ternyata dia hanya tidak mandi bila ke kampus, tapi mandi setelah pulang ke kost. Itu karena dia selalu telat bangun.
Marko baru saja ingin berhenti, tapi ada sèorang pria sebaya dengan Putri berhenti di depannya. Putri belum menyadari kalau Marko berada tiga meter dari belakangnya. Marko masih bisa mendengar samar-samar obrolan mereka.
"Kamu ngapain sendiri di situ? Sudah magrib ini. Ayo pulang! Ini mau hujan loh." Lelaki itu seperti sudah sangat akrab dengannya.
"Aku tidak mau, Topan." Putri menghentak kaki kanannya.
"Kamu mau kemana?" Raut wajah lelaki muda itu nampak mencemaskan Putri.
"Aku mau di sini!" Suara Putri terdengar sangat serak. Sepertinya dia habis menangis keras.
"Di sini dengan gaya seperti itu? nanti dikira cewek tidak benar. Sini aku antar pulang!" Topan memaksa Putri naik ke boncengannya.
Putri menggeleng kepalanya, pertanda tidak mau ikut. Dengan menggeleng kepala, akhirnya menyadari kalau Marko ada di belakangnya. Marko memajukan motornya hampir berhadapan dengan motor Topan. Putri semringah melihatnya dan Marko merasa sedang ditunggu dari tadi. Topan langsung menyalakan motornya dan pamit, "aku pergi dulu kalau gitu, Put."
Putri sama sekali tidak peduli dengan kepergian Topan. Topan yang sudah pergi namun sesekali menengok dengan tatapan keheranan bercampur sinis melihat Marko.
Tatapan Marko membuat Putri tersipu. Ia merasa ada yang aneh dengan dirinya. Mungkin karena ia memakai maskara? Terpaksa memakai maskara agar sembab di matanya tersamarkan. Putri berdandan tipis tapi rasanya ia sedang salah kostum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintai Hingga Luka
RomancePublish 24 Januari 2019. ________________________________________________________________ Semua tragedi adalah menakutkan "Kadang warna kehidupan berasal dari sebuah noda, karena tak selamanya pelangi datang tepat waktu untuk mewarnai perjalanan tak...