▪■■♡ Jangan mengejar cintanya lagi, ada aku di sini yang berusaha keras menghiburmu setiap dia menyakitimu. Kau tidak
akan paham kalau kubilang, rasamu dan
rasaku saat ini sama saja♡■■▪
___________________________________________________________Reno berhasil membuat Putri kasmaran lagi setelah bertengkar hebat gara-gara perselingkuhannya dengan seorang wanita yang mengatai Putri 'anjing' lewat telepon. Putri yakin setelah Reno tahu bahwa perempuan itu telah kenghina Putri, mereka pasti bertengkar sebelum Reno mencampakkannya.
Meskipun Reno meniduri banyak wanita di luar sana, dia tidak pernah menjalin hubungan serius selain dengan Putri. Mereka sudah 3 tahun bersama tetapi dari sekian banyak wanitanya, paling lama di antaranya hanya 3 bulan bersama wanita cipit dan gendut 30 tahun itu. Wanita itu adalah guru agama di salah satu SMP elit di Jakarta.
Reno gampang saja mendapatkan hati Putri kembali. Dan memang hatinya tidak pernah lepas dari kepemilikan Reno. Setelah dia melakukan kesalahan, cukup minta maaf, berjanji tidak akan mengulanginya dan dia mengingatkan janjinya akan menikahi Putri sebentar lagi. Gampang, kan? Dia tidak perlu repot merayu. Apalagi setelah dia mengajak Putri berlibur ke Bali, tentu Putri bisa memaafkan kesalahannya walaupun lebih dari itu.
Pertanyaan menohok yang baru saja dilontarkan oleh Marko tidak begitu berpengaruh tetapi ada pernyataan darinya yang seolah-olah Putri harus memikirkannya kembali. Marko ada benarnya, bagaimana kalau Reno menyakitinya lagi atau melakukan kekerasan fisik. Sepertinya Bali bukan tempat berlibur yang tepat untuk mereka berdua.
Tapi siapa Marko? Kenapa dia harus peduli? Kalau dibandingkan Marko yang sekarang dengan Marko 3 tahun yang lalu, dia sangat berbeda.
***
Hari yang menyebalkan ketika itu. Putri baru ingat kalau ada tugas kelompok yang harus dikumpulkan hari itu juga. Meskipun ia yakin teman kelompok lainnya sudah mengerjakan tanpa harus melibatkan dirinya, tapi ia tidak yakin namanya ditulis di sampul tugas itu (biasanya begitu). Dalam satu kelompok terdiri dari 6 orang. Salah satunya adalah pria yang berpenampilan formal itu."Ada namaku, kan?" Tanya Putri. Ia masuk masuk begitu saja di antara kerumunan 5 orang yang sedang berdiskusi itu.
"Siapa namamu?" Jawab seorang pria dingin di antaranya.
"Putri Kirana."
Putri mengerti jika namanya kurang famous. Ini baru semester awal dan Putri memang jarang bergaul dengan teman sekelas.
"Kalau merasa ikut kerja kelompok, berarti ada namamu." Sedikitpun pria dingin itu tidak melirik Putri.
"Aku tidak punya nomor telepon kalian." Alasan yang tidak masuk akal membuat Marko mahasiswa tertua di jurusan psikologi itu tertawa sinis.
"Mahasiswa atau bukan?" Tanya Marko lagi.
Pertanyaannya seperti seorang dosen atau kakak senior. Sangat menyebalkan tapi Putri tidak punya pilihan lain selain sabar karena memang itu adalah kesalahannya.
"Ada kok. Tenang saja!" Jawab Puput ketua kelompok.
Selain cerdas, gadis hijab besar itu memang tidak mau pusing dengan anggota kelompok yang malas. Tentu ini kesempatan yang baik bagi mahasiswi pemalas seperti Putri, yang tidak perlu ikut kerja kelompok tapi namanya masuk dalam daftar nilai. Asal jangan ikut presentase di depan kelas saja, karena ia tidak mungkin memahaminya.
Sikap Marko membuat Putri merasa kalau laki-laki 29 tahun itu tidak sudi kalau Putri bergabung dalam kelompoknya. Tapi harus bagaimana lagi? Setiap kelompok ditentukan oleh dosen yang bersangkutan. Lagipula, Putri tidak peduli.
'Memangnya dia siapa? Bapak-bapak yang tidak tahu malu ikut kuliah dengan anak muda seperti kami.'
Putri heran, kenapa fakultas mau menerima mahasiswa setua dia.
'Pacarku saja yang lebih muda dari dia sudah tidak pantas duduk dengan anak muda yang masih tergolong ABG seperti kami, yang rata-rata berusia 18-19 tahun.'
Suatu hari menjelang akhir semester 1, Putri terlambat masuk kelas. Untung saja dosen belum masuk jadi ia tidak begitu takut. Tadinya ia berpikir kalau dirinyalah yang paling terlambat, tapi ternyata ada sekelompok laki-laki yang berjalan di belakangnya. Putri yang daritadi berjalan terburu-buru memilih berjalan santai.
Bugh...
"Aduh." Putri ditabrak seseorang dari belakang hingga buku-buku yang ia bawa terhambur di lantai.
Putri sudah yakin bahwa seseorang akan minta maaf dan membantunya seperti di film-film yang pernah ia tonton, tapi kali ini Putri sedang berhalusinasi dan berharap terlalu tinggi.
Dengan begitu sabar ia membereskan barang-barangnya yang berjatuhan, dengan sedikit rasa penasaran ia ingin tahu siapa yang baru saja menabraknya.
"Aw, sakit!" Jerit Putri tanpa didengar.
Seorang di antaranya menginjak jemarinya saat ia sedang meraih sebuah buku. Ia meniup jarinya sendiri lalu mengebaskan dengan harap rasa sakitnya bisa berkurang. Kini ekor matanya mengikuti pria sedingin es kutub itu. Siapa lagi kalau bukan Marko. Tanpa rasa bersalah sedikitpun, ia terus berjalan sampai mendapat kursi yang kosong.
'Aku benci dengan orang itu tapi aku tidak berani memaki-makinya.'
Marko terlalu besar untuk menjadi lawannya. Sejak itu Putri tidak pernah berniat untuk menjadi temannya. Sangat ia sesalkan harus menjadi teman kelompoknya dalam berbagai tugas. Ini kesalahan dosen yang tidak pernah mengacak nama mahasiswanya. Sialnya nama gadis berbadan mungil ini adalah Putri Kirana dan pria sok cool itu bernama Purnamarko.
Kenapa bukan Trina, Renata atau Julio. Walaupun mereka menyebalkan tapi mereka tidak sejahat Marko. ''Laki-laki tua ini tidak setampan itu untuk berlaku sombong padaku. Andai saja di tasku tersedia saos tomat, sudah kucipratkan ke wajah bekunya itu. Andai aku adalah seorang pria yang lebih besar dari dia, kupastikan gigi gerahamnya rontok saat itu juga.' Marko adalah musuh dalam diam bagi Putri pada saat itu.
***
Marko yang berdiri di depan Putri saat ini sangat jauh berbeda dengan pria sok cool yang ia kenal dulu. Sikapnya lebih peduli daripada Reno. Dan masih tergambar jelas di kepala Putri bagaimana Marko memperlakukannya selayaknya tuan putri sepanjang hari kemarin."Siapa aku hingga aku harus mendengar saranmu?" Putri menatap wajah Marko lekat-lekat.
"Karena kamu adalah tuan putri bagiku. bukan Putri Kirana."
Apa maksud Marko bicara seperti itu? Putri tidak berani bertanya kembali karena takut perasaannya salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintai Hingga Luka
RomancePublish 24 Januari 2019. ________________________________________________________________ Semua tragedi adalah menakutkan "Kadang warna kehidupan berasal dari sebuah noda, karena tak selamanya pelangi datang tepat waktu untuk mewarnai perjalanan tak...