13. SUAMI ISTRI BERTENGKAR

99 10 2
                                    

▪■■ ☆Hina aku kalau aku pantas, salahkan aku kalau memang kau benar. Tapi jangan sekali-kali menyalahkan orang
tuaku apalagi menghinanya☆■■▪
_____________________________________________________________

"Kamu dari mana saja, ha?." Wanita berbadan montok itu mendecak pinggang penuh amarah memelototi suaminya. Urat lehernya bisa menonjol semua andai tidak tertutup lemak.

"A-aku... tadi aku...," jawab Marko terbata sambil melepas jaketnya kemudian menggantungnya di balik pintu.

"Tadi kamu kenapa? Jawab yang jujur. Ada kebohongan apa lagi?" Rara terus mengomel tanpa memberi kesempatan untuk Marko menjelaskan.

Lagipula, menjelaskan apapun juga, tetap saja Marko akan dinilai bohong. Apalagi ia baru saja melakukan hal yang sudah pasti dibencinya.

"Mancing lagi? Kamu sudah kebanyakan uang? Kamu tidak tahu pulang, kau kelayapan tidak jelas." Rara tidak pernah setuju dengan hobi Marko yang suka memancing.

Marko tertunduk tak berani menjawab. Memang dirinya bersalah bahkan lebih salah dari apa yang Rara kira.

"Lihat itu makanan di meja!" Rara menunjuk meja makan sambil tangan kirinya tetap mantap mencengkram pinggang, "makanan jadi basi tidak dimakan. Aku capek masak buat kamu, tahu kamu? Tapi sedikitpun tidak dihargai. Kamu hanya menghambur uang saja makan-makan di luar. Lagakmu seperti orang kaya saja."

'Uang yang mana aku hambur-hamburkan?' Gumam Marko dalam hati tak berani bersuara.

Kalau Marko terima gaji tanggal 2, uangnya sudah habis tanggal 8. Kecuali uang bensin. Terpaksa ia tidak memberi tahu Rara saat dirinya mendapat penghasilan sampingan atau hasil lembur karena ia juga punya kebutuhan. Sebagai pria yang mengenal rokok sejak remaja, Marko rasa semua pria sepertinya mengerti tentang hal itu.

"Habis uangku buat kamu kuliah. Masih tidak tahu diri juga kamu," Lanjut Rara.

Rara berhasil menyulut amarah suaminya hingga meremas jemari, andai saja tidak dosa memukul perempuan, sudah Marko lakukan setiap hari sejak 5 tahun lalu.

Bukankah Rara yang memaksanya kuliah? Terpaksa ia resign dari pekerjaan ke-2nya karena tidak sanggup lagi membagi waktunya. Dulu sebelum kuliah ia masih mampu memberi uang kepada Rara yang terbilang lumayan. Marko bisa memberi uang setiap ia pulang bekerja. Sekarang, ia harus mengakui bahwa dirinya adalah laki-laki paling lemah di antara laki-laki lemah ekonomi.

"Atau jangan-jangan kamu punya perempuan lain? Jawab! Jangan diam saja!" Tingkah Rara yang memancing tetangga mengintip dari jalanan membuat emosinya semakin tersulut.

"Aku tidak punya siapa-siapa di luar sana." Memang tidak ada. Bahkan sahabat-sahabatnya tidak ada lagi selain Putri. Sahabat yang membuatnya nyaman tapi bukan berarti ia akan merusak nama Putri dengan sebuah pengakuan.

Marko memutuskan kontak dengan sahabat-sahabat sudah lama. Rara sendiri yang menukar kartu perdana seluler di ponsel suaminya dengan kartu yang baru. Dunia Marko hanya dengan Rara tanpa anak. Saat hari raya lebaran, ia memilih tinggal di rumah dengan istrinya.Tidak pernah berkunjung ke rumah ayahnya yang sebenarnya tinggal dalam kota juga.

"Kamu mau ikut-ikutan seperti ayahmu yang kawin lebih dari 1 kali? Bilang sekarang juga!" Rara berteriak seperti orang kesurupan. Suaranya tidak jelas lantaran air matanya bercampur amarah membuat bicaranya belepotan.

Marko tidak terima dengan pernyataan Rara baru saja.  Semakin tersulutlah ia karena dirinya benci siapapun yang berani-berani menghina ayahnya.

Praaak

Mencintai Hingga LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang