18. SUARA

93 8 3
                                    

▪■■♡Persamaan seks dan doa adalah sama-sama menenangkan♡■■▪
_______________________♡MHL♡________________________

Alarm pukul 4.30 berbunyi di ponsel miliknya pertanda tiba waktunya bagi Putri untuk bangun dan melakukan aktifitas rutin yaitu berdoa subuh. Putri seorang Kristen yang taat. Baginya, dosa sudah melekat pada diri kita sejak dalam kandungan tetapi Tuhan berbelas kasih sehingga Tuhan mengamapuni semua dosa tanpa harus terintimidasi lagi.

Gelap.

Ia menggosok sebelah mata sebelum merentangkan tangan.

'Aduh, seluruh badanku sakit. Oh Tuhan, ini pagi yang mengendorkan semangat.' Keluh Putri dalam hati?

Putri merabah tubuhnya, 'astagah... ternyata bukan mimpi.' Ia menyentuh sesuatu yang melingkar pinggangnya di luar selimut.

'Tidak salah lagi, aku tidak mimpi.'

Putri menyadari kalau ia tidak menggunakan sehelai pun pakaian. Dengan perasaan bercampur aduk, Putri melepas perlahan tangan Marko dan merabah-rabah pakaiannya yang berhamburan di sekitarnya, kemudian ia berlari ke kamar mandi dalam kamar besar itu.

'Aku kotor, ini semua salah hujan yang datang semalam. Ini semua karena halte itu tidak memberi tahu aku harus memutuskan ikut dengan Marko atau menginap di kamar Miranda. Dan semua gara-gara perasaan sialan ini yang terlalu mempercayai Marko.'

Putri meratapi dirinya dan menyalahkan semua keadaan yang berkaitan hingga ia harus terjebak di rumah sialan itu.

'Marko sama buasnya dengan laki-laki pada umumnya. Apa masih ada yang lebih pintar menjebak selain Marko?'

Air mata Putri tak terbendung lagi. Pakaian yang dalam genggamannya perlahan berjatuhan di lantai kamar mandi.

Di bawah deras pancuran shower, Putri terus meratap sejadi-jadinya. Ia meremas wajahnya begitu mengingat dengan jelas bagaimana Marko merampas ketetapannya untuk tidak melakukan hal kotor itu. Meminta dengan bujukan halus yang diulang-ulang adalah paksaan yang lebih mematikan dibanding melilitkan senjata di leher.

Putri lelah bergulat menahan tubuh milik pria berbadan atlit yang sekeras bata itu. Kehabisan tenaga membuatnya terpaksa merelakan diri dinikamati Marko hingga perlahan ia pun menikmatinya juga. Marko lihai melakukannya. Dia bisa menenangkan Putri sampai pasrah begitu saja.

'Harusnya aku berteriak, aku sudah dilecehkan. Aku dipaksa dengan cara yang tidak sadis tapi mulutku dibungkam dengan ciuman ganasnya.' Putri berusaha melakukan pembelaan kepada dirinya.

Isak tangisnya tak bisa ia perkecil lagi. Tangisnya pecah memancing Marko terbangun dari tidurnya. Tak ingin membuang waktu, lelaki itu bangun melempar selimut dalam badannya dan mendekati pintu kamar mandi tanpa mempedulikan dirinya yang tak berpakaian.

Tok tok tok

"Putri, kamu kenapa, Sayang?" Marko mengetok pintu dengan suara paniknya, Putri menyekah air matanya cepat-cepat.

'Tidak pantas untuk menangis seperti ini. Toh, sudah terjadi dan ini kesalahanku sendiri.'

"Putri, kamu tidak apa-apa?" Putri hanya terdiam tak ingin memperdengarkan suara serak.

'Tidak apa-apa gundulmu?'

Marko membuka pintu kamar mandi yang tidak bisa terkunci itu.

'Apa semua pintu di rumah ini bermasalah?'

Marko tampil di depannya dalam keadaan tak berpakaian menampakkan seluruh bagian tubuhnya.

'Pantas saja seluruh tubuhku sakit, semua yang melekat padanya penuh dengan otot.'

Mencintai Hingga LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang