Claire mencibir terus sepanjang pagi ini.
"Kau kenapa?" tanyaku seraya mengklakson mobil di depan kami yang terlambat menyadari bahwa lampu merah sudah berubah hijau.
"Apa yang kau lakukan dengan Seth semalam?" tanyanya dengan nada jengkel, "Kalian lama sekali."
Aku menghela napas, lalu mengarang. "Kami pergi ke rumah Lee. Bukan sesuatu yang khusus."
"Oh. Yeah. Tentu saja. Mungkin Leanna hanya lupa kalau semalam kau dan Seth ke rumahnya, karena aku meneleponnya semalam dan dia mengaku dia mengerjakan tugas Sejarahnya sepanjang malam. Sendirian."
Oh tidak.
Aku terdiam sejenak sebelum menjawab, "Oke, aku memang nggak ke rumah Lee semalam." aku mengakui. Claire terus memelototiku dengan sorot penasaran, karena itu aku meneruskan, "Aku ke rumah Seth."
"Apa?!" desisnya, "Ngapain kau ke rumah Seth?"
"Dia hanya mengajakku makan malam di rumahnya." jelasku cepat-cepat, berharap itu bakal mengurangi efek perkataanku pada reaksi Claire. Tapi ternyata gagal.
"MAKAN MALAM?!" jeritnya nyaring, sampai-sampai telingaku berdenging, "Makan malam apa?!"
"Hanya makan malam biasa." aku menutup sebelah telingaku. Aku tidak menjelaskan bahwa undangan Seth adalah karena kedua orangtuanya ingin menemuiku, si kembaran CW. Bisa-bisa gendang telingaku pecah nantinya.
"Aku nggak mengerti." Claire mengenyakkan punggungnya ke sandaran kursi dengan frustasi, "Kau berkencan dengan Ethan, tapi kau juga menerima ajakan makan malam Seth..."
"Aku nggak kencan dengan Ethan!" jelasku putus asa, "Dan kalau kaupikir semalam itu romantis luar biasa, well... itu hanya makan malam biasa, Claire. Tenangkan dirimu."
Claire tampak luar biasa sakit hati.
"Ethan jelas-jelas naksir padamu, dan Seth sepertinya juga." katanya, masih memandangiku dengan sorot tidak suka, "Paling nggak, kau harus tetapkan pilihan..."
Aku mengernyit memprotes, "Hei, memangnya aku yang..."
Claire memotongku, "Aku hanya berusaha bilang bahwa kau seharusnya konsisten dengan salah satu dari mereka, bukannya..."
"Bukannya apa?" aku menarik rem tangan dengan kesal. Aku sudah memarkir mobilku di pelataran parkir Redville High, yang masih sepi. Kami tiba agak terlalu pagi. "Bukannya main-main dengan mereka, begitu maksudmu?"
"Well..."
"Dengar, Claire. Kau cewek populernya. Selama ini kau-lah yang selalu jadi cewek populer. Kau tahu rasanya dapat perhatian dari cowok-cowok di sekitarmu dan menikmatinya. Sekarang, ketika dua cowok ini hanya memberiku sedikit perhatian lebih padaku, lantas kau kesal? Inikah inti dari mood jelekmu sedari tadi?" tandasku.
Claire diam saja. Dia menatap lurus dasbor di hadapannya sambil merengut, seolah-olah aku yang marah-marah adalah salah si dasbor.
"Aku hanya kepingin bilang bahwa kau cewek yang beruntung, Chloe. Kau-lah yang selalu amat beruntung." ujar Claire, pelan. Kemudian dia keluar dari mobil dan menutup pintu agak terlalu keras di belakangnya. Cewek itu berjalan menyeberangi pelataran parkir menuju lobi, meninggalkanku sendirian, tercengang.
🍁
"Dia iri padamu."
"Yeah, yang benar saja."
"Aku serius. Nggak ada penjelasan lain yang lebih masuk akal dari itu."
Aku dan Leanna berjalan bersisian sepanjang antrean makanan di kantin, jam istirahat siang. Chuck masih menghindariku, si Pengkhianat, karena itu dia duduk bersama beberapa teman cowoknya, dia bahkan menarik Seth bersamanya. Leanna tampaknya sudah bosan dan sekarang masa bodoh dengan aksi ngambek Chuck yang konyol ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Redville
Teen FictionMemiliki nama yang sama dan wajah yang mirip dengan seorang cewek yang tidak dikenal? Chloe Madison mengalaminya pada kepindahannya kali ini, di Redville. Dia menemui segudang orang yang mengatakan dia mirip seseorang yang juga bernama 'Chloe', dan...