Lucu sekali bagaimana kejadian yang menimpaku Rabu pagi itu, di lapangan Redville High, agak mirip dengan kejadian di minggu-minggu pertamaku berada di sini.
Aku sedang berjalan menyeberangi lapangan dari mobilku menuju lobi—Claire tidak pergi bersamaku belakangan ini karena dia dijemput cowok barunya Jake Reed—ketika tahu-tahu aku mendapati diriku tertarik mundur ke belakang.
"Apa—" aku melepaskan diri untuk melihat siapa yang baru saja menarik ranselku, dan benar saja. "—yang kau lakukan?!"
"Salah jalan." Ethan berkata pendek sambil menarikku lagi, kali ini lenganku. "Mobilku, sekarang."
"Ethan, pengumuman kelulusan—"
"—keluar hari ini. Aku tahu." sambungnya datar, "Aku dan kau sama-sama lulus. Nggak akan ada pengaruhnya membolos sehari saja."
"Tunggu... aku lulus?"
Ethan terhenti, mendesah. "Ya. Kau lulus. Aku, kau, teman-temanmu, teman-temanku, semua lulus. Aku dapat bocoran dari ayahku semalam, jadi... hore."
Aku masih agak terpana dengan fakta baru ini, bahwa kami semua lulus, hingga hampir-hampir lupa bahwa Ethan sedang menyeretku ke mobilnya sekarang, "H-hei, aku belum mengiyakan! Mau ke mana kita?"
Ethan menekan kunci hingga Ford Rangernya berbunyi bip-bip pelan dan dia berjalan mengitari mobil, "Mempersiapkan pesta ulang tahun kejutan untuk Rose."
Mungkin aku menghabiskan sekitar lima belas menit berikutnya marah-marah pada Ethan. Dia tidak memberitahuku bahwa hari ini adalah hari ulang tahun Rose, dan aku bahkan tidak mampu memikirkan hadiah yang tepat untuk anak itu. Jadi, di tengah-tengah kepanikanku, aku menyuruhnya menepi sebentar di satu-satunya toko serba ada yang sudah buka, membeli balon, pita-pita, dan perlengkapan pesta lainnya. Kemudian kami mampir ke toko kue dan membeli satu kue bernuansa ungu muda dan pink dengan hiasan kastil kecil dan danau cantik.
Kami ngebut ke St. Carollus dan tiba di sana sekitar pukul sebelas, yang berarti kami hanya memiliki satu jam waktu untuk mempersiapkan segalanya—dibantu Suster Frida dan dua suster lain—di halaman belakang sebelum jam pelajaran berakhir dan Rose kembali dari kelasnya.
Ketika persiapan akhirnya selesai, balon-balon sudah ditiup, pita-pita sudah dinaikkan, spanduk buatan tangan para suster sudah dipasang di latar belakang, kue-nya sudah dikeluarkan, serta meja dan kursi sudah ditata dengan cantik di tengah halaman, dan kami semua banjir keringat, bel tanda usai kelas berbunyi di kejauhan dan tak butuh waktu lama untuk mendengar celotehan dan langkah-langkah anak-anak yang berlarian kembali ke asrama.
Aku dan Ethan mengajak teman-teman Rose—termasuk Kevin—untuk bersiap-siap di halaman belakang, sementara Suster Frida menggiring Rose yang matanya ditutup saputangan. Begitu Rose tiba di depan kami semua, Suster Frida membuka penutup matanya dan kami semua meneriakkan "Selamat Ulang Tahun!" sekeras-kerasnya sementara Ethan dan para suster meledakkan konfeti-konfeti ke udara.
Reaksi Rose tidak ada duanya. Pertama-tama dia terperangah, lalu ekpresinya perlahan mencair dan senyuman terlebar dan paling bahagia yang pernah kulihat dari anak itu menghiasi wajahnya. Dia memeluk suster Frida, lalu dia melihat Ethan dan aku. Dia berlari menuju Ethan, dan Ethan menangkapnya lalu memutar-mutarnya di udara.
"Kau di sini!" Rose berseru gembira. Dia memeluk leher Ethan sangat erat dan Ethan berpura-pura sesak napas.
"Tentu saja aku di sini! Dan ini semua ide Maddy."
Aku, yang sedari tadi berdiri diam karena terenyuh dengan adegan peluk-pelukan Rose dan Ethan itu, tersentak kaget dan mengerjap, "Eh?"
"Yang benar?! Trims, Maddy!" Rose turun dari gendongan Ethan dan berlari menubrukku untuk memeluk kakiku. Aku berlutut dan balas memeluknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Redville
Teen FictionMemiliki nama yang sama dan wajah yang mirip dengan seorang cewek yang tidak dikenal? Chloe Madison mengalaminya pada kepindahannya kali ini, di Redville. Dia menemui segudang orang yang mengatakan dia mirip seseorang yang juga bernama 'Chloe', dan...