Chapter 19

274 65 23
                                    

Kalau kau tanya kegiatan favoritku di kala libur musim panas, maka itu bukanlah bepergian ke negara-negara eksotis, begadang di klub-klub keren, atau window shopping di pusat perbelanjaan. Mungkin itu bagi Claire. Lagipula Mom juga bukannya hobi mengajakku ke mall, karena pasti kami selalu kehabisan bahan pembicaraan dan ujung-ujungnya aku nongkrong di toko buku terdekat sementara dia berkeliling sendirian melihat-lihat baju.

Bagiku, libur musim panas adalah pergi lari pagi bersama ayahku. Ya, aku memang membenci kegiatan olahraga yang melibatkan bola dan kelenturan fisik, tetapi tidak dengan berlari. Di tempat tinggal kami sebelum Redville, kota kami memiliki taman publik yang luas dan bagus, sangat ideal untuk kegiatan berolahraga. Cuacanya juga hampir selalu mendukung. Cerah tak berawan. Seperti yang pernah kubilang padamu, rumah-rumah kami yang sebelumnya selalu 'tipe Claire'. Rumah-rumah musim panas.

Jumat pagi, minggu pertama musim panas di Redville. Aku terbangun karena secercah sinar menyilaukan menembus kelopak mataku yang tertutup. Aku melindungi wajahku dengan selimut sambil mengerang, namun seseorang menariknya kembali.

"Wakey-wakey."

Aku merasakan jempol kakiku ditarik-tarik seseorang.

"Bangun dan bersinarlah."

Aku berjuang mengangkat kelopak mataku yang terasa seberat satu ton. Aku melirik jam kecil di meja sebelah ranjangku. Masih pukul tujuh. Apa yang Dad lakukan? Sejak pindah ke Redville, dia belum pernah lagi membangunkanku sepagi ini di hari libur. Toh kami belum menemukan taman yang bagus. Maka aku mengerang.

"Dad, pergilah..."

"Sesulit inikah membangunkanmu tiap pagi, Maddy?"

Dad jelas-jelas tidak pernah memanggilku 'Maddy'.

Aku tersentak membuka mataku. Mengerjap-ngerjap. Dan siapa yang kulihat di kaki tempat tidurku nyaris membuat jantungku melompat keluar dari rongganya.

Cowok jangkung berambut hitam gondrong dan berjaket kulit sedang balas menatapku melalui sepasang mata biru pucatnya.

"AAAAAAAHHHHH!!!" aku melotot dan berteriak, melonjak terduduk dan dengan geragapan membungkus tubuhku dengan selimut sementara Ethan Dodson hanya menyaksikan sembari menutupi kedua telinganya sambil meringis.

"Ibumu bilang aku boleh—"

"Keluar!"

"Hei! Aku bukannya kepingin—"

"KELUAR!"

Ethan tak berani berkata apa-apa lagi. Dia langsung berbalik dan ketika cowok itu sudah menghilang di balik pintu, aku merosot lemas sejadi-jadinya. Apa yang Ethan Dodson lakukan sepagi ini di kamarku?! Aku hanya memakai atasan tipis dan celana katun pendek! Ngapain sih Mom menyuruhnya naik ke atas?! Dia melihatku dan posisi tidurku yang serampangan! Aku bisa mati!

Sambil mengutuk Ethan, Mom, dan diriku sendiri, aku melompat turun dari ranjangku dan berlari menyambar pakaian 'pantas' untuk kukenakan. Lalu aku menghambur keluar dan masuk ke kamar mandi, menyikat gigiku buru-buru, mencuci muka, dan mengikat rambutku yang berantakan. Lalu aku melihat pantulan wajahku di cermin sekali lagi, memastikan sudah tak ada hal memalukan yang tertinggal di sana untuk jadi bahan tertawaan cowok brengsek yang dengan lancangnya sudah masuk kamarku tanpa izin.

Aku menuruni tangga dengan berisik sementara samar-samar dapat kudengar suara Claire mengobrol dengan Ethan di ruang makan. Claire! Di situasi normal, cewek itu tidak bakalan terbangun di hari liburnya bahkan jika perang dunia ketiga terjadi persis di sebelah rumah kami. Aku memasuki ruangan dan bertemu pandang dengan Dad. Dia bahkan tampak lebih bingung dariku. Pertama, karena Claire untuk pertama kali dalam sejarah hidupnya mencatatkan rekor bangun sepagi ini di hari libur. Kedua, karena ada anak cowok tak dikenal mendatangi rumahnya sepagi ini di hari libur.

RedvilleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang