Aku tidak pernah sebenci ini dengan hari Senin sebelumnya.
Bukan hanya karena aku terpaksa menghadiri kelas tambahan untuk persiapan ujian pada liburan musim panas pertamaku di Redville. Aku baru tahu masalah ini ketika liburan sudah dimulai, mendadak saja aku mendapat email notifikasi dari sekolah dan suasana hatiku jadi jelek sepanjang minggu. Salahkan nilai Matematikaku yang memprihatinkan.
Dan mood-ku bertambah jelek karena apa yang terjadi Jumat lalu.
Aku menutup lokerku dengan kekuatan berlebihan, hingga beberapa orang di sekitarku menoleh kaget. Betapa bersyukurnya aku karena tak harus melihat wajah menyebalkan seseorang sebelum kelas dimulai. Ranselku berdebum pelan ketika aku menggabrukkannya di meja paling pojok kelas, merasa jengkel sekaligus merana.
Aku masih belum bisa menerima kenyataan bahwa Ethan mencampakkanku di hutan. Kedengarannya mengerikan sekali bila kugambarkan seperti itu. Maksudku adalah ketika dia meninggalkanku di dekat perairan. Hadapi saja. Situasi dan gerak-geriknya sudah sangat mendukung. Tetapi dia malah meninggalkanku dengan segala omong kosong chemistry itu.
Lebih parahnya, setelah kami kembali dari hutan dan membawa setumpuk jamur, aku terjebak dalam skenario terburuk di mana aku masih harus menghadapi Ethan. Cowok itu mengantar kami pulang. Lalu kami bersama-sama membersihkan jamur-jamur hasil panen. Setelahnya, Mom mengundangnya makan siang bersama kami, menunya omelet jamur. Yang artinya aku harus menunjukkan hidung badutku di hadapan Ethan sepanjang siang itu. Ditambah, ketika Ethan sudah pulang, Dad menghampiriku dan berkata dengan nada serius yang mungkin dipikirnya bakal membuatku senang.
"Aku suka anak itu."
Kalau dipikir-pikir, akulah yang bodoh. Tidak seharusnya aku mengharapkan apapun dari Ethan Dodson. Dia hanya ingin memanfaatkanku! Dan apa pula alasanku untuk mengikuti permainannya? Aku memang sempat terpicu reaksi Seth di Swanton Shore waktu itu, tapi ayolah... siapapun bisa melihat bahwa akulah yang terlalu bodoh untuk mau saja dipermai—
"Bumi memanggil Chloe."
Aku tersentak dan mendapati kursi di sebelahku sudah diduduki makhluk setengah-malaikat... maksudku, Seth.
Dia hanya Seth.
Tunggu... Seth?!
"Pa-pagi!" sapaku geragapan. Seth tersenyum. Entah sudah berapa ratus kali aku melihat cowok itu tersenyum, namun tetap saja hatiku tak mampu membiasakan diri.
"Kau baik-baik saja?" tanya Seth seraya mengeluarkan buku catatannya, "Kau kelihatan siap menelan paus."
"Oh... ha-ha." aku tertawa salah tingkah, "Kau ikut kelas tambahan juga?"
"Oh..." Seth kelihatan malu-malu, "Kurasa belakangan ini konsentrasiku agak menurun dalam hal pelajaran karena... satu-dua hal."
Aku merasakan tenggorokanku tersumpal. Bagaimana bisa Seth bersikap senormal ini setelah kejadian itu? Apakah dia lupa?
"Jadi..." Seth tersenyum lagi, "Bagaimana hari-hari pertama menjadi pacar seorang Ethan Dodson?"
Tidak. Seth rupanya tidak lupa.
"Tentang itu..." aku membuka mulutku, hendak menumpahkan fakta bahwa aku sama sekali tidak berpacaran dengan Ethan. Si manusia brengsek menyebalkan yang meninggalkanku di tepi perairan. Bahwa segala tingkah konyolnya di Swanton waktu itu hanyalah akting untuk memancing amarah Seth. Dan hasil dari upayanya, seperti yang bisa kulihat saat ini, gagal total. Seth terlihat sangat tenang. Sangat santai. Dan sangat... ganteng.
"Kenapa?" tanya Seth sementara Mrs. MacMillan memasuki ruangan.
Aku terdiam.
"Bukan apa-apa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Redville
Teen FictionMemiliki nama yang sama dan wajah yang mirip dengan seorang cewek yang tidak dikenal? Chloe Madison mengalaminya pada kepindahannya kali ini, di Redville. Dia menemui segudang orang yang mengatakan dia mirip seseorang yang juga bernama 'Chloe', dan...