Ingat ketika aku bilang di Redville tidak ada taman kota yang cukup oke untuk berlari?
Well, sepertinya aku salah.
Karena aku merasakan ujung kakiku diguncang-guncang seseorang pagi itu, ketika aku masih setengah sadar dengan separuh bagian wajah yang menempel nyaman di bantalku. Aku mendongak ogah-ogahan, lesu dan mengantuk, dan aku melihat siluet ayahku berdiri di kaki tempat tidur. Dia sudah berpakaian lengkap. Dan yang mengherankan, itu pakaian olahraganya. Kaus lengan panjang, celana training, dan sepatu lari.
"Dad?" tanyaku serak sembari mengerjap-ngerjapkan kedua mataku yang terasa lengket.
"Aku menemukan tempat bagus." katanya dengan nada bersemangat, "Ayo."
Aku melirik jam dindingku. Sekadar catatan, ini Rabu pagi. Pukul enam. Kelas tambahanku dimulai beberapa jam lagi dan aku berencana tidur beberapa puluh menit lagi demi kesehatan mental.
Karena... yah, karena banyak yang terjadi.
Tetapi toh aku menurutinya—karena iming-iming 'tempat bagus' itu, dan rasa penasaran mengalahkan rasa malas—dan aku cukup menghargai Dad karena membiarkanku tertidur dalam pakaian lariku sementara dia menyopiri kami menuju suatu tempat. Aku terkejut saat dia mengguncang bahuku tak sampai lima belas menit kemudian, terbangun di suatu tempat yang tidak terlalu asing.
"Kita sampai." Ayahku membuka pintu mobil dan mendahuluiku keluar. Aku mengikutinya. Aku menatap sekelilingku. Pepohonan aspen putih. Jalanan berkerikil. Aku tahu tempat ini.
"Apakah ini Montane?" tebakku, mendapati ayahku merespon dengan mengangguk senang seraya menyerahkan tas pinggang berisi botol minumku. Aku mengedarkan pandangan ke sekelilingku lagi. Ini memang Montane City Forest. Tetapi daerah ini berbeda dengan yang kuingat. Tidak ada gerbang 'Selamat Datang'. Juga tidak ada kantor tempat Gina Dodson bekerja. Hanya... sebuah parkiran kecil dengan jalan setapak menuju ke dalam hutan.
"Jangan bilang ini termasuk daerah dengan beruang berkeliaran yang tempo hari dibicarakan Ethan..."
"Tentu saja tidak!" ayahku menggosok-gosokkan telapak tangannya bersemangat seraya nyengir, seolah bangga terhadap dirinya sendiri, "Ini hanya berada di sisi lain dari gerbang masuk pendakian. Ini jalur lari. Dan ada papan petunjuknya." dia menunjuk sebuah papan kayu yang sempat luput dari perhatianku. Papan itu dilengkapi gambar Montane Park serta map gratis untuk diambil di sebuah kotak plastik yang tersedia. Aku mengambil selembar untuk kubawa sebagai panduan, tetapi Dad bersikeras tak membutuhkannya karena dia sudah beberapa kali berlari menggunakan jalur yang tertulis di situ.
Setelah melakukan pemanasan sekitar lima menit, kami mulai berjalan memasuki setapak kecil yang diberi papan arahan dengan tulisan 'Jalur Pejalan Kaki', dan Dad mulai berlari. Aku membiarkannya beberapa meter di depanku sebelum mulai mempercepat langkahku dan mengikutinya berlari.
Langit di atas kami masih abu-abu pucat dan hawa di sekitar sini sangat sejuk, aku merapatkan jaketku dan bergidik. Dad berseru padaku tentang betapa 'otentik'nya tempat itu dan bagaimana enaknya aroma hutan di pagi hari, juga pemandangannya yang benar-benar luar biasa. Aku tak bisa tak setuju. Aku dikelilingi aspen-aspen berbatang putih, dengan aroma rumput dan kayu menyeruak ke hidungku ketika kami memasuki wilayah hutan, dan aku menghirupnya dalam-dalam. Jalur larinya tidak begitu lebar, sehingga kami tidak bisa berlari berdampingan dan aku harus menyelaraskan kecepatanku dengan kecepatan lari Dad untuk menjaga agar tetap berada di belakangnya dan kami tak saling bertabrakan. Yang menyenangkan adalah, tanahnya solid dan kering, cocok untuk berlari.
Sehelai daun menjatuhi kepalaku. Aku mendongak, mengamati puncak-puncak pepohonan yang mulai diwarnai semburat-semburat kuning. Seketika ingatanku langsung melayang pada percakapan itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Redville
Teen FictionMemiliki nama yang sama dan wajah yang mirip dengan seorang cewek yang tidak dikenal? Chloe Madison mengalaminya pada kepindahannya kali ini, di Redville. Dia menemui segudang orang yang mengatakan dia mirip seseorang yang juga bernama 'Chloe', dan...