Aku dan Seth berpisah setelah kelas bahasa Inggris. Dia berjanji akan duduk dekat mejaku lagi nanti dan ngobrol lagi denganku di kelas Sejarah sehabis istirahat. Bahkan dengan segala bentuk perhatian-atau kebaikan, atau basa-basi, malah mungkin saja simpati-yang kuterima dari cowok-setengah-malaikat itu di sekolah baruku, aku masih berjalan lemas menuju kantin. Hiruk-pikuknya membuatku tak nyaman. Belum ada yang bisa kuajak duduk dan makan bersama.
Nampan makan siangku baru terisi setengah ketika suara yang sudah kukenal memanggilku dari belakang.
"Klo!"
Aku berbalik dan mendapati Claire tengah menghampiriku buru-buru.
"Claire? Mana eh... teman-temanmu?" sahutku kikuk mendapati sosok pirang itu sendirian. Bukan kebiasaannya berkelana seorang diri. Dia tipe yang selalu bisa mendapat paling tidak dua orang yang mengikutinya bahkan di hari pertama.
Claire memutar bola matanya, "Tahu deh, mereka menatapku seolah-olah di dahiku tertempel tulisan besar-besar 'Bahaya' atau 'Jauhi'. Nyebelin. Aku makan denganmu saja."
Pertama kali dalam hidupku aku bersyukur Claire satu sekolah denganku. Sebelumnya cewek itu tidak pernah menggubrisku di depan teman-temannya, dan sekarang ketika kami berdua sama-sama terdampar di sini, dia dapat diandalkan.
Ya, aku tahu. Aku memang menyedihkan.
Aku berjalan menuju tempat yang paling ujung, paling jauh dari kerumunan, namun Claire malah menyeretku ke meja yang paling strategis, di tengah. Dia duduk di sampingku dan mulai makan.
"Mereka sombong, sungguh. Teman-teman LA-ku jauh lebih keren." Claire mulai menumpahkan isi hatinya.
Claire memang punya kebiasaan menyebut teman-temannya berdasarkan pengelompokan. Teman-teman LA, teman-teman Oklahoma, teman-teman Tennesse... dia punya terlalu banyak teman. Dia akan lupa jika tidak menyebut mereka seperti itu.
"Maksudku, please... apakah ada yang salah dengan pakaianku sehingga mereka nggak henti-hentinya menatapku dari atas ke bawah?" Claire menusuk-nusuk salad-nya jengkel dengan garpu.
Aku mengunyah sandwich-ku dalam diam. Claire agak 'salah kostum' untuk hari pertamanya di Redville, menurut pendapatku. Tetapi aku tidak akan repot-repot menjelaskannya.
Lelah merasa diabaikan, Claire ganti menatapku, "Bagaimana dengan kau? Dapat kenalan baru?"
"Kalau yang kau maksud selain Ethan Dodson..."
Mendadak ekspresi Claire berubah simpati, "Ya ampun... Klo. Aku turut menyesal soal kejadian nyebelin yang menimpamu pagi tadi. Si Dodson itu nyeremin banget!"
Tentu, sampai-sampai kau saja ciut dan hanya menontonku dari pinggir sambil gigit jari.
Aku meneruskan kalimatku cuek, "...ada Seth Winchester. Dia duduk dekatku di kelas Inggris. Paling nggak ada yang bisa kuajak ngobrol."
"Cowok?" matanya membulat tak percaya.
Aku mengangguk.
"Astaga, Klo! Ini kemajuan! Siapa yang menyangka kau akan dapat kenalan baru seorang cowok di hari pertamamu?"
"Trims." kataku, tersinggung berat.
Kemudian ekspresi semangat Claire berubah ngeri, "Apa dia memakai kacamata bulat tebal atau semacamnya...?"
"Halo lagi! Apa aku mengganggu kalian?" suara menyenangkan itu menyela pertanyaan Claire, sekaligus membuatnya membeku di tempat. Seth sudah berdiri di belakangku dengan nampan makanannya, masih sempurna, tampan, dan tampak seperti setengah malaikat. Cowok itu menatap kami berdua berganti-gantian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Redville
Novela JuvenilMemiliki nama yang sama dan wajah yang mirip dengan seorang cewek yang tidak dikenal? Chloe Madison mengalaminya pada kepindahannya kali ini, di Redville. Dia menemui segudang orang yang mengatakan dia mirip seseorang yang juga bernama 'Chloe', dan...