08. Rigid

832 56 5
                                    

Demi Lovato - Made In The USA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Demi Lovato - Made In The USA

Melihat kondisi kelas XI IPA 3 terlampau ramai, gue yang berniat mencari Maisha untuk pulang bersama pun memilih untuk mengintip dari ambang pintu, berniat bertanya kepada seorang cewek yang duduk paling dekat dari tempat gue berdiri.

"Ssst!" Bisik gue pelan, hanya mendapat tatapan dingin dari cewek yang rasanya baru gue lihat hari ini bahkan meski gue sudah menghabiskan satu tahun lebih di SMA One Dream ini.

"Ada Ica?"

Cewek itu tak memberi respon apapun selain menunjuk Maisha---yang sedang sibuk dengan speaker kelas---dengan ekor matanya.

Pelit banget, gue membatin sambil melangkah memasuki kelas. Dalam catatan selama enam belas tahun lima bulan gue hidup, rasanya baru kali ini gue berinteraksi dengan manusia yang nggak berminat berbicara seakan-akan kalau satu kata keluar saja dari mulutnya, dunia ini akan runtuh.

"Ca!" Kata gue, membuat Maisha langsung berhenti mengotak-atik speaker.

"Eh, emang udah bel, Nazz?"

Gue memutar bola mata malas. "Udah, lo nggak bisa buruan dikit apa? Udah kangen kasur, nih."

Maisha memberengut. "Yaelah, ngenes banget. Alava mana? Biasanya juga ngikut lo mulu."

"Hari ini dia pulang sama Oliver, nggak tau deh ngapain." Jawab gue, masih mengamati Maisha yang sedang membereskan beberapa bukunya.

"Oh--Eh, Nazz. Temenin gue dulu, yuk?"

Gue memutar bola mata, lagi.

"Bentaran doang, Nazz."

Dan gue cuma bisa mengikuti langkah cewek ini karena nggak akan ada gunanya kalau gue melawan. Setidaknya hal itu yang gue lakukan sebelum sadar ternyata Maisha membawa gue ke kelas XI IPS 2.

"Social two? Are you ff---"

Maisha menyumpal mulut gue dengan roti yang entah sejak kapan dia pegang. "Bentaran, Nazza. Susah banget dibilangin. Ini gue nanti kan mau nginep di rumah lo, jadi sekarang mau minta drakor dulu ke temen gue biar nanti kita bisa nonton. Bentar, ya? Lo diem aja dulu tungguin disini. Makan nih roti, tar gue balik lagi. Jangan ninggalin, lo nggak mau tidur sendirian di rumah, kan?"

Gue yang masih sibuk menelan roti hanya mengangguk sambil mengusir Maisha agar cepat-cepat menyelesaikan urusannya.

Kalau saja.

Kalau saja nenek tidak harus pergi ke luar kota untuk kondangan ke rumah saudara.

Kalau saja tetangga di depan rumah gue tidak meninggal tepat dua hari yang lalu.

Kalau saja Alava nggak pulang sama Oliver.

Gue nggak akan mau menunggu dan mengajak Maisha dengan segala ke-ribet-an-nya menginap di rumah gue.

AntharesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang