13. Stupidity

543 43 0
                                    

5SOS - Easier

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

5SOS - Easier

Setelah menyelesaikan pembelajaran dengan Archie, gue bergegas mencari Maisha ke ruangan Klub Literatur. Beruntungnya, hari ini Klub itu sedang mengadakan kumpulan rutin sehingga gue bisa menemukan Maisha sedang duduk dengan novel di tangannya.

"Sst! Sini, Ca!"

Maisha mendelik, terlihat kesal karena keseruan membacanya telah gue interupsi. "Apaan, sih?"

Gue terus melambaikan tangan, membuat Maisha mau tak mau menutup novelnya dan segera menghampiri gue di ambang pintu ruangan itu.

"Cuma mau nanya bentar, yelah." Kata gue spontan, tak perlu menunggu Maisha mengeluarkan energinya untuk bertanya.

"Ya udah, nanya apaan? Gue tuh lagi seru-serunya baca, tau. Habis ini juga gue harus presentasiin hasil dari bacaan gue tadi. Ganggu banget emang lo, Nazz!"

Mengangguk cepat, gue segera membalas, "tell me something about Bimala."

Maisha memiringkan kepala, mengamati wajah gue dengan ekspresi heran. "Ada apa sih sampe lo mau nanyain temen-temen deket gue? Biasanya mereka nyapa aja lo nggak peduli, tuh."

"Ca, gue serius nanya ini." Sahut gue lelah, malas berdebat. "Lagian temen-temen lo tuh banyak banget, udah kayak rombongan emak-emak mau pengajian. Boro-boro ngapalin namanya, mukanya aja gue nggak hapal."

"Iya, terserah." Kata Maisha yang juga sama lelahnya dengan gue, "lo mau tahu apa tentang dia?"

Gue terdiam. Benar juga, sejak tadi gue nggak mengerti apa yang harus gue ketahui tentang Bimala dan juga mengapa gue harus mengetahuinya.

"Ya, apa aja, deh."

Maisha berdecak, "gue bener-bener nggak ngerti sama lo. Yang jelas, Mala itu temen gue. Dia punya dua mata, dua telinga, satu mulut, satu hidung, yang semuanya dipake buat ngebucinin Archie Orion."

Gue terlonjak. "Bucin?"

"Ho-oh. Dia emang dari zaman nggak enak juga setia sama si Archie, meskipun lo tahu sampe sekarang Archie itu nggak kelihatan pengen deket sama cewek manapun."

Mengamati perubahan ekspresi wajah gue, Maisha kembali membuka mulut, "oh ya, dia juga pernah nanya sama gue, takutnya lo ada apa-apa sama Archie. Dan gue jawab enggak, karena emang kenyataannya gitu, kan? Atau jangan-jangan..."

"NGGAK WOY, BUSET DAH." Pungkas gue dengan ngegas. "Gue nanya doang ini, seriusan."

Maisha tertawa, begitu keras hingga teman-teman Klub Literaturnya melirik dan menyindir dengan "Ssst!".

"Ya udah, gue masuk dulu, ya?"

"Eh, bentar, Ca." Kata gue cepat, menarik kembali Maisha yang nyaris saja memasuki ruangan. "Silence, lo pernah denger nggak sih ada organisasi atau perkumpulan atau apalah yang namanya itu di sekolah ini?"

AntharesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang