20. Dark

513 34 3
                                    

Jacob Sartorius - Lover Boy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jacob Sartorius - Lover Boy

"Yakin mau nunggu sampe sore?" Gue bertanya lagi untuk yang entah keberapa kalinya.

"Delta nanti ke sini, ngajakin basket." Ares mendorong gue agar segera menyusul rekan-rekan yang sudah berbaris di lapangan upacara. "Udah telat tuh buruan!"

"Yaudah iya. Have a nice day?"

Cowok itu tersenyum lebar, tapi matanya segera menyipit kala melihat Catur berjalan mendekat.

"WOY RES! AYOK LAH LAPBAS!"

Itu seruan dari Delta, yang nggak bisa gue lihat wujudnya karena jarak yang jauh. "Za, kalo dimarahin lagi bilang, ya? Biar gue gebukin tuh orang."

Gue ketawa sambil geleng-geleng kepala. Ares kemudian berlari kecil menyusul Delta ke lapangan basket.

"Topinya pake."

Demi Neptunus. Gue benar-benar lupa. Gara-gara menjenguk Alava tadi, gue malah lebih ingat membawa setumpuk oreo daripada topi yang tentunya bakalan sangat gue butuhkan sekarang.

"Lupa nggak bawa, Kang." Kata gue jujur, membuat Catur langsung melepas topinya dan langsung ia sodorkan ke gue. Tentu saja gue cuma diam tanpa berniat menerimanya.

"Mau dipakein?"

Baru saja mau menolak sekuat tenaga, Catur malah memakaikan topinya di kepala gue dengan gerakan yang super lambat.

Gue bodoh, karena tak melawan ataupun mendorong Catur agar menjauh. Tapi gue lebih bodoh lagi saat tak menyadari kalau Anthares kembali ke lapangan upacara, dengan sebuah topi di tangannya.

Terserah kalau rekan-rekan satu pasukan pada bilang gue lebay atau apa, tapi serius, gue panik pas lihat Anthares jalan balik lagi dan menjauh dari Lapangan Upacara. Dia nggak pernah marah, makanya gue sepanik ini.

"Buruan kejar, Nazz!" pekik Shaina yang ikutan geregetan, membuat gue langsung berlari tanpa ancang-ancang.

Iya, kalau saja Catur nggak menarik tangan gue.

"Udah telat, mau nambah telat lagi?"

Gue berdecak. Sungguh ingin menelan cowok di depan gue ini dengan bulat-bulat.

"Semenit aja, please?"

"Nggak ada semenit-semenitan. Lo udah gede, bisa ngebedain mana urusan pribadi sama organisasi."

Gue yang menyerah cuma bisa bergegas mengisi posisi gue di barisan, meskipun dalam hati masih berharap Anthares nggak marah.

Seperti dugaan gue, latihan yang harusnya sudah efektif ini nggak mempan buat gue. Gimana caranya gue bisa fokus dengan gerakan ketika otak gue isinya Anthares semua?

AntharesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang