Introduction

400 12 2
                                    


Oh, hai. Di sini gue nggak bakalan memperkenalkan diri, karena lo semua juga tau, kan gue siapa? Iya, si author sialan itu maksa-maksa gue buat nyeritain kehidupan menyedihkan gue ke kalian semua. Sialan emang. Mentang-mentang kehabisan ide buat nyeritain kisah cringenya Ares-Nazza, jadi gue yang kena. Padahal, gue enggak mau menceritakan sesuatu yang bikin gue kelihatan lemah, kelihatan menyedihkan. Not my type banget lah pokoknya.

Kata orang, kita ini tokoh utama di kehidupan kita sendiri, dan bisa jadi protagonis atau bahkan antagonis di kehidupan orang lain. Dan sepertinya, gue telah menjadi antagonis di kisahnya Ares-Nazza yang lo semua pada suka itu. Gue heran sebenernya. Ares itu nggak pernah pacaran, Nazza juga. Makanya mereka kalo udah bareng itu menjijikan banget, bikin gue pengen muntah. Tapi lo semua malah senyum-senyum sendiri bacanya. Heran.

Yah, selain jijik, gue juga sakit hati tentunya. Dada gue bergemuruh---ceilah, lebay. Intinya si, gimana gue bisa biasa aja saat cewek yang gue suka sama orang lain? Apalagi, yang dimaksud orang lain di sini adalah Anthares, yang udah lama nangkring di buku Death Note gue. Udah mau mati aja gue rasanya. Kesel. Kayaknya nggak ada satupun hal yang berbaik hati berpihak pada gue. Semuanya seolah mau gue down. Untungnya, gue setegar karang.

Oke, balik lagi. Lo semua mungkin menganggap bahwa gue ini antagonis yang nggak punya hati atau apalah. Tapi, anggapan kalian itu nggak sepenuhnya salah, kok. Gue mengakui gue jahat. Di saat gue harus bahagia karena temen gue akhirnya punya cewek, gue malah marah, malah pengen jeburin si Ares sampe ke Palung Mariana. Ya gimana. Kenapa ceweknya harus Nazza, gitu loh? Kenapa?!

Karena judulnya juga introduction, jadi gue nggak bakalan langsung mulai menceritakan betapa menyedihkannya hidup gue sekarang. Gue hanya bakal mengubah persepsi kalian yang mungkin salah menilai gue atau sudah terlanjur benci sama gue. Iya kan? Lo semua pada nggak suka sama gue, kan? Ngaku!

Atau jangan-jangan, lo semua malah suka sama gue? Kena Second Lead Syndrome? Kayak para cewek-cewek aneh yang lebih millih Danoh bareng sama Baekyung daripada sama Haru. Gue nggak habis pikir. Padahal Baekyung itu kasar dan jahat banget sama Danoh, jahatnya lebih jauh daripada gue ke Ares-Nazza. Apa karena Baekyung ganteng? Yah, masih gantengan juga gue. Anyway, gue nggak nonton dramanya, ya. Cewek-cewek di kelas ceritanya kenceng banget, gue sampe hapal.

Jadi, berdasarkan kisah Baekyung sama Danoh tadi, gue jadi mengambil kesimpulan bahwa di antara kalian pasti ada aja yang gemes sama gue dan Nazza. Maksud gue, semacam ngeship gitu, lah. Tapi, mohon maaf aja ni, gue sama Nazza jelas nggak bisa bareng. I hate to admit it, honestly. Tapi gue harus menerima kenyataan, kalau cewek manis itu lebih milih Anthares daripada gue. Duh, sumpah ya. Mau dikemanain harga diri gue yang mahal ini.

Uhm, balik lagi ke judul. Karena ini introduction, jadi harusnya gue memperkenalkan tentang diri gue, bukannya koar-koar tentang kekesalan gue melihat Ares-Nazza bahagia selama ini.

Jadi, nama gue---lo udah tau, lah. Gue ini terkenal sama orang-orang sebagai cowok ganteng yang juga cerdas. Nggak heran lagi, gue selalu menyandang predikat Paralel 1 di SMA One Dream dan gue juga kerap kali menyumbangkan medali dan piala buat sekolah. Jelas banyak banget umat yang ngefans sama gue di sekolah. Apalagi cewek-cewek. Mereka semua secara terang-terangan nunjukin perasaannya sehingga bikin gue muak. Entahlah, gue malah jadi nggak minat buat cinta-cintaan karena saking banyaknya umat yang pengen jadi sama gue. Ngerti kan lo?

Yah, sebelum gue kenal Nazza tentunya. Gue juga nggak ngerti kenapa gue ngerasain ini ke dia. Padahal, dari awal ketemu aja Nazza udah keliatan kayak bopung---bocah kampong---banget. Bukannya bikin gue ilfeel, anehnya dia malah bikin gue penasaran. Penasaran karena dia ini satu-satunya cewek yang nggak menatap gue dengan tatapan minta dipacarin. Dan entah karena takdir atau apa, gue dikasih kesempatan buat deketin dia, lewat perantara Pak Joni. Gue bersyukur banget Nazza lemot dalam belajar, jadi gue bisa makin lama ngajarin dia. Haha.

Eh, kenapa gue jadi cerita Nazza?

Oke, jadi kalo kalian menganggap gue nyaman sama predikat dan anggapan orang-orang tentang gue, jelas nggak. Mereka yang nganggap gue pinter, nganggap kalau gue pasti bisa ngerjain semua soal susah hanya dengan meraba soalnya, itu semua bikin tekanan tersendiri buat gue.

Mereka semua menaruh ekspetasi yang terlalu tinggi buat gue, dan gue nggak bisa bikin mereka semua kecewa dengan mematahkan ekspektasinya.

AntharesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang