06. Radiant

993 63 12
                                    

Alessia Cara, Khalid - 1-800-273-8255

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alessia Cara, Khalid - 1-800-273-8255

Nenek bilang, dia sangat mengerti gue. Dia mengerti bagaimana segala pilihan yang telah ia buat akan menjadi yang terbaik untuk gue.

Dan gue sama sekali nggak mengiyakan.

Yang paling menakutkan bagi gue bukannya bagaimana ketika gue gagal dan mengecewakan nenek yang sudah bersusah payah membesarkan gue. Namun, Araruka Nazza ini jauh lebih takut akan kenyataan bagaimana nenek akan tahu.

Tahu bahwa gue sama sekali nggak yakin,apalagi bahagia dengan ini semua.

Namun, selama enam belas tahun gue hidup di dunia, rasanya nggak pernah gue terlalu berlarut dalam satu masalah hingga melupakan segalanya. Seperti saat ini, wajah kucel Alava membuat gue sedikit lupa akan permasalahan gue dengan nenek.

“Kemaren gue ngeliat mantan lo jalan dah sama cewek—”

Gue berkata dengan mulut enteng, membuat Alava yang sedang menikmati langit senja jelas terganggu.

“—kayaknya si cewek anak SMA tetangga.” Gue melanjutkan kalimat tadi.

Terdengar helaan napas samar lalu sahutan, “bodo amat, gue udah move on.”

“Iya, Arjuna gantengnya gak manusiawi sih. Bucin macem lo mana tahan ngeliat Arjuna ngejomblo.” Celetuk gue, straight on point.

"KENAPA SIH LO TUH PEKA BANGET?!” Alava mengerang kesal, membuat gue kontan menutup mata dan telinga.

“Jauhan lo ah!” Seru sambil mendorong Alava menjauh. “Jadi cucu Haji Bolot gue kelamaan deket sama lo!”

Melihat reaksi Alava yang terlalu dengan nggak tahu dirinya malah nyengir, mulut gue kembali bersiap untuk membuat gadis yang kini tengah berbaring dengan tas kecil bermotif kotak-kotak warna merah dan biru sebagai bantalnya itu kesal.

“Kapan terakhir lo ngeliat dia?”

“Kapan ya? Pas Raffles nemuin bunga bangke kali. Lupa gue saking udah lamanya.”

“Ini lo sengaja minta dikatain apa gimana?”

“Ganti topik ah! Tau gue sensi kalo bahasan yang kayak gitu.”

Dan, entah mengapa gue kembali teringat akan masalah gue dan nenek.

“Stres gue mau kenaikan kelas.”  Celetuk gue dengan tidak sadar, lalu mendapat anggukan samar dari Alava.

AntharesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang