23. Something

632 27 1
                                    

Jika ada kesalahan bisa di komen aja ya,

Let's reading guys
Typo!!

....

Risia berdecak kesal saat seseorang menariknya dengan kasar, ia terpaksa mengikutinya. Risia berharap agar wanita itu tidak berbuat macam-macam dengan Moly.

Cengkraman ditangannya mengendor seiring dengan langkah yang semakin pelan, saat itu juga Risia menghentakkan menarik tangan nya.  Risia mendongak, ia hanya dapat melihat punggung lebar dan kokoh itu. Ia mendengus kesal, entah dirinya merasa jika dia tidak sedang dalam keadaan bahaya, langsung saja ia berbalik ingin kembali ke posisi awal.

" Ambil lah keputusan yang bijak," langkah Risia seketika berhenti saat pemilik suara serak itu mengeluarkan ucapannya.

" Urusi saja urusanmu, aku tidak tertarik dengan dirimu," tanpa berbalik ia menjawab dengan sinis. Tanpa diketahui Risia, Delwin mengulas senyum tipis di wajah rupawannya.

" Aku rasa kau adalah urusanku jadi.." tanpa meneruskan ucapannya, Ia menyerang Risia dari belakang. Risia yang tanggap langsung melawan, menangkis semua serangan yang diberikan oleh lawannya, Duel. Ia sangat menyukainya, tak terlalu menguras tenaga dan fokus tidak terlalu banyak terpecah.

Dejavu

Tetap melakukan perlawanan dan serangan balik, Risia merasa pernah berduel dengan orang yang saat ini tengah terduduk dengan menumpang salah satu tangannya di lutut yang tidak menyentuh tanah.  Risia dapat melihat senyum miring Delwin, ia mendengus kemudian memukul wajah Delwin dengan pistol yang ia pegang.

"Well, kurasa kemampuan semakin meningkat dari terakhir kita berduel,"  dengan tenangnya ia memandang wajah Risia sambil menyeka darah yang keluar dari mulutnya.

"Tidak usah bertele-tele,"langsung saja langkah mundur ia ambil dengan  tangan yang menodongkan pistol ke arah Delwin. Ia harus segera kembali ke tempat Moly berada sebelum hal yang tak terduga terjadi.

Delwin membiarkan Risia pergi dengan senyum tipis, kemudian berbalik untuk kembali, satu persatu tujuan nya tercapai, untuk saat ini ia akan menggunakan pion pion bodohnya itu.

......

Risia sudah kembali bergabung dengan Moly, ia sempat merasa bersalah saat tiba disana sebab ia lihat bahwa Moly terlihat kwalahan dalam menghadapi anak buah Rose. Jelas 1 lawan 20 orang, walaupun keahlian Moly berada diatasnya tapi dari itu agak merepotkan, terlalu menguras tenaga. langsung saja Risia membantu Moly untuk melawan orang orang itu. 

"Well kau sudah kembali," seruan dari Rose di hiraukan oleh keduanya, keduanya tetap fokus untuk menang, namun juga memikirkan untuk kabur. Mereka jelas memilih untuk kabur, tujuan mereka bukan menghabisi anak buah Rose tapi benda itu, DFielH.

Seolah memiliki ikatan batin, Moly dan Risia mendorong mundur lawan, berusaha untuk membuka jalan. Tak perlu waktu yang lama keduanya dapat menyingkirkan dari tempat itu, namun begitu mereka melangkah mendekati ruang dimana file itu berada, hal yang mengejutkan membuat mereka berhenti bahkan sedikit melangkah mundur.

Duar

Mereka terlambat, kepulan asap dan debu berterbangan di sekitar ruangan itu. Risia mendesah kesal, mereka harus mendapatkan file itu untuk lepas dari kekangan tak jelas dari para atasan di kantor.

"Shit," umpat Moly, dia mengacak-acak rambutnya frustasi. Tubuhnya sudah cukup lelah saat melawan anak buah Rose dan hal yang terjadi di depannya menambah bebannya.

Moly menengok ke arah Risia yang tak jauh beda dengan nya, Moly mengedarkan pandangannya, mereka belum terlambat orang orang itu belum mulai memasuki reruntuhan ruangan tersebut, namun dapat ia lihat sudah ada beberapa orang yang berpakaian serba hitam mendekati ruang itu.

"I don't think we're late, but just a little late for something" tanpa mendengar jawaban Risia, Moly segera menarik tangan Risia dan berlari menuju reruntuhan bangunan itu.

Risia berdecak kesal, namun ia paham akan situasi dan maksud dari perilaku Moly. Mereka sedikit terbatuk saat mulai memasuki reruntuhan itu karena debu masih berterbangan dan beberapa titik terdapat api.

Mereka melangkah perlahan, keduanya jelas tau bahwa orang-orang itu sadar akan kehadiran mereka dan hal itu membuat keduanya harus bergerak dengan cepat sebelum keadaan semakin tidak terkendali.

Disisi lain, Rose yang sudah kembali bergabung dengan Delwin dan memonitor pergerakan anak buah mereka tersenyum miring, sedikit lagi rencananya akan berhasil. Mereka berdua jelas akan mendapatkan file itu dan ia tak akan bersusah-susah mengambil file itu dari asalnya, ia akan mencurinya serta memberikan sedikit kejutan untuk mereka.

" Well, aku sedikit mengerti dengan julukan yang mereka dapat," ujar Rose tanpa mengalihkan pandangan pada monitor.

"Apa yang kau rencanakan," Rose menatap sinis Delwin, sedangkan yang ditatap hanya menaikkan satu alisnya.

"Bodoh," maki Delwin

"Itu bukan urusanmu, kau bilang aku bisa melakukan apapun tanpa harus mengusik mu bukan," Delwin kembali memandang ke arah monitor yang menampilkan kegiatan dari kedua gadis itu, Moly dan Risia.

"Tapi kau sudah mengusik apa yang menjadi milikku," Delwin menjawab dalam hati, ia tentu mengetahui akal busuk dari wanita disampingnya dan akan mengikuti skenario yang telah dibuatnya. Sedangkan Peter hanya diam, menikmati segelas bir dan sebuah tontonan yang menarik.

Adrenalin Rose semakin terpacu, saat ia tau anak buahnya sudah mulai mengepung kedua gadis itu, kedua tangannya terkepal. jangan sampai anak buahnya itu gagal, jika gagal ia akan menjadi buronan dari orang disampingnya, Delwin dan juga CIA. Cukup lama sampai anak buahnya berada di dalam reruntuhan itu, sesekali dapat ia liat pergerakan dari material reruntuhan yang menandakan adanya perkelahian disana. Rose semakin gelisah saat anak buahnya tak kunjung keluar, ia menghembuskan nafas pelan, berusaha meredam emosi agar tak dijurigai oleh Delwin, sedangkan kakaknya jelas tau apa yang dia rasakan.

 Sudah setengah jam lebih mereka masuk namun belum juga ada tanda tanda keberasilan. Delwin menengok ke arah Rose dan Peter, diam diam ia menikmati kegelisaan dari wanita itu. ia sudah menyiapkan beberapa hal yang mengejutkan untuk semuanya yang terlibat, tapi ia tidak akan jatuh dengan mudah.

Banyak hal yang sudah Delwin siapkan, tentu tanpa pengetahuan kedua kakak beradik itu. kekuasaan dan kekayaan Delwin membuatnya mudah untuk menyiapkan, menyusun segala rencana yang ada, Bahkan ia rela turun tangan untuk meminta seseorang untuk melanjarkan misi gilanya. Misi yang tidak ada kaitannya dengan File dan Kakak beradik itu.

Rose dan Peter tersentak kaget saat melihat monitor, mereka bingung dengan apa yang terjadi, ada orang lain, mereka bukan anak buahnya ataupun anak buah piter. peter yang merasa tak beres langsung memandang tajam Delwin, sedangkan yang ditatan hanya tersenyum simpul dengan mata yang mengeluarkan aura misterius.

"Suprise"


.....

Finally Update.

Sorry banget, aku juga pengen revisian cerita ini cepet selesai, tapi ya mau gimana lagi tugas di dunia nyata banyak banget dan aku masih kesulitan buat memajemen semua itu.

fighthing buat yang lagi nugas, tetep jaga kesehatan ya

vote and comment nya ku tunggu

thank you and see you

8 Januari "19
Revisi 19 Oktober"21
Felisna27.

Disguise √ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang