31.

434 24 0
                                    

No editing...
Let's reading.

.

.

.

.

"I Will say.. yes I Will," jawab Risia dengan tertunduk malu, pipinya sudah memerah malu, ditambah tangan besar Delwin yang masih setia bersandar di pinggul nya.

Entah bagaimana dengan mudahnya Risia menjawab -ya- ia merasa spontan dalam menjawab itu, mungkin berfikir beberapa hal yang tadi sudah sempat dibicarakan oleh mereka berdua.

Ia tau kalo ini mungkin terlalu cepat dengan intensitas pertemuan yang bahkan bisa dihitung dengan jari, namun Risia tak bisa memungkiri kalo rasa itu memang ada dan ingin bersama dengan Delwin.

Delwin tersenyum sumringah, kemudian mencium pipi Risia. Risia semakin menunduk malu, rasanya ia ingin terjun dari atap gedung perusahaan milik Delwin.

"Aku sangat senang, kalo begitu ayo kita ke ruangan ku,"ajak Delwin.

Tapi Risia menggeleng entah ia merasa enggan untuk pindah, disamping karena ia masih malu, dia juga merasa nyaman dengan posisi nya, sambil menikmati indahnya pemandangan malam di Jerman.

"Kenapa?"

Lagi lagi Risia hanya menggeleng, Delwin yang mengetahui nya terkekeh pelan, dan Risia dibuat kesal karena itu.

"Tidak usah tertawa," ketus Risia, kemudian membelakangi Delwin dan sekarang menghadap pembatas gedung.

"Besok aku ingin bertemu dengan orang tua mu," cetus Delwin secara tiba-tiba, Risia mengernyit heran "Untuk apa?"

"Ada perlu," jawab singkat Delwin membuat Risia mendesah, ia bingung untuk menjelaskan nya.

"Orang tua yang mana?"

"Memang kau punya berapa orang tua?" Giliran Delwin yang mengernyit bingung.

" Hmm... Sebenernya hanya tersisa mom and Dad- Mr. And Mrs. Xenon, mereka orang tua kandungku," jelas Risia.

"Lalu....?"

" Ish ... Yang sudah meninggal dunia sebenernya orang tua kandung dari Moly, mereka sudah ku anggap sebagai orang tuaku sendiri begitupun sebaliknya mereka menggapku sebagai anak, tapi nasib baik tidak berlangsung lama, Mr. Rypton meninggal saat aku masih kecil karena tertimpa reruntuhan dari proyek yang gagal sedangkan Mrs. Rypton terbunuh saat...," Risia semakin terisak, sesak rasanya mengingat hal itu, ia memang dilatih untuk menjadi kuat, namun ia tetap lah seorang perempuan yang memiliki sisi lemah lembut untuk orang tersayang nya.

Delwin mendekap tubuh Risia , meletakkan dagu nya di atas kepala Risia dan tangan nya bergerak mengelus rambut panjang Risia, berusaha menenangkan dan memberikan kekuatan bagi Risia.

"It's okay, i understand if you can't tell me now..,"

Risia menggeleng ".. Ini semua gara gara wanita itu... Dia dendam dengan Nick dan membawa bawa Moly dan berakhir dengan.. anak buah wanita itu berhasil menembak Mommy... Hiks..hiks...andai saja saat itu aku tidak lengah mungkin saja ini tidak akan terjadi," tubuh Risia merosot turun.

Suara tangis Risia mewarnai dinginnya malam, Delwin hanya diam namun tangannya masih bergerak mengelus rambut Risia.

".. Ini salahku andai... Saat itu aku tetap bersama mommy aku tak akan kehilangan Mommy.. ," tangan Risia memikul dadanya berusaha menghilangkan sesak yang bergumul di dadanya.

"Sst... It's not your mistake.. jadi jangan merasa bersalah, semuanya sudah berlalu, belajar lah mengikhlaskan dan semua akan mudah,"

"Tapi itu sulit untuk ku lakukan,"

Delwin mengangkat wajah Risia "look at me, itu bisa fokuslah pada masa depan ,tentu saja masa depan untuk kita berdua," Delwin mengerlingkan

Risia tertawa pelan, kemudian mengehela nafas - menatap ke arah mata Delwin.

"Antar aku pulang," pintanya

"Sebentar lagi."

"Delwin!! , Antar aku pulang sekarang atau tidak," ancam Risia.

"Okey okey akan ku antar sekarang," Delwin mengalah kemudian mengajak Risia ke

. . . .

"So..?"tanya Moly memecah keheningan di ruangan Nick.

Nick menyandarkan tubuhnya di sofa kemudian menarik tubuh Moly agar bisa memeluknya.

"Sebenernya aku adalah seorang pengusaha sebelum aku bertemu dengan mu dan aku memiliki banyak musuh termasuk Rose, setelah kejadian itu aku kembali ke Jerman, memperkuat keamanan dan menyelesaikan beberapa masalah, aku tidak bisa kembali ke Las Vegas aku tidak mau membahayakan mu. Selama aku disini aku mengirimkan orang untuk memantau mu, namun sayang mereka kehilangan mu," jelas Nick panjang lebar.

Moly mendesah dan semakin menenggelamkan diri nya diperlukan Nick, ia merasakan tekanan batin dan membutuhkan orang untuk menyokong nya.

"Aku ingin pulang," pinta Moly saat melihat Jam yang menunjukkan pukul 10pm, Daddy nya itu memberlakukan jam malam bagi Moly dan Risia hanya untuk berjaga jaga jika mereka berdua kembali membuat ulah, seperti di las Vegas.

"Kenapa terburu buru,?"

"Aku tak ingin membuat Daddy marah,"

"Aku yang akan menjelaskan ke Daddy mu jika kau terlambat pulang karena ku."

"Aku mohon aku juga sudah lelah," bujuk Moly.

" Baiklah jika kau sudah lelah aku tidak mau kau sakit," ujar Delwin.

"Minggu depan luangkan waktu mu," lanjut Delwin , kemudian mengantarkan Moly pulang.

"... Tunggu lah kejutan dariku.." batin Delwin

TBC.

Sorry lama update, aku sibuk dan lagi drop ,

Kayaknya part terakhir part besok y, ditunggu dengan sabar y...

8 Agustus "19
Felisna

Disguise √ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang