Bora terbangun mendengar keributan yang terjadi di dapur. Gadis itu meregangkan kedua lengannya ke atas. Sambil mengenakan sandal kamar berbentuk karakter animasi doraemon, Bora menyeret langkahnya menuju tempat dimana saudara kembarnya sedang membereskan kekacauan yang dibuat oleh Chan.
"Kau duduk saja di depan TV," usir Nara pada Chan. Pria itu menunduk dalam-dalam. Tanpa banyak bicara, Chan berlalu mengikuti perintah Nara.
"Ada apa, Kak?" tanya Bora. Gadis itu melirik Chan dengan tatapan kasihan.
Nara menghela napas panjang. Wanita itu tampak gusar karena dapurnya menjadi berantakan oleh lelehan telur yang meninggalkan bau amis dimana-mana. Bora mengikuti arah pandang kakaknya. Ia segera mengambil lap kotor tak jauh dari sana.
"Biar aku saja yang membersihkannya," ucap Bora menawarkan bantuan. "Kau lanjutkan saja acara memasakmu tadi."
"Mian," Nara mengusap wajah dengan sebelah telapak tangannya. "Apa suaraku tadi membuatmu terbangun?"
Bora meringis. "Tidak kok. Aku memang berniat bangun pagi," bohong gadis itu. "Kau mau memasak apa? Persediaan telur kita tidak ada yang tersisa," ucap Bora. Tangannya tak berhenti membersihkan pecahan kulit telur yang terserak di lantai. Sepertinya secara tidak sengaja Chan menjatuhkan satu bungkus berisi selusin telur ayam ketika akan membantu noona-nya itu membuat sarapan.
Nara berjalan ke arah lemari pendingin. "Masih ada ayam fillet dan brokoli. Apa itu cukup?"
"Cukup untukku," jawab Bora. Gadis itu sudah selesai dengan pekerjaannya. "Setelah aku mengepel lantai ini, aku akan segera membantumu memasak. Kau harus persiapan berangkat kerja kan?"
Nara mengangguk. Ia kini sibuk mengeluarkan bahan-bahan yang akan digunakannya untuk memasak. Wanita itu terbiasa bekerja dengan cepat dan tertata.
"Apa Nara Noona masih marah padaku?" tanya Chan setengah berbisik ketika Bora lewat untuk mengambil alat pel.
"Akhir-akhir ini mood-nya jadi lebih sering berubah, mungkin efek kehamilannya. Jangan terlalu dimasukkan dalam hati," jawab Bora menenangkan. "Lebih baik kau mandi dan bersiap-siap mengantarnya bekerja. Amarahnya akan mereda tak lama lagi. Kau bisa ikut sarapan bersama kami."
Chan mengangguk pelan. Ia masih merasa bersalah. Niat ingin membantu, dirinya malah membuat kekacauan di pagi hari. Semoga saja suasana hati Nara akan cepat membaik seperti yang dibilang Bora tadi.
---
Setelah mengantar Nara berangkat ke tempat kerja, Chan melajukan mobil milik wanita itu menuju suatu tempat tak jauh dari sana. Pukul dua nanti ia sudah harus kembali menjemput Nara, ia tidak ingin membuat wanita itu emosi lagi dengan terlambat menjemputnya. Bahkan walaupun sudah tidak semarah tadi pagi, sepanjang perjalanan mereka berdua hanya diam saja. Nara yang terlalu cuek dan lelah menolak tawaran antar jemput pria itu dan Chan yang terlalu takut dengan amarah Nara.
"Selamat datang," sapa seorang karyawan ketika Chan membuka pintu cafe.
"Ice Americano satu," pintanya tanpa perlu melihat menu. Pria itu menyodorkan sebuah kartu sebagai metode pembayaran. "Apa Melodi Noona ada?"
"Beliau belum datang kemari," jawab pelayan itu ramah. "Apa ada yang bisa saya bantu?"
"Kemarin aku minta reservasi ruang VIP padanya," ucap Chan. "Atas nama Han Hyesung."
Pegawai itu paham. "Mari saya antarkan ke ruangannya. Kebetulan Han Hyesung-ssi sudah menunggu Anda."
"Benarkah?" Wajah Chan berseri-seri. Pria itu tanpa banyak basa-basi mengikuti sang pelayan menuju ruangan yang dimaksud.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SVT FF Series] Unpredictable Unconditional Love
Romance[COMPLETE][SVT FF Series] --- Melanjutkan karir atau membangun keluarga? Jika Chan diberikan pertanyaan itu, tanpa pikir panjang ia akan memilih jawaban pertama. Pikiran idealisnya memang begitu. Namun keadaan tidak bisa berkompromi. Di usianya yan...