Chan keluar dari kamar mandi sembari mengeringkan rambut tebalnya yang basah dengan handuk. Pria itu berlalu ke meja rias. Dengan telaten ia memakai beberapa produk skincare andalan pada wajahnya. Tak heran, kulit wajah Chan selalu terlihat bersih.
"Noona, giliranmu pakai kamar mandi," seru Chan sedikit keras.
Nara menggeliat pelan di atas kasur. Namun hanya itu. Ia terlihat kembali masuk ke alam mimpinya.
Chan menoleh. Sesungguhnya ia tidak tega untuk membangunkan Nara. Wanita itu pasti lelah. Setelah bekerja mengurus anak-anak kecil di pagi hari, Nara juga mengambil kelas mengajar bahasa isyarat di sebuah lembaga khusus. Chan yang sepanjang hari ini mengikuti kegiatannya saja merasa lelah, walaupun kebanyakan ia hanya mengamati dari jauh. Pria itu jadi tahu bagaimana kehidupan Nara yang tak kalah berat dari kehidupan seorang idol.
Tangan Chan terulur menuju kepala Nara. Ia sempat berhenti beberapa detik. Namun, pria itu melanjutkan aksinya. Jika ia membiarkan Nara tidur sekarang tanpa membersihkan diri terlebih dahulu, hal itu juga tidak baik bagi kesehatannya. Dengan lembut, Chan menepuk-nepuk pipi kanan Nara yang mulai tembam akibat nafsu makannya yang meningkat.
"Noona, bangun. Ayo mandi dulu. Noona juga belum minum susu malam," ucap Chan mengingatkan.
Nara membuka kedua matanya malas-malasan. "Lima menit lagi," ucapnya sembari memajukan bibir merajuk.
Sepertinya Nara belum sadar benar. Kalau wanita itu tahu dirinya baru saja merajuk seperti tadi pada Chan, pasti Nara akan malu setengah mati. Chan menahan tawanya. Ia masih sayang nyawa. Kalau noona-nya itu tahu Chan menertawainya, bisa-bisa Chan habis dihajar malam itu juga.
"Semakin cepat Noona melakukannya, Noona semakin cepat juga untuk beristirahat lagi," bujuk Chan tak hilang kesabaran. "Jangan lupakan jadwal minum susunya. Si kembar juga butuh makanan."
Setelah mendengar hal itu, Nara bangun. Ia terduduk di atas kasur dengan mata terpejam. Sepertinya jurus terjitu untuk menyadarkan wanita itu adalah dengan membahas kesehatan kandungannya.
Chan berdiri dari posisi jongkoknya di sisi ranjang. Pria itu mengambilkan handuk Nara yang tersampir di rak dan memberikannya pada sang pemilik. Nara menerimanya sembari memberikan tatapan kesal pada Chan. Dengan berat hati, wanita itu melangkah menuju kamar mandi.
Lima belas menit kemudian Nara sudah keluar. Wajahnya sudah cerah akibat guyuran air dingin yang membasuh tubuhnya. Wanita itu berjalan ke arah rak handuk bermaksud untuk meletakkan alat pengering badan tersebut ke tempatnya semula. Tanpa sengaja tatapannya menemukan segelas susu coklat hangat di atas meja.
"Chan!" panggil Nara.
Chan mematikan musik dari ponselnya dan berjalan terburu-buru ke arah sumber suara. "Ada apa, Noona?" tanyanya panik.
Dengan wajah polos Nara mengacungkan telunjuk ke arah gelas di atas meja. "Ini kau yang buat?"
Chan mengikuti arah tunjuk jari Nara. Dia menghela nafas panjang. Pria itu berpikir ada sesuatu yang penting yang membuat Nara berteriak memanggil namanya.
"Noona kan memang harus minum susu," jawab Chan enteng. "Daripada terlupa, lebih baik aku membuatkannya ketika Noona sedang berada di dalam kamar mandi. Jadi kau bisa langsung meminumnya dan kembali tidur."
Mendengar alasan Chan, Nara terdiam. Iya seringkali meremehkan kehadiran pria itu. Toh Chan hanyalah anak kecil baginya. Namun hari ini Nara sadar. Maknae Seventeen itu mulai memberikan perhatian padanya. Yah, bukan hal yang buruk.
"Terima kasih," Nara tersenyum manis.
Wanita itu mengambil gelas dan membawanya ke ruang tengah. Dibelakangnya Chan mengekori. Nara duduk di sofa dan meminum susunya dengan nikmat. Chan kembali menyalakan music player di ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SVT FF Series] Unpredictable Unconditional Love
Romance[COMPLETE][SVT FF Series] --- Melanjutkan karir atau membangun keluarga? Jika Chan diberikan pertanyaan itu, tanpa pikir panjang ia akan memilih jawaban pertama. Pikiran idealisnya memang begitu. Namun keadaan tidak bisa berkompromi. Di usianya yan...