"Aku mau pamer!" teriak Jeonghan begitu masuk ke dalam ruang latihan. Teriakannya mampu membuat semua orang yang disana menoleh ke arahnya. Pasalnya, pria berambut blonde itu sangat jarang mau capek-capek mengeluarkan tenaga untuk teriak-teriak.
"Apa?" tanya Seungcheol ogah-ogahan. Member lain bahkan tidak ada yang menggubris.
"Hasilnya jagoan," ucap Jeonghan gembira sambil mengguncang bahu leader Seventeen itu. "Anakku cowok!"
"Akhirnya nggak ngumpet lagi?!" kali ini Mingyu antusias. Setiap kali Nari memeriksakan kandungan ke dokter dan melakukan tes USG, anaknya memang selalu membelakangi probe sehingga tidak dapat dilihat jenis kelaminnya.
"Kalau kau bagaimana...ehm," belum sempat Jeonghan melanjutkan kalimatnya, Seungcheol sudah membekap mulut pria itu agar diam. Seungcheol memberi kode bahwa ada banyak orang disana selain member Seventeen. Jeonghan baru sadar. Untunglah ia belum menyebut nama Chan.
"C'mon! Ayo kita mulai lagi latihannya!" Teriakan pelatih dance memenuhi ruangan. Kekacauan yang sempat dibuat Jeonghan lenyap begitu saja.
Chan melirik ke arah hyung-nya itu. Ia baru menyadari bahwa rata-rata para calon orangtua akan penasaran dengan jenis kelamin anak mereka. Namun entah mengapa Chan tidak begitu peduli. Mau anak yang lahir laki-laki atau pun perempuan, sepertinya ia akan baik-baik saja.
Tunggu. Sepertinya ada yang salah. Walaupun setiap kali Nara melakukan pemeriksaan kandungan Chan selalu menanyakan perkembangannya, Chan tidak benar-benar diberi tahu masalah detail kondisi si kembar. Mendengar Jeonghan yang sangat antusias dengan kehamilan istrinya dan selalu menyebut tentang detak jantung janin, ukuran panjang badan, dan sebagainya, Chan jadi sadar bahwa dirinya tidak tahu apa-apa tentang calon anaknya kelak. Sepertinya masih banyak hal yang harus Chan gali dari Nara.
---
"Aku pulang!" seru Chan.
"Sudah pulang? Tumben pulang cepat," komentar Nara begitu melihat Chan melangkah masuk menuju ruang tengah. Wanita itu membawakan satu botol air mineral dingin untuk Chan. Ia tidak tega melihat wajah kusut Chan yang tampak lelah.
"Terima kasih," ucap Chan sembari menerima pemberian Nara. "Noona, tidak ada jadwal lagi hari ini?"
Nara melihat ke arah jam dinding. "Seperti biasa, pukul tujuh nanti aku ada kelas mengajar bahasa isyarat. Masih ada empat jam lagi," jawab Nara. "Kau pulang lebih cepat dari biasanya karena sangat lelah?"
Chan menatap ke dalam manik mata Nara dengan pandangan yang tidak dapat diartikan. Mendapat tatapan seperti itu, Nara jadi salah tingkah sendiri. Wanita itu tertawa kikuk sembari mengalihkan pandangan ke arah lain.
"Kau belum menjawab pertanyaanku, Chan," kata Nara setengah bercanda.
"Hari ini jadwalku memang hanya ada latihan rutin saja. Jadi aku segera pulang kesini setelah semuanya selesai," jawab Chan. "Noona, mau jalan-jalan denganku dulu? Apakah nanti aku boleh ikut kelas Noona?"
"Kau mau belajar bahasa isyarat?" tanya Nara heran. Tak biasanya Chan seperti ini. Bahkan pria itu cenderung tidak mau terlihat bersama dengan dirinya di tempat umum. Chan sangat berhati-hati.
'Aku mau melihat keseharianmu,' jawab Chan dalam hati. Tidak mungkin kalimat itu keluar langsung dari mulutnya. "Aku hanya sedang ingin keluar dari rutinitas harianku. Noona tidak terganggu, kan?"
"Tidak kok," jawab Nara. "Okay, kau boleh ikut kelasku tapi jangan mengacau disana ya," sambung Nara sambil terkekeh kecil menertawakan candaannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SVT FF Series] Unpredictable Unconditional Love
Romantik[COMPLETE][SVT FF Series] --- Melanjutkan karir atau membangun keluarga? Jika Chan diberikan pertanyaan itu, tanpa pikir panjang ia akan memilih jawaban pertama. Pikiran idealisnya memang begitu. Namun keadaan tidak bisa berkompromi. Di usianya yan...