24

568 25 1
                                    

Chan mengeringkan rambutnya dengan handuk. Ia berjalan menghampiri Nara yang sedang bersantai menonton TV di ruang tengah. Anak-anaknya sudah tidak terlihat.

"Mereka sudah tidur?" tanya Chan. Ia duduk di samping Nara.

Nara menoleh. "Mereka baru saja tidur lagi." Tangan Nara terulur, ia bantu mengeringkan rambut cokelat Chan. "Kau tidak lelah? Mau langsung tidur?"

Chan menggeleng. "Besok hari Minggu. Aku masih punya banyak waktu untuk istirahat."

"Sudah selesai," ucap Nara senang.

Chan mengambil handuk dari tangan Nara. Ia berdiri dan menaruhnya di rak pengering. Tak lama kemudian pria itu sudah kembali bergabung bersama sang istri di depan TV. Chan langsung memasang posisi tiduran dengan paha Nara sebagai bantalannya. Wanita itu tidak protes. Ia memain-mainkan rambut Chan dengan tangan kanannya.

"Aku pertama kali melihatmu menari secara langsung seperti tadi," ucap Nara. Terselip rasa bangga dalam nada bicaranya. "Kau benar-benar bersinar saat di atas panggung."

"Benarkah?" tanya Chan.

Nara mengangguk. "Karisma seorang Dino. Apalagi ketika kau menjadi center, banyak fans yang menjerit histeris melihat gerakanmu."

"Kau cemburu?" goda Chan.

Nara mengangkat bahunya. "Tidak juga. Aku kan sudah memilikimu sepenuhnya sebagai seorang Lee Chan."

"Ei... Noona menggodaku, huh?"

Tangan Nara yang tadinya mengusap lembut rambut Chan, kini beralih menjadi menjitak. Chan sampai mengaduh dibuatnya.

"Aku bicara fakta. Bukan menggodamu. Jangan terlalu percaya diri," kilah Nara.

Chan tertawa kecil. Ia membawa tangan kiri Nara yang menganggur masuk ke dalam genggamannya. Pria itu sangat menikmati waktu luang mereka seperti sekarang ini. Ketika seharian lelah bekerja dan mengurus anak, mengobrol dan bercanda dengan Nara adalah obat yang manjur. Tidur pun jadi lebih nyenyak. 

Walaupun sebenarnya setelah memutuskan untuk tinggal sendiri terpisah tidak di dorm yang sama dengan member Seventeen lainnya, Chan merasa lebih lelah. Tidak ada manajer yang membantunya bersiap-siap bekerja, ia pun harus menyetir sendiri menuju tempat rekaman. Jika ia terlalu lelah karena semalaman mengurus si kembar, Chan terpaksa memanggil taksi. Namun ia tidak menyesalinya. Chan menemukan kebahagiaannya sendiri dengan keluarga kecilnya.

Tidak hanya Chan yang susah. Dari pihak Nara pun, ia menemui beberapa kesulitan. Hubungan mereka dengan orangtua Nara masih belum kembali seperti sedia kala. Namun Nara berjuang. Bagaimanapun ia kini sudah menjadi ibu bagi dua orang anak. Ia tidak bisa terus-menerus sedih ketika dirinya merasa tidak dianggap anak oleh kedua orangtuanya sendiri. 

Ketika anak perempuan lain di belahan dunia manapun belajar menjadi seorang ibu untuk pertama kalinya, ada seorang Ibu yang membantunya memberikan arahan disana-sini. Berbeda dengan Nara. Dari hamil hingga membesarkan si kembar, ia belajar semuanya secara mandiri. Wanita itu sadar, sejak dirinya memutuskan untuk mempertahankan kehamilannya, inilah konsekuensi yang harus ditanggung. Beruntung keluarga dari pihak Chan menerima dirinya sebagai menantu dengan baik. Ibu Chan banyak membantunya pada masa-masa ia masih baru pulih dari koma.

Nara dan Chan belajar bekerja sama dan membagi peran dalam urusan rumah tangga. Chan bahkan berubah menjadi sosok yang lebih dewasa dan pengertian dalam waktu lumayan singkat. Kehadiran Taeyong dan Taeyun mampu mengubah keduanya menjadi lebih baik.

"Oh ya, tadi Bora meneleponku," kata Nara. Chan hanya diam menunggu kelanjutan kalimat wanitanya itu. "Katanya, ayah dan ibuku menanyakan kabar Taeyong dan Taeyun."

[SVT FF Series] Unpredictable Unconditional LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang