"Sayang, sepatu Taeyong dimana ya?" teriak Chan dari ruang depan. Ia berjongkok mencari-cari benda itu di dalam rak penyimpanan sepatu. Taeyong bergerak tak nyaman di dalam rengkuhan lengan Chan.
"Kau belum mengambilnya dari mobil," Nara balas teriak dari arah dapur. "Ah, Taeyun-ah!"
Mendengar teriakan Nara, Chan bergegas menyusul istrinya. Begitu sampai ia melihat Nara sedang sibuk membersihkan susu yang tumpah membasahi pakaian Taeyun. Melihat saudara kembarnya basah kuyup, Taeyong yang awalnya rewel malah tertawa nyaring. Pandangan Nara dan Chan teralihkan ke arah bayi yang berada di gendongan ayahnya itu. Taeyun ikut tertawa mendengar Taeyong tertawa. Nara jadi tidak bisa marah dengan kekacauan yang terjadi pagi itu.
Nara mengangkat Taeyun dari baby bouncer dan mulai melepaskan bajunya yang telah basah. "Kau aktif sekali, Taeyun-ah! Kakimu bergerak kesana-kemari sampai menendang gelas susu sarapanmu, hm? itu ASI eomma yang berharga, jangan dibuang-buang, mengerti?"
"Aaa," oceh Taeyun seperti mengerti dengan apa yang diucapkan oleh ibunya.
"Biar aku saja yang mengganti baju Taeyun," kata Chan dari balik punggung Nara. "Noona belum selesai menyiapkan makanannya, kan? Kau juga belum bersiap-siap."
"Kau bisa?" tanya Nara ragu.
"Segini saja sih bukan masalah bagiku. Aku juga yang akan memberi mereka makan pagi ini. Ambillah waktu untuk kau bersiap-siap," kata Chan penuh perhatian.
"Terima kasih, Chan. Aku mengandalkanmu," kata Nara. Ia memberikan tepukan ringan di kepala Chan sebelum kembali melesat menuju dapur. Chan ingin protes, namun wanita itu sudah hilang dari pandangannya.
"Eomma kalian selalu menganggap Appa seperti anak kecil, huh?" omel Chan. Ia meletakkan Taeyong berbaring di samping Taeyun. Kedua putra kecilnya itu hanya tersenyum lebar mendengar gerutuan sang ayah.
---
Chan mendorong tandem stroller dimana Taeyong dan Taeyun tidur dengan nyenyak. Di punggungnya terdapat satu ransel besar berisi perlengkapan bayi yang tidak bisa terpisah dari anak-anaknya. Mulai dari popok hingga susu ada di dalam sana. Intinya, tas itu berisi peralatan perang mengasuh anak. Di belakangnya Nara menarik sebuah keranjang berisi makanan yang sudah ia siapkan sedari pagi. Chan dan Nara memasuki sebuah gedung dimana Seventeen akan melakukan promosi terakhir comeback dari album musim panas mereka.
Mereka tiba di depan ruang ganti Seventeen. Chan mengetuk pintu tiga kali sebelum membukanya. Dua belas member lainnya yang sudah datang terlebih dahulu menyambut kedatangannya dengan suka cita. Mereka bertambah ramai ketika melihat bahwa Chan juga datang bersama Nara dan si kembar.
"Anak-anakku bisa bangun dan menangis kalau mendengar suara berisik para samchon ini," ucap Chan.
"Mereka memang harus bangun agar bisa aku ajak bermain," ucap Seungkwan bengal.
"Aku jadi kangen dengan Haneul," ucap Jeonghan sembari mengamati wajah damai Taeyong yang terlelap. "Haneul masih berusia empat bulan. Anak-anakmu sudah enam bulan kan?"
"Iya, hyung," jawab Chan bangga. "Setelah mereka lebih besar, kita harus saling mengenalkannya, hyung."
"Baiklah," ucap Jeonghan.
"Nara-ssi, kau bawa apa?" tanya Soonyoung. Ketika para member Seventeen tercuri perhatiannya dengan kehadiran para malaikat kecil di ruangan itu, perhatian leader performance team malah terpaku dengan keranjang yang dibawa Nara. Kalau masalah makanan ia bisa langsung mengenalinya.
"Aku membawa makanan untuk Seventeen dan seluruh staff," ucap Nara teringat dengan barang bawaannya. Ia menarik keranjang berisi buah potong dan gimbab yang telah dikemas dengan rapi menuju salah satu sisi ruangan yang lebih sepi. "Makanlah, kalian pasti belum sarapan."
"Yuhuu, Nara memang terbaik," ucap Mingyu. "Bolehkah aku mengambilnya?" Nara mengangguk sebagai jawaban.
"Ada stiker foto kalian berempat disini," komentar Jisoo. Ia berdecak kagum. "You put a lot of effort. Terima kasih Nara-ssi."
"Aku bantu membagikannya ya, Noona," kata Seungkwan.
Akhirnya Seungkwan, Mingyu, Chan, dan Nara sibuk membagikan makanan itu ke seluruh staff Seventeen yang ada di sana. Kurang lebih masing-masing tujuh puluh kemasan gimbab dan buah potong sudah terdistribusi ke seluruh orang disana. Setelah selesai dengan pekerjaannya, Chan berpamitan untuk mengganti pakaiannya. Hanya dirinya seorang yang belum memakai stage outfit-nya.
Nara duduk di salah satu sofa. Ia melihat para staff dan member Seventeen melahap makanan yang telah dibuatnya dengan semangat. Usahanya sejak pukul dua dini hari akhirnya terbayarkan. Hanya ini yang bisa ia lakukan untuk menunjukkan rasa terima kasihnya karena mereka telah memberikan dukungan pada hubungannya dengan Chan sejauh ini.
"Kau membuatnya sendiri?" tanya Mingyu yang duduk di sebelah Nara.
"Chan banyak membantuku," jawab Nara. "Disaat aku menyiapkan makanan, dia mengurus segala perlengkapan si kembar."
"Maknae kita sudah tumbuh dengan baik," puji Soonyoung dengan mulut penuh potongan gimbab.
"Telan dulu makananmu sebelum bicara," ucap Seungcheol mengingatkan.
Nara tersenyum kecil melihat keributan Seventeen. Ia jadi menyadari besarnya arti kekeluargaan yang telah mereka bangun sedari masa trainee. Wanita itu senang karena telah menjadi bagian dari ikatan persaudaraan itu.
Terdengar suara tangisan dari arah stroller. Nara meletakkan piring styrofoam berisi buah di atas meja dan bergegas menghampiri buah hatinya. Ia mengangkat Taeyun yang terbangun dari tidurnya. Putranya selalu terbangun karena merasa lapar. Lagipula ini memang sudah waktunya para bayi untuk minum susu.
"Lapar ya sayang? Sebentar ya, Eomma ambilkan susu dulu," kata Nara tenang. Ia menggendong Taeyun dengan satu tangan. Tangan yang lain berusaha membuka tas tempat botol susu Taeyun berada.
"Kau bisa meminta tolong padaku," kata Chan dari balik punggung Nara. Ia mengambil tas dan mengeluarkan botol susu Taeyun.
"Ya! Kau mengagetkanku," seru Nara sambil mengelus dadanya. "Sejak kapan kau kembali kemari?"
Chan hanya terkekeh kecil. Ia membuka tutup botol susu dan memastikan bahwa tidak ada susu yang bocor menetes dari pinggiran botol.
Tanpa banyak bicara, Chan mengambil Taeyun dari gendongan Nara dan mulai memberikan susu pada anaknya. "Kau habiskan saja dulu makananmu. Biar aku yang mengurus Taeyun."
"Kau kan harus segera dirias," kata Nara lagi.
"Saat dirias kan, aku hanya duduk diam. Aku bisa sambil memberi Taeyun susu," ujar Chan.
"Ya ya ya, kalian membuatku iri," ucap Jihoon menengahi. "Disini banyak samchon. Biarkan Taeyun yang memilihnya."
Mendengar ucapan Jihoon, member Seventeen yang lain ikut memperebutkan Taeyun. Sesuai dengan julukan yang telah Seventeen sandang, suasana ruang tunggu boygrup itu menjadi sangat ramai. Taeyong yang awalnya terlelap pun menjadi terbangun oleh keributan itu.
"Ah sepertinya keputusanku untuk membawa mereka kesini salah besar," keluh Chan. Walaupun begitu, ia membiarkan para member ikut mengasuh anak-anaknya. Kini Taeyun dan Taeyong sudah seperti piala bergilir. Berada di dalam gendongan samchon yang satu, kemudian dioper ke samchon yang lain.
Nara tertawa kecil mendengar keluhan Chan. Ia mendekatkan bibirnya pada sebelah telinga pria itu. "Setidaknya kita punya banyak persediaan baby sitter untuk mengasuh mereka saat kita merencanakan bulan madu nanti," bisik Nara. Chan menanggapi ide cemerlang Nara dengan tertawa puas.
"Ayo, waktunya bersiap-siap," seru seorang staff.
"Okay!" jawab member Seventeen menurut.
Jeonghan menghampiri Nara dengan Taeyong di tangannya. "Biar aku yang urus anak kalian dulu. Giliran make up ku terakhir," katanya. Nara mengangguk. Ia dengan senang hati menyerahkan botol susu Taeyong pada Jeonghan. Sepertinya bapak satu anak itu jadi teringat dengan Haneul di rumah.
Mata Nara berkelana mencari putra kecilnya yang lain. Ia cukup lega ketika mendapati Taeyun sedang meminum susunya dengan tenang dalam dekapan Mingyu. Dia memang sudah dekat dengan pria jangkung itu, tak heran lagi jika Taeyun tidak rewel.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SVT FF Series] Unpredictable Unconditional Love
Romance[COMPLETE][SVT FF Series] --- Melanjutkan karir atau membangun keluarga? Jika Chan diberikan pertanyaan itu, tanpa pikir panjang ia akan memilih jawaban pertama. Pikiran idealisnya memang begitu. Namun keadaan tidak bisa berkompromi. Di usianya yan...