Sudah hampir satu jam Chan berbaring diam mengamati wajah tidur Nara. Pikiran dan hatinya berperang. Ucapan-ucapan Hyesung dan Soonyoung terus menghantuinya hingga tidak bisa terlelap. Nara menyayanginya? Chan menyayangi Nara? Entah mengapa hal itu sangat mengganggunya saat ini.
Nara menggeliat dalam tidurnya. Chan menahan napas. Ia takut wanita itu terusik karena tahu dirinya sedang diamati. Chan kembali menarik napas ketika Nara sudah kembali terlelap setelah menemukan posisi ternyamannya.
Setelah ditilik kembali, sudah banyak perubahan yang Chan alami selama tinggal bersama Nara. Pada awalnya ia memang tidak menerima keadaan dimana ia harus menikahi orang yang tidak ia sangka sama sekali. Chan juga menjadi orang yang paling tidak senang menerima kabar kehamilan Nara. Berbeda dengan semua orang yang berada di sekitar wanita itu, baik Bora maupun member Seventeen lainnya, yang awalnya bahkan tidak kenal sama sekali dengan Nara, menjadi sangat antusias dengan keadaan Nara. Hal itu juga yang mendorong Chan jadi memiliki keinginan untuk mengenal Nara lebih dekat.
Dulu Chan menganggap Nara adalah orang yang paling kaku dan tidak asyik untuk diajak bercanda. Saat bermain dengan Bora, Chan sering kali bertemu juga dengan Nara secara tidak sengaja. Wanita itu selalu sibuk dengan belajar dan bekerja. Bahkan candaan yang dilontarkan Chan untuk menyapanya pun dianggap angin lalu. Intinya, Nara tidak berkesan sama sekali bagi Chan. Pria itu murni menganggap keberadaan Nara karena ia adalah saudara kembar Bora, noona yang ia kagumi.
Mata Nara mengerjap pelan. Dengan tatapan linglung khas orang bangun tidur, ia menatap Chan yang masih berbaring miring mengamatinya. Chan tersenyum. Entah apakah wanita itu sadar atau tidak. Chan tersenyum karena menurutnya wajah Nara baru bangun tidur selalu terlihat lucu dimatanya.
"Chan?" panggil Nara tak yakin.
"Ya?" balas Chan. Pria itu mengulurkan tangannya untuk membenahi poni Nara yang jatuh menutupi matanya. Hati Chan mencelos ketika menyadari kedua kelopak mata wanita itu bengkak sehabis menangis. "Apa aku membangunkanmu?"
"Kau kembali?" tanya Nara dengan suara bergetar seperti orang mau menangis tanpa mengabaikan pertanyaan Chan.
"Maaf, sudah membuat Noona bingung dengan pergi begitu saja," ucap Chan penuh sesal. "Aku janji tidak akan mengulanginya lagi."
"Maaf... Maaf... Aku...," Ucap Nara terbata-bata. Ia akhirnya terisak. "Maaf aku sudah menyimpan semuanya sendiri, Chan."
Chan menggeser posisi tidurnya hingga lebih mendekati Nara. Ia membawa wanita itu masuk ke dalam kungkungan lengan kokohnya. Telapak tangan Chan meraih kepala Nara hingga wanita itu dapat menangis di dadanya.
"Aku mengerti kenapa Noona berbuat seperti itu. Salahku juga yang selama ini tidak berusaha memperhatikan kalian dengan lebih baik. Maafkan aku," ucap Chan dengan lancar. Ia mengusap rambut Nara lembut. "Noona sudah berusaha keras menjaga mereka seorang diri selama ini. Mulai sekarang, izinkan aku ikut menjaga kalian. Bolehkah?"
Nara masih berusaha mengatur isakannya yang mulai mereda. Selama itu juga tangan Chan tidak berhenti mengusap surai lembut Nara. Setelah lebih tenang, wanita itu mengangkat kepalanya. Ia mendongak hingga pandangan matanya bertemu dengan milik Chan.
"Kenapa?" tanya Nara dengan suara sengau sehabis menangis. "Kenapa akhir-akhir ini kau menjadi baik padaku?"
Chan menyelami pikiran wanita di dalam dekapannya melalui kontak mata. Sejujurnya ia sendiri pun tidak punya jawaban pasti untuk pertanyaan itu. Sebelah tangan Chan yang masih berada di belakang kepala Nara, mendorong paksa hingga wanita itu kembali menunduk. Ia membawa kembali masuk ke dada bidangnya. Chan tidak tahan sendiri ditatap oleh mata belo Nara yang berkaca-kaca dalam jarak sedekat ini. Pria itu takut tidak bisa menahan diri dari keinginan untuk menghujani wajah Nara dengan kecupan ringan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SVT FF Series] Unpredictable Unconditional Love
Любовные романы[COMPLETE][SVT FF Series] --- Melanjutkan karir atau membangun keluarga? Jika Chan diberikan pertanyaan itu, tanpa pikir panjang ia akan memilih jawaban pertama. Pikiran idealisnya memang begitu. Namun keadaan tidak bisa berkompromi. Di usianya yan...