..
Seorang gadis remaja berlari tergesa di sepanjang trotoar jalan di tengah kota. Mengejar waktu karena hari ini ... seperti biasa, ia bangun kesiangan.
Seragam SMU melekat di tubuh mungilnya. Berpadu dengan kulit halus sewarna gading dan manik emerald yang begitu memikat. Rambut legamnya yang hanya berhias jepitan kecil berkibar tak beraturan. Tampak sedikit kusut saat angin menerpanya tanpa haluan.
Gadis yang tiga bulan lagi genap berusia tujuh belas tahun itu semakin mempercepat langkah. Tak menghiraukan wajah bingung dan kesal para pejalan kaki yang berkali-kali hampir ia tabrak.
Hampir sampai di tepi jalan utama, maniknya beralih pada tiang di pinggir jalan. Lampu di sana menunjukkan warna merah, membuatnya tersenyum lebar.
Namun, sedetik kemudian senyum itu memudar kala lampu jalan itu berganti warna. Mata indahnya membola.
"Sial!" runtuknya berlari lebih cepat.
Sedikit lagi.
Sedikit lagi ia sampai di penyebrangan meski sudah mulai lengang. Tapi tak berpikir panjang, gadis itu tetap berlari menyebrang saat lampu di atasnya mulai berubah hijau.
Tiiiinnnnnn!!!!
Suara klakson mobil berdengung di telinganya. Matanya terbelalak saat sebuah mobil hitam mengerem mendadak tepat lima belas senti di depannya. Membuatnya reflek berhenti karena terkejut. Jika sang pengemudi tidak cekatan, mungkin tubuhnya sudah hancur berantakan.
"Maafkan saya." Ia menunduk singkat, sebelum kembali berlari sekuat tenaga.
Florensia Arlenta. Putri semata wayang dari pasangan Reyhan Cornell dan Vivian Winata yang kini berstatus sebagai siswi salah satu SMU ternama ibu kota itu memang banyak memiliki kebiasaan unik.
Bukan tidak punya sepeda, bukan juga tidak punya uang untuk naik angkutan atau sejenisnya, karena sebenarnya ia memang berasal dari keluarga berada. Hanya saja mungkin hari ini adalah hari sialnya.
Kemarin mobilnya masuk ke bengkel langganan karena menabrak pohon mangga milik tetangga. Untung yang duduk di balik kemudi baik-baik saja. Karena jika tidak, pohon mangga itu pasti kini tinggal akarnya saja.
Siapa yang mengemudi? Tentu kalian tahu orangnya.
Alhasil, hari ini gadis cantik yang kerap disapa Flow itu terpaksa harus berlari karena taksi yang ia naiki terjebak kemacetan. Jika tetap duduk di kursi belakang, jelas akan membuatnya semakin terlambat. Toh, jarak sekolahnya sudah tidak terlalu jauh, lima belas menit jika ia berlari kencang.
Tinggal beberapa langkah, gadis itu semakin melotot saat seorang satpam mulai menutup gerbang sekolahnya.
Ia semakin mempercepat laju larinya, berteriak kencang agar satpam itu berhenti menggerakkan pagar raksasa yang semakin tak bercelah, tetapi terlambat.
Florensia ngos-ngosan. Berkacak pinggang di depan gerbang yang sudah tertutup rapat.
"Pakh, sah ya mauh ma-sukh ... hah hah ...."
"Maaf, Neng. Eneng sudah terlambat lima menit. Besok berangkatnya agak pagian ya, Neng." Satpam itu tersenyum manis kemudian pergi begitu saja.
Sialan!
Flow mendekat ke arah gerbang dengan wajah begitu menyedihkan. Menggenggam erat gerbang itu sambil sesekali mendobraknya.
"Saya hanya terlambat lima menit, Pak. Bukan sejam. Bukain doang, pak! Hoy, Pak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The DEVIL'S WOMAN ✔️
FantasySPIN OFF LILY & THE DEMON PRINCE (Fantasy-Romance) 18+ ZEAN LUCIFER. Sang putra mahkota kegelapan tiba-tiba memutuskan untuk tinggal di dunia manusia. Membangun sebuah perusahaan layaknya manusia pada umumnya hanya demi seorang gadis yang membuatny...