35. Beginning Of The End

728 63 21
                                    

Hallo... Maaf atas updatenya yang sangaaaaaaat terlambat :D

Bagi yang suka membaca cepat, mungkin part ini akan terasa membosankan. Jadi pelan-pelan aja ya bacanya.

Happy reading 😘
.

.

.

Dibalik riuh embusan angin yang membawa arak awan, menggelap menyembunyikan sang lentera malam. Membawa sinar terang yang menyeruak singkat kemudian menggelegar, mengguncang kesunyian. Merayap bak sulur-sulur panjang yang membawa kengerian.

Alam seolah ikut menyambut sang putra mahkota kegelapan yang tengah melangkah dengan kabut hitam menyeruak di setiap tapak kakinya. Merayap menghanguskan rerumputan, membinasakan segala kehidupan yang ada di sekitarnya.

Diantara gelegaran alam yang memecah hening, suara seretan pedang ikut menjadi irama. Membelah tanah, meninggalkan bekas memanjang yang mengepulkan asap seolah terbakar, sedang sang penggenggam sama sekali tak menghiraukan.

Manik semerah darah yang terpatri pada wajah rupawan itu menatap lurus ke depan, rahangnya mengetat memberi kesan ketegasan.

Jubah legam dengan ukiran naga berwarna marun menjalar di punggungnya. Batu rubi yang menjadi penghias pada ikatan di surai peraknya memperlihatkan kedudukannya yang tak dapat di remehkan. Tampak serasi dengan busana khas seorang bangsawan yang membalut apik di tubuh tegapnya. Elegan dengan aura kematian yang terpancar di waktu yang sama.

Zean menghentikan langkah tepat di antara tanah hitam. Inilah wilayah utara yang Xavier sebutkan, tempat asing di dunia manusia yang mana tak ada seorang pun tahu akan keberadaannya.

Daerah kuno yang di kelilingi oleh perbukitan tinggi menjulang seolah menantang cakrawala. Bahkan satelit berteknologi luar biasa sekalipun tak mampu mengungkap entititasnya.

Dengan semua hal itu, Zean merasa di untungkan karena entah bagaimana keberadaannya di daerah ini pun otomatis akan tersamarkan. Itu berarti sang raja sekalipun tak bisa merasakan auranya. Kecuali kedua pamannya yang memang tahu Zean ada di mana.

Mengamati kegelapan yang meraja sepeninggal kilatan petir tercipta, manik sang putra mahkota beputar siaga. Tiba-tiba ia merasakan aura familier yang cukup kuat.

Dan benar saja, tak berapa lama lucutan anak panah melesat dari berbagai arah. Diselimuti asap hitam yang tampak biasa, namun jika dilihat lebih jelas, akan terlihat simbol aneh di setiap pangkalnya. Simbol kepala tengkorak.

Dengan santai Zean melempar pedangnya ke udara. Manik merahnya berkilat, bersamaan dengan munculnya sinar merah yang menyeruak dari pangkal pedangnya. Saat cahaya itu menghilang, pedang Zean telah membelah dan melesat menabrak setiap anak panah yang ditargetkan padanya.

Dentuman keras memecah hening, kepulan asap membumbung di udara. Puluhan anak panah telah lenyap tak tersisa, sedang sebilah pedang terlihat kembali melesat ke genggaman tuannya.

Dari seberang arena, suara tepuk tangan membuat manik rubi sang putra mahkota kembali terfokuskan. Menatap datar seorang pria yang berjalan keluar dari rimbunnya pepohonan dengan senyum merekah.

Rambut gelap dengan helaian perak di sebelah kirinya, Xavier biarkan terurai begitu saja. Namun kali ini ia tak mengenakan jubah seperti biasa. Tubuh tegapnya dibalut oleh busana dengan kerah tinggi dibagian leher, tanpa lengan.

Hitam, namun ada corak kehijauan yang menyerupai suluran merayap dari pinggang hingga ke dada kirinya.

Manik terangnya tampak lebih gelap.

The DEVIL'S WOMAN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang