.
.
Sia masih meringkuk di balik selimut tebal. Menunduk, menyembunyikan wajah cantik dibalik kaki jenjang yang ia tekuk dengan kedua tangan memeluk lutut.
Isakannya masih terdengar, menggema mengisi setiap sudut kamar yang sunyi. Selimut tebalnya sudah basah karena butiran kristal yang berulang kali jatuh dari manik emeraldnya.
Sia tak habis pikir dengan permintaan Xavier yang gilanya diluar nalar. Bagaimana mungkin seorang gadis biasa dapat membunuh iblis calon penguasa dunia kegelapan?
Saat Sia bertanya apa alasannya, Xavier hanya tersenyum dengan sejuta rahasia. Pria kurang ajar itu meletakkan mawar hitam di sudut ranjang sebelum menghilang membawa angin yang menderu sesaat.
Sia terpuruk dalam diam. Pikirannya kalut bukan kepalang. Tak peduli iblis atau manusia biasa, bagaimana Sia bisa membunuh pria yang dicintainya?
Kalaupun ia bisa, Sia akan berpikir lebih dari seribu kali untuk melakukannya.
Tak berapa lama Sia termenung dalam kepiluan, suara mesin mobil membuat isak tangisnya mereda. Wajah cantik yang sejak tadi tersembunyi dibalik lutut kini mendongak. Menatap jendela besar di sudut kamar. Ada harapan yang terpercik dibalik mata sembabnya.
Bibir tipis Sia melengkung ke atas. Semburat senyum terlukis di wajahnya yang basah. Menyingkap selimut tebalnya, Sia beringsut turun dari ranjang seraya mengusap air mata yang masih tersisa.
Florensia berharap itu suara mobil Zean yang entah kembali untuk mengambil sesuatu yang tertinggal atau hanya sekadar melihat kondisinya.
Apapun yang terjadi dikemudian hari, Sia tak peduli. Jika itu benar-benar Zean, maka Sia hanya akan berlari ke arahnya. Memeluk erat tanpa sepatah kata. Ia hanya ingin Zean tahu cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Pria itu ... tak menahannya sendirian.
Sia mencintainya. Kini Sia juga akan bertahan. Melupakan masa kelam, saat-saat menyakitkan, ketika dirinya berada di kegelapan. Masa lalu yang membuatnya membenci dan mendendam, karena pada akhirnya itu semua sama sekali tak berguna. Rasa di hati membuat gua gelap di dalamnya perlahan mulai disinari bintang yang berpijar terang.
Sia menatap keluar jendela. Kepalanya sedikit menunduk, memperhatikan sebuah mobil hitam yang terparkir di halaman rumahnya. Namun, setelah mengamati beberapa saat, raut wajahnya berubah. Cahaya emerald itu meredup dengan raut sendu yang begitu kentara.
Itu bukan mobil Zean.
Sia mengalihkan tatapan. Sejenak berbalik hendak kembali meringkuk sebelum langkahnya terhenti dengan kening mengerut dalam.
Kepalanya kembali menoleh keluar jendela. Menatap mobil itu kian saksama. Dalam ingatannya, Sia mengenal mobil itu milik siapa. Tapi mungkinkah?
Tak lama kemudian, pintu mobil itu terbuka. Sesosok pria jangkung menyembulkan kepala. Surainya kecoklatan, dengan kulit sewarna gading dan manik coklat terang.
Pria itu tampak merapikan jas kelabu yang menutupi kaos biru tua yang tengah ia kenakan. Lalu kembali menunduk, mengambil sesuatu di dalam mobilnya.
Sia tertegun sesaat, senyumnya kembali merekah. Tanpa menunggu bel rumahnya dibunyikan, Sia berlari keluar. Menuruni tangga dengan tergesa diiringi senyuman yang tak kunjung memudar.
Sia membuka pintu rumahnya. Membuat embusan angin menyeruak masuk dan menerbangkan rambut legamnya sesaat. Ia tampak terengah, matanya yang sembab kembali berkaca-kaca.
Di lain sisi, seorang pria tampak terkejut saat pintu di depannya tiba-tiba terbuka. Manik coklat jernih itu melebar, mendapati seorang gadis berdiri dengan penampilan awut-awutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The DEVIL'S WOMAN ✔️
FantasySPIN OFF LILY & THE DEMON PRINCE (Fantasy-Romance) 18+ ZEAN LUCIFER. Sang putra mahkota kegelapan tiba-tiba memutuskan untuk tinggal di dunia manusia. Membangun sebuah perusahaan layaknya manusia pada umumnya hanya demi seorang gadis yang membuatny...