.
.
Di sinilah Florensia sekarang. Berdiri di depan pria tampan yang sejak tadi mengukir senyuman, menunggunya membuka mulut tentang alasan mengapa ia datang.
Manik emeraldnya menatap datar, menyembunyikan emosi berkecamuk yang membuat kedua tangannya terkepal.
Setelah hampir terusir dari lobi perusahaan, akhirnya Flow dapat masuk dengan bantuan seorang pria yang mengaku sebagai wakil dari pemilik perusahaan--yang kini berdiri beberapa langkah di sampingnya.
"Kembalikan nyokap-bokap gue." Gadis itu berucap datar, maju dua langkah.
Untuk beberapa saat, keheningan kembali tercipta.
BRAKK!
Zean berjingkat. Sementara Caius hampir pingsan di tempat saat melihat Florensia tiba-tiba menggebrak meja kerja tuannya.
"Di mana nyokap-bokap gue?!" Sekali lagi, Flow bertanya. Namun, kali ini dengan emosi yang kentara.
"Nona-"
Caius hendak menghampiri Flow, tapi tertahan karena lirikan Zean. Pria tampan bersurai coklat itu kembali mengurungkan niatnya.
"Bisakah kau duduk dan bicara baik-baik?" Zean menekan emosinya.
Melihat Flow tiba-tiba datang menemuinya memang membuatnya senang. Tapi, membentaknya bukanlah hal yang Zean duga.
Jika yang membentaknya bukan Florensia, mungkin putra mahkota kegelapan itu sudah melemparnya ke benua Antartika, biar beku sekalian.
"Aku sama sekali tidak tahu ke mana arah pembicaraanmu." Zean mencoba mengulas senyum lembut.
"Jadi, bisakah kau duduk dulu,
Nona Florensia?"Tampak tak terpengaruh, emosi Flow semakin meluap. Sejak pertama kali melangkah memasuki B Group, yang ia pikirkan hanya cara agar bisa mencincang Zean. Karena dari semua kemungkinan, hanya nama Zean yang terlintas di kepala cantiknya.
Orang yang secara kebetulan menggantikan Gio adalah Zean.
Yang tiba-tiba datang bersama orang tuanya adalah Zean.
Yang memberinya kartu nama dengan alasan tak masuk akal juga Zean.
Jadi, bukankah semua ini mungkin memang akal-akalan Zean?
Tampak berpikir sejenak, Flow kemudian merogoh saku seragam, mengeluarkan sebuah kartu dan melemparkannya ke meja Zean.
"Apa maksud lo ngasih kartu nama ini, Tuan Zean Bethalion?"
"Apa maksud lo kalo gue bakalan butuh dan kita akan sering ketemu?"
Zean mengerutkan kening, memiringkan kepala. "Apa ada yang salah dengan ucapanku?"
Tangan Florensia terkepal, semakin kesal saat Zean memasang tampang bodoh seolah tak tahu apa-apa.
"Ya. Karena setelah lo pergi, rumah gue tiba-tiba berantakan dan nyokap-bokap gue sekarang nggak tau ada di mana!" Matanya mulai berkaca-kaca.
"Elo, kan, yang semalem bikin rumah gue berantakan dan nyulik nyokap-bokap gue?"
"Di mana mereka sekarang?!" Florensia berteriak hingga terengah. Ia sudah tak sanggup lagi menahan semuanya. Hatinya ... terlalu porak-poranda.
"Nona Florensia, aku sama sekali tidak mengerti apa yang kau maksudkan." Zean mendebat, tapi Flow tak mau mendengarkan satu pun kalimat pembelaannya.
"Kalo bukan lo? Terus siapa?! Bukannya lo ngasih kartu itu ke gue biar gue ke sini dan minta lo nglepasin bokap-nyokap gue?! Dengan begitu lo bisa meras kekuarga gue?!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The DEVIL'S WOMAN ✔️
FantasySPIN OFF LILY & THE DEMON PRINCE (Fantasy-Romance) 18+ ZEAN LUCIFER. Sang putra mahkota kegelapan tiba-tiba memutuskan untuk tinggal di dunia manusia. Membangun sebuah perusahaan layaknya manusia pada umumnya hanya demi seorang gadis yang membuatny...