03. Dark Side

4.8K 377 16
                                    

.

.

Langit gelap menyapa. Berhias jutaan lentera malam yang berkelip bak permata. Menemani sang rembulan yang ikut memamerkan sinarnya. Membawa kedamaian dalam desiran angin yang perlahan menjamah kulit-kulit halus hingga membuatnya meremang.

Di sana. Di balik dinding-dinding yang berdiri kokoh menantang langit malam. Di balik kaca raksasa di lantai tiga puluh enam. Seorang pria tampan terlelap di ruang kerjanya.

Pria dengan pesona bangsawan dan senyum mematikan. Duduk berpangku tangan dengan kaki menyilang. Berbalut setelan celana hitam dan kemeja putih dengan dua kancing atasnya dibiarkan terbuka.

Kelopak matanya menyembunyikan misteri di balik pandangan. Bibirnya yang terkatup rapat menyembunyikan sejuta rahasia kelam. Sang pewaris takhta kegelapan tengah terpejam.

Suara desiran lembut membuat kelopak mata itu perlahan terbuka. Terfokus pada empat orang pria berbalut setelan jas. Tertunduk di depannya dengan beberapa luka goresan.

Zean memiringkan kepala, menumpu pipi dengan satu tangannya. "Siapa mereka?"

"Merekalah dalang dibalik penggelapan uang dua triliun yang anda sebutkan." Pria bersurai coklat yang berdiri di samping empat pria itu menjawab. Mengalihkan atensi dari sang pemilik perusahaan.

"Ah," Zean memamerkan senyuman mengerikan. Mengintimidasi korban yang sudah hampir kehilangan kesadaran. "Jadi, kalian para tikus itu?"

"Ma-maafkan kami!"

"Ampun! Ampuni kami, Tuan!!"

Satu orang membuka suara, yang dua ikut-ikutan. Sementara yang satu lagi hanya diam.

"Jangan khawatir. Aku pria baik hati."

Empat pria itu menengadahkan kepala. Menatap sang pemilik kekuasaan dengan tatapan penuh kelegaan.

"Te-terima kasih, Tuan!"

"Terima kasih!!"

Senyuman mengerikan kembali tercipta, "Tentu."

Zean beralih menatap pelayan setianya. "Biarkan mereka pergi, Caius"

Tiga orang bersujud dalam. Mengucapkan puji-pujian yang memuakkan.

"Ke neraka."

Suasana hening seketika. Ketiga pria itu membeku tanpa mampu berkata-kata. Saling menatap kemudian berlomba mencapai pintu keluar.

Sratt!!!

Satu kepala terlepas dari tubuhnya. Menggelinding hingga masuk ke kolong meja.

Dua orang lainnya mendelik tak bernapas. Sesaat kemudian, tubuh dua orang itu terbagi menjadi empat bagian. Membuat darah menggenang dan organ tubuh bereceran.

Zean tersenyum memesona. Melirik satu orang yang masih terpaku sambil memegangi lengan kanan yang sepertinya patah tulang.

Sungguh, pelayan setianya itu terlalu berlebihan. Kenapa tidak langsung melepas lengan itu saja?

"Kau tidak takut?"

Suara merdu kembali mengalun. Mengalihkan atensi si pria terakhir.

Pria itu berdiri, menatap dua orang di depannya bergantian. Dendam jelas terpancar di kedua matanya. "Tidak."

"Kalian berdua tidak akan bisa membunuhku!"

Zean menegakkan punggungnya. Tampak tertarik dengan keberanian salah seorang staf yang melihat tiga orang tercabik namun masih bisa tetap tenang. Mungkin dialah orangnya.

The DEVIL'S WOMAN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang