Kini, pria itu kembali berdiri di depannya. Dengan wujud, tatapan, dan senyum yang sama. Perlahan mengulurkan tangan untuk kedua kalinya.
"Apa sekarang kau mengingatku, Fresia Arleine?"
.
.
.
Flow masih terpaku. Menatap uluran tangan pria di depannya hampa. Ia masih berusaha menyelaraskan antara ingatan ribuan tahun lalu dengan akal sehat yang sekarang. Memastikan jika bayangan yang ia lihat bukanlah ilusi semata.
Gadis cantik itu menoleh pada cermin di sampingnya. Menelisik wajah yang sudah setiap hari ia lihat. Manik emerald, pipi putih dan halus, bibir merah muda yang tipis, dan rambut segelap malam yang menjuntai hingga punggung. Lalu, sorot mata itu beralih pada sebuah bingkai dengan foto usang di dalamnya. Potret masa kecil seorang Florensia yang terlahir dari serpihan jiwa Fresia yang telah tiada.
Florensia menyadari siapa dirinya sebenarnya.
Matanya terbelalak saat kembali menatap ke depan. Cermin itu memantulkan pria berjubah hitam yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakangnya. Mengulas senyum misterius yang tak dapat ia artikan. Perlahan mengangkat kedua tangan dan membuka tudung jubah yang ia kenakan.
Pria itu memiliki rona kulit sepucat pualam. Manik merah keemasan dengan tatapan dalam. Serta surai sebahu senada dengan milik Florensia, diselingi beberapa helai warna perak di belahan sebelah kanan.
Lengan kekar pria itu beralih pada helaian rambut Flow yang berantakan hingga menutup sebagian wajahnya, menyelipkan ke belakang telinga, lalu mendekap pelan pinggang ramping Florensia dengan kepala yang ia majukan. Mengecup singkat bahu kiri Flow tanpa mengalihkan perhatian. Seolah Flow adalah benda miliknya yang begitu berharga.
Mendapat perlakuan demikian, Flow hanya diam. Masih menatap ke arah cermin yang memantulkan wajah cantik dan pria di belakangnya. Ia tak merespon, juga tak mengisyaratkan penolakan. Flow hanya berpikir untuk tidak melalukan suatu tindakan gegabah karena pria ini tentu bukanlah manusia biasa.
"Aku tidak tahu jika kau akan tumbuh menjadi gadis secantik ini." Pria itu kembali berucap, semakin dalam menghirup aroma tubuh Flow yang membuatnya menutup mata sesaat.
"Ternyata memberimu kehidupan kedua bukanlah hal yang buruk."
Flow masih tak merespon. Tak dapat dipungkiri, baginya, semua kenyataan ini begitu rumit untuk ia terima hanya dalam satu malam.
Selama belasan tahun ia hidup sebagai Florensia. Memiliki keluarga yang normal dan bergaul selayaknya gadis pada umumnya. Siapa sangka sebenarnya ia juga pernah hidup sebelumnya? Ribuan tahun yang lalu saat populasi manusia belum seberada sekarang. Meski harus berakhir dengan kematian tragis saat masih anak-anak.
Flow tak menampik bahwa apa yang ia lihat di dalam kepalanya hanya ilusi belaka. Ia juga tak menyergah saat pria itu memanggilnya Fresia, bahkan ia tak menolak saat pria itu memeluknya dengan mesra.
Florensia sepenuhnya mengerti akan apa yang terjadi padanya. Ia sadar jika dirinya adalah reinkarnasi dari jiwa bocah kecil bernama Fresia Arleine.
Namun, ada satu hal yang terasa mengganjal. Yang sampai saat ini masih membuatnya terdiam karena memikirkannya.
Saat itu, saat tiba di mana dirinya hampir menemui ajal dan meminta untuk diselamatkan, pria yang tengah memeluk pinggangnya ini bilang tak bisa menyelamatkan.
Berdalih bahwa itu adalah takdirnya, dan malah berkata bahwa kedatangannya memang untuk mengambil jiwa yang sebentar lagi akan keluar dari tubuhnya. Pria itu hanya menggeleng pelan dengan tarikan di sudut bibir. Memandang seolah keadaan Fresia yang mengenaskan adalah kejadian biasa yang sering ia lihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The DEVIL'S WOMAN ✔️
FantasySPIN OFF LILY & THE DEMON PRINCE (Fantasy-Romance) 18+ ZEAN LUCIFER. Sang putra mahkota kegelapan tiba-tiba memutuskan untuk tinggal di dunia manusia. Membangun sebuah perusahaan layaknya manusia pada umumnya hanya demi seorang gadis yang membuatny...