09. Behind the Darkness

3.4K 243 10
                                    

.

.

~Ratusan tahun yang lalu, saat populasi manusia masih belum memenuhi peradaban seperti sekarang. Saat barang-barang super canggih belum ditemukan untuk mempermudah pekerjaan.

Tidak ada jalan beraspal. Adanya hanya jalan setapak yang dibuat dengan peralatan seadanya. Digunakan sebagai satu-satunya petunjuk arah agar tidak tersesat di tengah hutan belantara, sebuah tempat di mana populasi pohon-pohon besar bersulur panjang masih menaungi hampir tiga perempat daratan. Tempat para manusia mencari pengisi perut dan pelindung diri untuk mempertahankan keberadaannya.

Di sana, di tengah hutan dengan pepohonan berkayu keras dan berakar napas, seorang anak kecil tengah berlarian tanpa arah. Menerobos belukar demi belukar tapi tetap tak menemukan jalan buatan manusia.

Diantara langkahnya yang mulai memelan, napasnya ikut terengah. Manik merahnya yang menatap sekeliling mulai basah oleh air yang menggenang di pelupuk. Dihapus dengan cepat saat memaksa turun menyusuri pipi tembamnya.

Tetap berjalan, ia tak ingin menyerah begitu mudah. Tapi, karena ini adalah dunia manusia, ia tak bisa menggunakan kekuatan seenaknya. Salah-salah ia malah akan membakar satu negara.

Menarik napas panjang, Zean kecil yang masih berusia empat ratus tahun memutuskan untuk berjalan santai saja.

Lagipula, cepat atau lambat pasti akan ada yang menemukannya. Hanya saja, semoga bukan sang ayah.

Sayangnya, baru beberapa langkah, Zean terbelalak karena tubuhnya tiba-tiba merosot ke bawah tanah. Ia terjatuh. Terduduk di lubang tanah dengan tinggi melebihi ukuran tubuhnya.

Sementara itu, dari kejauhan terdengar suara langkah yang mendekat dengan cepat. Bersamaan dengan sorak teriakan seseorang.

"Yayyy! Aku dapat buruann!!"

"Eh,"

Seorang gadis kecil melongok ke dalam lubang. Tampak terkejut saat yang mengisi lubang itu bukanlah seekor babi hutan atau hewan lainnya, melainkan seorang anak laki-laki dengan surai perak dan kulit seputih batu pualam.

Semakin melongokkan kepala, gadis cilik itu ingin memastikan kalau yang terperangkap di lubang buatannya bukanlah makhluk jadi-jadian.

"Hey! Jangan hanya melihat seperti orang bodoh! Keluarkan aku dari sini! Aku tahu, kau, kan yang membuat lubang ini?! Cepat keluarkan aku, dasar gadis jelek!!"

Dari dalam lubang, Zean berteriak sambil berkacak pinggang. Mengeluarkan sumpah serapah yang ditujukan pada gadis yang tengah menatapnya penuh curiga.

Jika mau, Zean bisa menggunakan kekuatannya. Keluar dari lubang ini bukanlah yang sulit untuknya. Tapi, jika ia menggunakannya, tentu ibu dan ayahnya akan menemukan keberadaannya dengan cepat. Hal yang terjadi setelah itulah yang membuat Zean mengurungkan niat.

Apa gunanya melarikan diri jika akhirnya ditemukan secepat ini?

"Kau bisa bicara?" Gadis itu balas berteriak.

"Tunggu! Tunggu sebentar!"

Cepat-cepat ia mencari sulur pepohonan. Diikatkan sedemikian rupa hingga dapat digunakan untuk menarik keluar bocah yang terperangkap di dalam lubangnya.

Hingga beberapa kali usaha, akhirnya Zean berhasil dikeluarkan oleh gadis perempuan itu--sendirian.

"Wah, kau lucu sekali!!"

"Bagaimana rambutmu bisa berwana perak? Ah, matamu juga merah. Wahh ... kulitmu pucat sekali. Apa kamu kekuarangan darah?" Gadis kecil itu berjalan memutar. Menatap Zean dengan mata berbinar.

The DEVIL'S WOMAN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang