36. Destiny (ending)

1.3K 83 38
                                    


Memfokuskan pikirannya, Zean kembali memusatkan kekuatan.

Ketika ia mengagkat tangan ke udara, lingkaran itu ikut melayang di atas kepalanya. Berputar beberapa saat sebelum kemudian terpecah dan menjelma menjadi sebuah transparent barrier.

Zean menatap lawannya yang terlihat kebingungan dengan senyum merekah.

.

.

.

Xavier membelalakkan maniknya, berputar. Menelisik kubah berwarna merah transparan yang tiba-tiba tercipta.

Untuk sesaat ia tampak terkesima sekaligus cemas di saat yang sama. Karena barrier yang Zean ciptakan memiliki aura gelap yang kian menyesakkan.

Dibalik rekahan senyum yang Zean perlihatkan, tubuhnya terlihat semakin kelelahan.

Peluh mengalir deras membanjiri wajah tampannya, luka menganga terlihat mengerikan di beberapa bagian tubuh, mengalirkan darah yang terus menetes hingga tanah di bawahnya memerah.

"Apa sekarang kau takut?"

Menyembunyikan gemetar dibalik nada suara yang menjengkelkan. Zean mencoba mengintimidasi Xavier yang dalam sekejap kembali terfokus padanya.

Tak menjawab, sesaat manik Xavier beralih mengamati setiap jengkal tubuhnya yang penuh luka. Bekas lebam yang membiru di beberapa bagian, menjelaskan sekuat apa serangan yang Zean lancarkan.

Namun, dalam kondisi seperti itu pun, Xavier masih dapat berdiri tegap. Kepalanya masih menegak dengan pongah, maniknya masih menyorot nyalang penuh dendam dan amarah. Seolah kekuatan yang sudah ia keluarkan untuk melawan Zean belumlah seluruhnya. Dan luka-luka itu bukanh sesuatu yang perlu ia cemaskan.

Apalagi setelah Zean melenyapkan para tengkorak ciptaannya hanya dalam sekali serang, itu membuat Xavier semakin geram.

"Kau membuatku terkesima, Zean Lucifer."

Zean merasakannya, entah bagaimana aura Xavier perlahan berubah semakin kuat.

Sejujurnya Zean sudah merasakan jurang kekuatan antara mereka sejak awal pertarungan. Zean memang memiliki kekuatan yang besar, ditambah dengan mantra Behemoth yang ia pelajari sekian lama, tentu tak dapat diabaikan begitu saja.

Tapi perbedaan usia di antara ia dan Xavier juga tak dapat diremehkan. Xavier sudah lebih dulu memiliki kekuatan besar sebagai seorang pemimpin grim reaper bahkan sebelum Zean dilahirkan. Entah sudah berapa kali pria itu mengasah kemampuan untuk membalaskan dendam. Sementara Zean masih belum tahu apa-apa.

Tapi Zean tak punya pilihan. Ia sudah berjanji untuk membawa Kara kembali kepada pamannya, kemudian membebaskan Sia dari belenggu yang selama ini mengikat gadis itu dengan sang pemimpin grim reaper.

Ini adalah keputusannya, apapun yang terjadi ... Zean harus menang.

Kini ... yang dapat Zean lakukan hanya tinggal satu cara.


"Uhukk!"

Disela rencana untuk melancarkan serangan terakhirnya, dada Zean terasa sesak hingga terbatuk keras. Memuntahkan darah untuk kedua kalinya yang ia usap di detik berikutnya. Barrier itu, barrier yang ia ciptakan menguras hampir seluruh kekuatannya.

Dengan sisa tenaga yang ia punya, Zean kembali menegakkan tubuh dengan paksa.

Manik merahnya berubah hitam. Membawa seluruh kegelapan bersamanya. Angin mulai berembus kencang saat Zean mengangkat kedua tangannya, berputar bak angin puyuh diikuti petir yang tiba-tiba menggelegar, berkilat memperlihatkan suluran terang yang siap menghanguskan.

The DEVIL'S WOMAN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang