.
.
Sudah jam satu malam. Namun, manik emerald itu masih enggan untuk terpejam. Ditemani oleh lentera redup penghias ruangan, si gadis cantik masih terjaga. Menatap langit-langit kamar yang temaram seraya memeluk guling kesayangan.
Belum genap dua puluh empat jam Gio menghilang dari pandangan, tapi hidupnya serasa dijungkir-balikkan.
Dimulai dari guru pengganti dengan tatapan setajam elang dan senyuman yang mampu membuat seisi kelas kesetanan. Belum lagi orang tuanya yang tiba-tiba pulang. Mereka bilang, mau memberikan kejutan.
Ya, Flow benar-benar terkejut hingga ingin menghilang dari dunia untuk sementara. Bagaimana bisa sang guru baru tiba-tiba menjelma menjadi CEO perusahaan ternama yang ternyata banyak membantu bisnis kedua orang tuanya?
Apa ini hanya kebetulan?
Manik Emerald itu melirik meja di samping ranjang, menatap kartu segi empat yang kemudian dengan asal mengambilnya.
"Zean Bethalion L. Bethalion Group." Flow bergumam pelan.
Sesaat setelah jamuan makan malam untuk sang CEO yang datang dadakan, Zean meminta izin pulang dengan Flow yang harus mengantarnya sampai ke gerbang. Tentu saja orang tuanya tak keberatan, tapi percayalah, saat itu Flow ingin sekali tiba-tiba hilang ingatan.
Sepanjang jalan, pria bermanik kelam itu hanya beberapa kali menoleh dengan senyum menawan. Hingga di depan pintu mobilnya, ia memberikan selembar kartu segi empat dan berkata, "Suatu saat, kau pasti akan membutuhkan ini, karena kita akan lebih sering bertemu."
Apa maksudnya?
Apa selain guru pengganti dan CEO, dia juga seorang peramal?
Ah, kepala Flow rasanya ingin pecah.
Pyarrr!!!
Flow terperanjat. Tentu saja itu bukan suara kepalanya. Suara itu jelas-jelas seperti suara benda yang sengaja dibanting hingga pecah.
Buru-buru ia beringsut keluar dari kamar, berlari menuruni tangga sebelum akhirnya membeku di anak tangga terbawah.
Manik emerald Flow menyisir seluruh ruangan. Membola saat melihat lantai satu rumahnya awut-awutan. Kaca jendelanya pecah, meja, kursi, dan perabotan lainnya berantakan.
Ada apa ini? Apa ada maling?
Flow kembali berlari. Berteriak mengetuk kamar para ART di lantai bawah.
"Bi! Bibi! Rumah kita kemalingan, Bi!"
Tidak ada jawaban. Tapi, pintunya masih terkunci dari dalam. Apa mereka tidak mendengar?
Tidak mungkin. Jika kamar Flow yang berada di lantai dua saja bisa mendengar suara pecah dengan jelas, para ART pasti dapat mendengarnya juga, karena kamar mereka hanya berjarak beberapa meter dari ruangan utama.
Flow yang panik kembali berlari. Namun naas, ia terjatuh karena tergelincir sesuatu yang licin.
Gadis itu mengerang seraya mengusap pinggulnya yang terasa ngilu bukan kepalang. Maniknya semakin membola saat menyadari cairan itu berwarna merah dengan bau anyir bak besi berkarat.
Flow mengangkat tangannya sejajar dengan wajah. Mengamati cairan merah dengan air mata yang mulai menggenang.
"Ini ... darah?"
Florensia gelagapan, menyeret tubuhnya mundur saat melihat darah menggenang di sekitarnya.
"Ma! Pa!" teriaknya. Namun, tak ada jawaban.
"Mama!! Papa!!"
Tetap tak ada jawaban.
Flow tak bisa lagi berpikir jernih. Jantungnya berdegup cepat dengan segala gambaran negatif yang melintas di kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The DEVIL'S WOMAN ✔️
FantasySPIN OFF LILY & THE DEMON PRINCE (Fantasy-Romance) 18+ ZEAN LUCIFER. Sang putra mahkota kegelapan tiba-tiba memutuskan untuk tinggal di dunia manusia. Membangun sebuah perusahaan layaknya manusia pada umumnya hanya demi seorang gadis yang membuatny...