.
.
BRAKK!!!
Sebuah pintu raksasa berukiran naga perak terdobrak dengan keras. terbuka lebar hanya dengan satu dorongan. Di ambangnya, Aylmer terlihat ngos-ngosan. Menatap sang kakak yang terfokus pada setumpukan buku-buku kuno yang entah apa isinya.
"Kakak! Apa kau berpura-pura aku tidak ada, lagi?" Aylmer masuk dengan kaki dihentak lebih keras. Memecah keheningan dengan debaman singkat. Membuat sang kakak yang diteriaki melirik sekilas, lalu kembali pada benda yang menggunung di atas mejanya. Terlihat mengembus napas panjang disertai dengan bola matanya yang berputar jengah.
'Hilang sudah ketentramanku.' pikir Rion penuh keputus-asaan.
Ya. Beberapa hari yang lalu, Aylmer juga sempat merengek pada Damarion agar Cerberus kembali disegel.
Dia bilang, hewan buas penjaga neraka yang semula diberikan oleh Damarion untuk ia jinakkan itu semakin menyusahkan. Selalu mengkutinya ke mana-mana. Hingga saat Aylmer ditugaskan ke kerajaan Asmodeus pun Cerberus selalu menempel padanya.
Mungkin Aylmer tidak akan keberatan jika binatang pemberian kakaknya itu seukuran kelinci atau anjing. Tapi Cerberus sejatinya adalah sosok singa dengan tinggi menyamai rumah mewah dua lantai.
Pernah sekali ia berjalan-jalan di dunia manusia hanya untuk melepas lelah setelah kejar-mengejar dengan si hewan peliharaan selama hampir tiga hari penuh.
Namun, saat Aylmer baru menyandarkan punggung tegapnya di atas batu besar, di pinggir laut beberapa saat, tiba-tiba gelombang pasang mengamuk bagai tsunami yang menerjangnya hingga basah kuyup. Saat gelombang itu reda, Cerberus muncul ke permukaan, melebarkan mulut memperlihatkan gigi-gigi besarnya.
Ada kalanya Aylmer dapat membuat Cerberus menjelma menjadi sebilah pedang yang dapat ia gunakan saat melawan musuh. Tapi, akhir-akhir ini singa itu sama sekali tidak mau menurut padanya.
Hingga akhirnya ia pergi menemui Damarion untuk menyegel Cerberus. Tapi, alih-alih mendengarnya, Rion malah meminta Aylmer untuk menunggu di kastil utama, sedang dia bermesraan dengan Hime di kastil timur.
Benar-benar kakak keparat!
"Kakak!" Aylmer kembali menyentak. Mendelik sebal melihat Damarion yang masih mengabaikannya.
Manik kuning keemasan itu melirik perkamen di atas meja sang kakak sesaat. Lalu menarik sudut bibirnya saat sebuah ide brilian hinggap di kepala tampannya.
Hanya dengan sekali gerakan telunjuk, Aylmer membuat setumpukan buku itu hangus terbakar. Lebur menjadi abu hitam yang berserakan.
Ia tersenyum bangga. Kini tidak ada lagi yang membuat sang kakak mengabaikannya.
Sementara Rion menarik napas dalam, menatap mejanya yang dipenuhi abu hitam. Lalu menatap Aylmer yang tengah melebarkan cengiran.
Menopang pipi dengan satu tangan yang ia tekuk di atas meja, Rion memijat pelipisnya pelan. "Apa ini masih tentang kucing itu?"
"Kucing?" Aylmer mendelik. Menatap geram Rion yang selalu menganggap Cerberus seperti kucing lucu daripada hewan raksasa yang dapat menggetarkan tanah hanya dengan maju selangkah.
"Dia itu singa, kakak! Cerberus itu seekor singa!!"
"Apa bedanya?" Rion menarik satu alisnya, menatap datar dengan endikan bahunya, "Dia hanya sedikit lebih besar dan punya tiga kepala. Selebihnya, tetap kucing."
Aylmer mengepalkan tangan. Melotot hingga merasa pusing sesaat. Beberapa saat kemudian, ia menarik napas dalam-dalam.
"Hahhh ...," Aylmer mengelusi dadanya. Bicara dengan Damarion sama saja seperti bicara dengan batu es berjalan. Dingin dan keras. Hanya Hime yang bisa mengubah batu itu menjadi selimut bulu yang lembut dan hangat. Selain Hime, lebih baik menyerah dan mengalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The DEVIL'S WOMAN ✔️
FantasySPIN OFF LILY & THE DEMON PRINCE (Fantasy-Romance) 18+ ZEAN LUCIFER. Sang putra mahkota kegelapan tiba-tiba memutuskan untuk tinggal di dunia manusia. Membangun sebuah perusahaan layaknya manusia pada umumnya hanya demi seorang gadis yang membuatny...