10. Deepest Sorrow

3.1K 213 6
                                    

.

.

.
Di atas gedung yang menjulang tinggi, sang putra mahkota berdiri angkuh dengan tatapan tajam.

Memakai kemeja putih yang setengah terbuka, memperlihatkan dada bidang yang membusung. Pria tampan itu telah mengubah warna maniknya menjadi semerah darah. Tanda dari keturunan sang pemimpin tertinggi dunia bawah.

Surai legamnya berubah perak, berkibar lembut diterpa angin malam yang menjadi nyanyian lirih di tengah keheningan. Ditemani oleh sinar bulan yang mengintip di balik awan gelap.

Bayangan hitam dengan dua tanduk menghiasi kepala, serta jubah kerajaan yang ikut berkibar terlihat dibalik gestur tegapnya sebagai manusia biasa. Dari tapak kakinya, menguar kabut asap sepekat arang yang membumbung tinggi ke udara. Menjelma menjadi bayangan sayap di balik punggungnya.

Tepat di hadapannya, pria berjubah hitam masih menundukkan kepala. Berdiri di pinggiran gedung dengan pusat keramaian di bawahnya. Pria itu tak sekalipun gentar dengan kabut yang seakan menyayat kulit di balik jubahnya.

Bahkan masih sanggup berdiri tegak disaat makhluk lainnya gemetar dan beringsut mundur menghindari aura calon pewaris takhta.

Menegakkan kepala perlahan, pria itu menarik seringaian samar. Manik yang tertutup tudung kepala berkilat setajam mata pedang. Ia terkekeh pelan.

"Yang Mulia, putra mahkota ...," ucapnya dengan kekehan yang semakin kentara.

"Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu secepat ini, Pangeran Zean Bethalion Lucifer."

Mendengar namanya disebut, Zean menyipitkan manik merahnya. Dengan berbagai pertanyaan yang bergelayut di dalam kepala, sang pangeran memutuskan untuk mengungkapkan satu diantara ribuan tanya lainnya.

"Siapa kau? Dan apa hubunganmu dengan gadis itu?"

Tentu yang dimaksud Zean dengan 'gadis itu' adalah Florensia Arlenta.

Sesaat setelah Zean bicara dengan Caius, ada perasaan aneh yang menghinggap di dada. Membuatnya melesat tanpa pikir panjang. Karena liontin yang masih bertengger manis di leher jenjang gadisnya memancarkan aura yang tak dapat Zean deskripsikan.

Flow yang tak tahu apa-apa menerima liontin itu tanpa banyak bertanya. Membiarkan sang putra kegelapan memakaikannya tanpa sedikitpun sanggahan. Tanpa menyadari bahwa liontin itu akan menghubungkannya langsung pada sang pangeran lucifer termuda.

Tepat setelah liontin indah itu dikalungkan, Zean akan tahu ke mana pun gadisnya beranjak. Terutama jika makhluk yang tak biasa berada di sekitarnya.

Seperti makhluk yang satu ini, lebih tepatnya.

Awalnya Zean hanya ingin sekadar menjaga Florensia. Dengan liontin milik sang ratu yang melingkar di lehernya, gadis itu akan terlindungi dari bahaya yang tak dapat ia terka. Semacam barrier transparan.

Pelindung dari para iblis rendahan, paman bungsu yang bangsatnya tidak ketulungan, paman pemilik nona cantik yang membuat Zean menunduk hanya dengan sorot datarnya, juga sang raja kegelapan yang pasti akan membuatnya semakin kerepotan. Tapi, ternyata liontin itu juga menjadi pertanda akan datangnya makhluk berbeda ras yang kini berdiri angkuh di depannya.

Sekali lagi, pria itu terkekeh pelan. Bukannya menjawab pertanyaan yang dilontarkan Zean, ia malah tertawa seperti orang gila. Sepertinya ia sangat senang bertemu dengan sang pemilik kelam hingga kehilangan segel otaknya.

"Anda tidak perlu terburu-buru, Pangeran." Kali ini kedua sudut bibirnya tertarik bersaman. Menampilkan senyuman utuh dengan seribu pengartian.

"Karena kita akan segera bertemu."

The DEVIL'S WOMAN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang