Semua ekstrakurikuler sudah mempunyai jadwal masing-masing. Begitu juga ekskul basket yang diikuti oleh Dito. Jadwal latihan basket pada sore hari selalu bersamaan dengan ekskul cheerleaders. Karena itu, Dito semakin leluasa mendekati Agni.
"Kamu dari kelas X IPA 1, ya?" tanya Dito saat jeda latihan.
"Iya. Kenapa?" Agni mengikat rambut panjangnya sambil menatap mata Dito.
Itu kan kelasnya Siwi. Berarti Agni sekelas sama dia, pikir cowok itu.
"Hey, halo! Kok malah bengong?" Agni melambaikan tangan.
"Eh, ng-ggak. Ntar pulang ekskul aku traktir makan, ya!"
"Wah, beneran nih?" Mata Agni berbinar.
Pukul lima sore setelah ekskul berakhir, Dito dan Agni menuju warung bakso. Dulu, Siwi yang sering ditraktir di sini. Tapi sepertinya, Agni menggantikan posisi itu.
Senja makin meredup. Setelah makan, Dito mengajak Agni duduk di bangku taman kota. Dejavu seolah menghampiri alam bawah sadar Dito. Saat itu, Siwi yang berada di tempat Agni.
"Si, ehm, Agni. Aku mau mengungkapkan perasaan."
"Maksudnya?"
"Aku suka sama kamu sejak pertama ketemu. Kamu maukah jadi pacarku?"
"Dito, kamu serius?"
"Iya. Mau nggak?"
Agni terdiam beberapa detik lalu mengangguk. Ia tersenyum gembira.
Dito membalas senyum dan membelai rambut panjang gadis itu. Saat matahari hampir tenggelam, mereka pun beranjak pulang.
***
Nama Dito mulai terdengar sebagai buah bibir para siswa SMA Candradimuka. Gosip panas pun sampai di telinga Siwi. Apalagi, Agni teman sekelasnya yang menjadi anggota cheerleaders dikabarkan berpacaran dengan anak basket itu.
Dito, siswa kelas X IPS 1 yang kemampuan bermain basketnya masih diragukan. Ia hanya bermodal tinggi badan. Katanya, cowok bandel itu tidak pernah serius berlatih basket. Banyak yang menganggap ia cuma ingin numpang populer. Tujuannya mungkin telah tercapai karena berhasil mendapatkan Agni.
"Ah, yang bener?" gumam Siwi setelah mendengarnya dari Miranti.
"Kamu kan sahabatnya. Mestinya lebih tau dong. Coba deh kamu tanyain dia," saran teman sebangku Siwi.
"Kenapa nggak kamu aja? Kan udah aku kasih nomornya."
"Malu. Kamu aja deh, Wi! Kan biasa chatting sama Dito."
Siwi sampai lupa, sudah berapa bulan ia tidak menghubungi Dito lagi.
"Ehm, udah lama nggak chatting. Sejak masuk SMA, kami sama-sama sibuk."
"Yahh, sayang banget! Kamu bilang aja, dapat salam dari Miranti. Baru deh, kepoin. Apa bener dia pacaran sama Agni? Aku sih nggak setuju," bisik Ranti di kelas. Ia takut teman sekelasnya mendengar.
Siwi tidak menjawab. Dito, Dito! Kenapa kamu jadi begini? pikirnya bingung.
***
Sore ini tidak ada jadwal latihan silat. Siwi bisa langsung pulang untuk melaksanakan tugasnya. Dengan senang hati, gadis berambut sebahu itu membacakan buku kepada anak-anak di Siwi Pertiwi Day Care. Sekitar enam puluh menit kemudian, satu persatu anak yang dititipkan mulai dijemput oleh orang tuanya.
Setelah semua anak dijemput, Siwi menyapu dan merapikan buku-buku. Ruang baca di tempat penitipan anak itu berisi rak buku miliknya. Ada beberapa buku pribadinya dalam rak. Saat menata buku-buku, Siwi mengambil sebuah novel. Hobinya membaca buku sehingga sang sahabat memberikan hadiah benda kesayangan. Novel di genggaman Siwi adalah kado ulang tahun dari Dito.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pramusiwi (Slow Update)
Teen FictionSiwi, gadis remaja yang membenci laki-laki. Saat masih SMP, ia sudah harus menggendong seorang bayi. Ibu dan kakak perempuannya pun menjadi korban yang harus ia lindungi. Dito, teman Siwi sejak kecil adalah pengecualian. Cowok itu yang selalu ada m...