2

2K 243 18
                                    

Kinal Pov

Pletak!

Akhirnya kepalaku yang jenius ini dipukul oleh Shania.

"Parah!!! Lo emang ya, gue bales lagi lo entar. Huh!!" ujar Shania, aku meringis kesakitan.

"Yaaaa, gue tunggu aja." jawabku meledek.

Shania hanya mendumel sendiri, membuatku ingin tertawa ngakak.

"Tapi beneran deh, muka lo lucu banget Nju pas lagi bobo kayak gitu." ujar Gaby sambil menirukan gaya Shania tidur.

"Gab, kamu nyari mati ya?" tanya Haruka.

"E-ehhh?" Gaby menyadari ucapannya.

Pletak!!

Kepala Gaby bernasib sama sepertiku. Rasain tuh Gab!

"Sakit ya kepala lo? Uuu tayang." Nabilah menghampiri Gaby dan mengelus kepala Gaby.

Ih, bikin bete aja liatnya. Mereka terlalu so sweet. Aku yang jomblo ini bisa apa?

"Heh jangan begitu ngapa!" seruku pada mereka.

"Sirik aja sih lo!" seru Nabilah dan Gaby bersamaan.

"Makanya Nal, cari pacar! Udah gue masukin Tinder, masa masih nggak laku aja sih lo?" sahut Shania yang sepertinya habis membaca pikiranku.

"Monyet!! Gue nggak mau yang dari situ!" seruku sebal.

"Hahahahaha!"

Ve juga kulihat ikut tertawa dan itu membuatku sedikt malu.

Flashback..

Ve masih melihatku dengan tatapan yang tidak bisa kumengerti.

"Kamu nggak mau keluar? Nggak gerah ya?" tanya Ve.

"Eh iya, ayo keluar. Kelupaan kan tuh saking betahnya."

"Apa?"

Aku membuka pintu bilik toilet, "Hahahah enggak. Omong-omong, makasih ya udah mau bantuin gue. Kalau nggak, gue udah babak belur digebukin Shania."

"Iya, sama-sama. Omong-omong, kamu lucu juga ya. Hahahah."

"Gue emang udah lucu dari lahir kok, hahahaha!"

Ve tertawa dan kami kembali ke kelas bersama.

Aku kembali tersenyum-senyum sendiri lagi.

Aku tidak mungkin menyukainya kan?

Aku....... masih suka sama cowok kan?

***

Bel pulang sekolah berbunyi, kulihat Ve langsung keluar dari kelas. Sepertinya dia buru-buru sekali.

"Woi! Main basket yuk!" ajak Beby sekaligus membuyarkan lamunanku.

"Eh? Ayo." jawabku.

Kami akhirnya sudah berada di lapangan basket. Dari sini, aku bisa lihat Ve lagi mengotak-atik mading di depannya itu. Sibuk sekali sepertinya.

"Kita mulai ekskul baru bulan depan kan ya?" tanyaku.

"Iya. Kenapa? Lo udah nggak sabar ya liat coach kesayangan lo itu?" ledek Shania.

"Idih, ya kali." jawabku.

Ekskul baru dimulai bulan depan tapi dia sudah sesibuk ini sekarang? Rajin sekali.

Setelah bermain kurang lebih 20 menit, kami akhirnya memutuskan untuk nongkrong di Cafè depan sekolah.

"Maaf, mau pesan apa?"

The RosesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang