Kinal Pov
Hari ini kami pulang ke Jakarta setelah 4 hari kami di Bandung. Awalnya Kakek menyuruh kami untuk tinggal lebih lama, tapi aku menolak. Karena ingin mengurus kedai kopiku di Jakarta.
Iya, baru-baru ini aku diberikan sebuah tempat oleh tanteku. Dan aku berpikir untuk membuat sebuah kedai kopi. Karena Ve suka minum kopi.
"Jadi kamu mutusin buat nggak pergi kuliah?" tanya Ve.
"Ummm, iya. Soalnya aku nggak begitu tertarik. Aku lebih suka kamu."
"Kinaaaaaal. Becanda."
"Hahahahaha, iyaa aku lebih seneng buka usaha daripada belajar."
"Ooh, ya udah. Kalau kamu nyamannya disitu, aku dukung kamu kok."
"Eh tapi lumayan banget tuh Nal, lo kan dapet tempatnya dari tante lo. Jadi urusan sewa tempat lo udah nggak pusing lagi deh." kata Shania.
"Iya, makanya gue bakalan fokus banget kesitu. Siapa tau nanti gue bisa jadi juragan."
"Hahahahaha, gapapa sih lumayan. Gue kalau mau nongkrong jadi nggak usah bayar deh."
"Ah tai, lo nggak boleh masuk dah, Nju."
"Ih, pelit banget sih luuuu!"
"Hahahah!" Ve hanya tertawa.
Kan.
Ada yang aneh dengan dia. Antara aku sudah lama tidak bertemu atau karena ada yang sedang ia sembunyikan?
Bahkan tadi saat aku bercanda, dia tidak tertawa dan blushing seperti biasanya.
"Ya udah Nal, gue pulang duluan ya. Capek nih mau bobo. Byeeee Ve."
"Ya udah sana pulang mah pulang aja."
"Anjing lo emang."
Kemudian Shania pulang dengan wajah musam. Hahaha!
"Apartemen kamu gimana, Ve?"
"Udah diambil sama orang."
"Kamu tinggal sama aku aja ya? Hehe."
"Iyaaaaa."
Saat Ve pergi mandi, aku merapihkan kamarku dengan mengganti seprai dan mengambil selimut baru.
Sret.
Kurasakan sesuatu yang dingin memelukku dari belakang. Aroma strawberry sabun milikku tercium.
"Aaaa, geeliiii. Jangaan tiup-tiuuup, Ve." seruku.
"Aku kangeeen."
Aku berbalik agar dapat memeluk Ve juga. "Aku lebih kangen sama kamu tau!"
"Ini udah malem kedua-ku ada disini ya?"
"Iyaaa. Kenapa?"
"Gapapa. Aku seneng." kemudian ia mengeratkan pelukannya padaku.
"Yah kamu sih udah mandi. Jadinya kita nggak bisa main di taman. Omong-omong soal taman, disana ada banyak lampu sekarang. Nggak gelap kayak dulu."
"Bagus dong. Kamu jadinya nanti nggak ketakutan."
"Mulai sekarang kan ada kamu, jadi lampunya udah nggak berguna deh ada disitu."
Ve diam saja.
Aku melepaskan pelukanku untuk melihat wajahnya sekarang. Ada banyak sekali kebimbangan didalam wajahnya itu. Aku menyentuh dagunya, menarik wajahnya agar semakin dekat dengan wajahku.
Cup.
Bibirku akhirnya dapat menyentuh bibirnya itu. Kecupanku berubah menjadi lumatan kecil, kami saling menghantarkan perasaan rindu dan senang. Ve tersenyum disela-sela ciumannya. Aku juga ikut tersenyum, kemudian kembali melumat bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Roses
FanfictionKita berbeda, kita berasal dari dua kehidupan yang berbeda. Aku dan kamu. Dan bunga ini, mungkin dapat menyatukan kita. Cover photo from: Instagram Jcvrnd19 & kinalputridevi.