Kinal Pov
Setelah liburan kemarin, aku dan Ve semakin dekat. Ve itu setiap hari Senin, Rabu, dan Sabtu selalu pergi kerja sambilan. Seperti hari ini, aku latihan basket dulu baru nanti akan pergi menyusulnya.
"Buru-buru banget, mau jemput ayang beb ya?" Shania meledekku.
"Pale lo, punya pacar aja enggak." jawabku.
"Hahahah! Ati-ati Nal dijalan." ujar Shania dan yang lainnya.
"Iya boss!"
Setelah tau bahwa Ve tidak bisa lama-lama berada di dalam mobil, kuputuskan untuk memakai sepeda mulai saat ini.
Akhirnya aku sampai di kedai KOI dekat rumahku, tidak terlalu jauh memang. Mungkin ini sebabnya aku sering bertemu Ve didekat rumahku dulu.
"Mbak, pesen hazelnut chocolatenya satu dong. Toppingnya jelly, gula sama esnya dikit aja, soalnya mbaknya udah manis sih." ujarku sambil memberikan uang selembar 50ribuan.
Yang diberikan uang senyum-senyum malu sendiri.
"Ini kembaliannya, ditunggu ya nona cantik." ujar Ve.
"Iya mbak manis." jawabku.
Aku pun duduk disalah satu tempat duduk dekat jendela. Hujan gerimis yang turun, membuat kafenya sedikit sepi.
"Ini pesenan kamu." ujar Ve lalu duduk di kursi depanku.
"Makasih."
"Kamu ngapain kesini? Pulang aja sanaa!"
"Kalau kamu yang kerja disini, bakalan rame terus nih kafenya. Yang jualan cantik, sih."
"Ish, Kinal. Kenapa kamu nggak pulang aja?"
"Aku tuh bosen ditempat yang nggak ada kamu-nya."
"Gombal melulu sih, aku bosen dengernya. Aku kerja dulu ya, jangan kemana-mana aku bentar lagi selesai." katanya lalu mengacak-acak rambutku.
Kok dia jadi berani gini sih.. Aku jadi maluu!
Aku pun meminum minumanku, dan hei! Ada notes darinya untukku, "Jangan lirik-lirik cewek cantik terus!"
Oooh jadi itu alasan dia daritadi menyuruhku untuk pulang, hahahaha!
Dia selalu tersenyum ketika ada pelanggan yang datang. Senyumnya itu loh! Lebih manis dari apapun. Dia juga sangat cekatan kalau membuat minuman. Bidadariku itu memang the best deh!
Tak lama kemudian Ve muncul sudah berganti seragam sekolah.
"Ayo pulang." katanya sambil menarik tanganku.
Kami pulang naik sepeda, dia memegang pinggiran kaosku. Tapi rasanya seperti mengganjal. Kenapa nggak peluk aja sih?
"Peluk aja kali."
"Nggak mau, belom pacaran soalnya."
"Kode ya?"
"Ngarep kamu tuh!"
"Yah kan semuanya berawal dari harapan."
Ve tertawa pelan kemudian memeluk pinggangku.
Astaga, apakah ini lampu hijau untukku?
Aku berhenti di taman dekat rumahku, dia waktu itu janji mau beliin eskrim lagi untukku.
"Mau yang apa?" tanya Ve.
"Yang kayak kemarin."
"Awas ya kalau nanti ngambil punya aku lagi."
"Ish, makanya samain belinya biar aku nggak kepengen yang punya kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Roses
FanfictionKita berbeda, kita berasal dari dua kehidupan yang berbeda. Aku dan kamu. Dan bunga ini, mungkin dapat menyatukan kita. Cover photo from: Instagram Jcvrnd19 & kinalputridevi.