13

990 145 8
                                    

Author Pov

2 minggu sebelumnya, Shania mengetahui kebenaran bahwa Shani bukanlah manusia. Hal itu tentu membuatnya shock. Tidak apa Shani bukan manusia, asalkan tetap berada di Bumi bersama Shania.

Tapi, Shani berkata waktunya tidak lagi banyak. Tentu saja membuat Shania merasa sedih.

Sore ini, dibawah hujan..

"Kenapa lagi sih?" Shania membentak.

"Kamu nggak perlu begini, Nju."

"Begini gimana?!"

"Aku sedih lihat kamu kayak sekarang. Kamu... nggak seceria dulu!"

"Gimana bisa aku ceria kalau kamu aja mau pergi!" kini Shania menangis dibawah hujan, tapi Shani mengetahui kalau Shania sedang menangis.

"Maafin aku, nggak seharusnya aku mendekat." ujar Shani sambil memeluk Shania.

Shania hanya memukul-mukul bahu Shani, dia masih tidak bisa menerima kenyataan ini.

"Berapa lama lagi waktu kamu?"

"1 bulan 7 hari."

Shania hanya diam. Harapannya semakin pudar. Shani akan meninggalkannya sendirian disini sebentar lagi.

"Bisa nggak aku habiskan sisa waktuku disini, berdua denganmu?"

"Bi-bisa."

"Tapi, jangan terlalu mencintaiku. Nanti... semakin sulit bagi kita untuk saling melepaskan satu sama lain."

Shania menangis lagi.

Mungkin hari ini, orang-orang sedang menjadi sangat sensitif akibat hujan deras dan...

Mereka semakin menyadari sebuah perpisahan yang akan menjemput kebersamaan mereka sebentar lagi.

***

"Kamu jangan nangis dong. Sakit banget ya?" Kinal kembali mengelus rambut Ve.

"Nggak begitu sakit."

"Tunggu bentar, aku beliin kamu makanan dulu ya. Supaya kamu bisa minum obat."

Ve memeluk Kinal lagi, seperti tidak ingin melepaskan lagi.

"Ve, kamu gapapa?"

"Aku..."

"Kamu harus makan ya?"

Ve akhirnya mengangguk. Akhirnya Kinal pergi ke kantin membelikan Ve-nya makanan.

"Bu, beli bubur ayamnya satu ya. Jangan dipakein apa-apa. Pakai ayam suwir aja." ujar Kinal sambil memberikan selembar uang sepuluh ribuan.

"Ok."

Selagi Kinal membeli makanan, Ve mengeluarkan buku sakunya. Disana ia menuliskan banyak hal tentang Kinal.

Hal yang sering Kinal lakukan, hal yang paling Kinal sukai, hal yang Kinal benci, dan perasaan apa yang timbul ketika Ve sedang berada dekat Kinal.

Hal yang paling Ve sesalkan karena menyianyiakan banyak waktu untuk bersama Kinal, hal yang paling Ve benci karena sudah berbohong pada Kinal.

Semuanya.

Dan buku saku itulah yang nantinya akan menjadi barang peninggalan Ve untuk Kinal.

"Hai, ayo makan." Kinalnya kembali ke ruang UKS membawa air dan makanan.

"Makan bubur?" tanya Ve.

"Iya. Siapa suruh kamu sakit."

"Uuugh." Ve bergumam, ia sangat tidak menyukai bubur. Apalagi Kinal yang sangat kejam itu tidak akan mau memberikan rasa pada buburnya.

The RosesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang