Author Pov
Ve masih terus menghubungi Kinal. Sejak tadi malam, Kinal tidak bisa dihubungi. Bahkan Kinal tidak pulang ke rumah.
"Kamu dimana sih.." Ve masih saja mencoba menelfon Kinal.
Bahkan di sekolah pun, Kinal tidak nampak.
"Dia baik-baik aja kan?" pikir Ve.
Lamunan Ve dibuyarkan oleh Shania yang menepuk bahunya.
"Kinal masih belum ada kabar?" tanya Shania.
Ve menggeleng lemah.
"Kinal.... Dia di rumah kakeknya yang di Bandung. Tadi malem gue yang anterin ke stasiun. Dia terlihat kayak orang hidup enggan mati tak mau." ujar Beby, setelah mendengar percakapan Ve dan Shania.
"Kok elo anterin sih Beb!"
"Dia maksa. Lagipula, dia udah tau lo sebenernya siapa, Ve. Dan dia nggak akan ikut pertandingan basket nanti." jawab Beby.
Sekaget-kagetnya orang, tidak ada yang bisa mengalahkan kagetnya Ve sekarang.
"Dimana Beby alamatnya? Plis. Aku harus ketemu dia."
Beby merobek kertas ulangannya yang mendapatkan nilai 0, kemudian menuliskan alamat rumah kakek Kinal disana.
"Makasih, Beby. Makasih!" kemudian Ve kabur dari sekolah sebelum bel berbunyi.
***
Malam itu, Kinal sampai di rumah kakeknya. Kakeknya tentu terkejut, Kinal datang sambil menangis. Dia pikir cucunya hamil. Tentu saja langsung membuat Kinal tertawa terbahak-bahak.
"Memangnya Kinal nggak boleh dateng kesini, Kek? Masa harus hamil dulu baru boleh dateng."
"Habisnya kamu nangis. Dulu kamu cuman nangis kalau boneka kamu diambil sama teman kamu."
"Kinal sedih, Kek."
"Sudah-sudah. Ceritanya nanti dulu, ya? Sekarang kamu mandi lalu makan dulu ya. Sudah malam."
"Iya, Kek."
Kinal pun mandi kemudian makan ubi rebus buatan Kakek-nya. Ubi rebus itu membuat perasaan Kinal menjadi jauh lebih baik. Setelah berbincang sebentar dengan Kakeknya, Kinal pun tertidur sambil menangis.
"Nal bangun Nal! Ada temanmu datang ini." suara Kakek menggema sampai lantai atas kamar Kinal.
"Teman? Gila Beby ngapain coba." gerutu Kinal sambil turun kebawah.
"Nah itu dia anaknya. Udah ya kakek mau ke ladang dulu. Kasih minum tuh temanmu, jauh-jauh datang dari Jakarta." kata Kakek.
Kinal diam mematung melihat Ve yang datang. Setelah Kakek meninggalkan rumah, Ve menangis.
"Kamu ngapain disini?" tanya Kinal.
"Maafin aku, Nal."
"Buat apa kamu bikin aku jatuh cinta sama kamu kalau kamu mau ninggalin aku?"
"Maafin aku..."
"Itu bukan jawaban, Ve."
"Aku nggak tau harus apa. Aku udah tahan biar aku nggak berinteraksi sama kamu. Tapi, aku nggak bisa nahan itu. Aku udah jatuh terlalu dalam sama kamu." jawab Ve sambil sesegukan.
Kinal mendekat ke Ve, kemudian memeluknya erat sambil mengelus rambutnya. Bagaimana pun juga, Kinal tidak sanggup jika harus melihat Ve menangis. Apalagi jika itu karenanya.
Ve masih menangis, bahkan sekarang hujan deras sudah turun. Kinal jadi tau penyebab hujan deras ini padahal sekarang sedang musim kemarau.
"Udah ya nangisnya?" tanya Kinal.
![](https://img.wattpad.com/cover/172982606-288-k594906.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Roses
FanfictionKita berbeda, kita berasal dari dua kehidupan yang berbeda. Aku dan kamu. Dan bunga ini, mungkin dapat menyatukan kita. Cover photo from: Instagram Jcvrnd19 & kinalputridevi.