14

995 141 5
                                    

Author Pov

Bermain hujan-hujanan memang seru. Tapi, bisa berdampak bagi kesehatan.

"Duh, sakit terus kamu mah." omel Ve.

"Kamu tuh, ngomel-ngomel mulu ya kerjaannya. Kayak ibu kost aja deh."

"Abisnya kamu. Jangan sakit-sakit dong. Kalau nanti nggak ada aku gim-"

"Kamu mau kemana emangnya?" Kinal langsung memotong ucapan Ve.

"Ma-maksud aku.. Kalau aku lagi nggak ada terus nanti kamu siapa yang jagain? Kamu itu kan manja." jawab Ve kemudian mencubit pipi Kinal.

"Yah akukan manjanya cuman sama kamu."

"Iya-iya. Udah kamu tidur ya. Biar nanti malam udah enakan demamnya." ujar Ve, ia mengelus-elus rambut Kinal sampai Kinalnya tertidur.

Dengan sedikit kekuatannya, Ve menyembuhkan Kinal. Setidaknya demam Kinal sudah mereda sekarang.

Cup.

Diciumnya kening Kinal.

"Selamat tidur Kinal, mimpi indah."

Ve langsung pergi ke kedai setelah itu. Seperti rencananya, Shani dan Shania akan datang ke kedai juga.

"Jadi, waktu kalian tinggal sebentar disini?" tanya Shania sambil menyeruput ice chocolate-nya.

Ve mengangguk lemah.

"Ve, kamu tau kan? Kalau Kinal udah cinta mati sama kamu."

"Ak-aku tau."

"Lalu? Jauhin Kinal, Ve. Kamu tega namanya kalau gitu. Atau kamu setidaknya jujur ke dia. Soal siapa kamu sebenarnya. Dan tentang kamu akan pergi."

"Aku nggak bisa, Shania."

"Kalau kamu menyakiti sahabatku, kamu berurusan sama aku, Ve."

"Aku pasti bilang ke dia. Tapi ini belum waktunya."

"Lalu kapan? Setelah kamu kembali keatas sana?"

"Shania, jangan begitu sama Ve. Kamu nggak berada di posisi dia. Kamu nggak mikir? Ve juga pasti akan sama tersiksanya seperti Kinal. Karena Ve juga harus meninggalkan Kinal." Shani melerai.

Shania diam. Ia merasakan hal itu beberapa hari kemarin, walaupun sebenarnya sekarang masih.

"Ya udah, aku sarankan secepatnya. Kasian Kinal." ujar Shania.

"Iya, Shan." jawab Ve.

***

"Menjauhi Kinal. Tidak. Menjauhi Kinal. Tidak. Menjauhi Kinal." Ve duduk di ayunan taman sambil memetik kelopak bunga.

"Jauhin siapa tadi kamu bilang?"

Ve menoleh. Ia terkejut Kinal berada disini.

"Jauhin kamu. Kamu bauuuuu sih." jawab Ve lalu tertawa.

"Ugh. Aku baru aja mandi tau. Aku keren deh. Udah sembuh loh demamnya." ujar Kinal.

Ve meletakkan telapak tangannya di kening Kinal. "Ih iya udah sembuh."

Dan Kinal tersenyum. Bagi Ve, senyum Kinal adalah segalanya. Ia senang melihat Kinal-nya tersenyum. Tapi ia sedih, waktunya tinggal sedikit untuk bisa melihat senyumnya itu.

"Poni kamu udah panjang banget, Nal. Nggak mau dipotong?" tanya Ve.

"Enggak ah. Aku mau panjangin kayak kamu punya. Gimana?"

"Tapi kamu lucuan poni pendek, tau."

"Nggak mau ah."

"Ugh, potong!"

The RosesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang