⛅bye bye Maya⛅

3.5K 117 3
                                    

Manusia itu bukan dewa ataupun tuhan. Manusia hanyalah ciptaan Allah yang nantinya akan kembali pada sesuatu yang berhak atasnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

###

  Setelah selesai dengan berbagai urusan yang ada, akhirnya mobil jenazah sudah siap untuk membawa Maya pulang.

Aku memilih untuk berada di mobil yang sama dengannya, tentu saja aku ingin bersamanya terus ....... apa lagi ini terakhir kalinya aku akan semobil bersama sahabatku.
Sebelum kami pergi, Gibran datang mendekat padaku. "Billa" panggilnya, aku hanya menoleh ke arahnya.

"iya?" jawabku.

"aku ada sesuatu yang hampir saja aku lupa memberikannya padamu"

"sesuatu?"

"iya, ini titipan dari Maya, sebelum dia pergi untuk selamanya. Katanya ini khusus untuk kalian para orang-orabg yang Maya sayang."

Saat itu waktu dimana kalian pergi mencari makan, awalnya aku hanya ingin memeriksa keadaannya, tapi saat aku datang untuk menemuinya, aku lihat dia sedang menulis dan aku juga melihat beberapa kertas yang berserakakn di sampingnya.

"Maya, kamu lagi apa? kenapa ada banyak kertas?" tanyaku.

"eh dokter gibran. Tunggu sebentar!" jawabnya. Setelah mendengar jawabannya aku menurut, aku menunggu dia berbicara lagi. Tak lama setelah aku menunggu dia berbicara, "dokter boleh aku minta bantuanmu?"

"tentu saja, ada apa?"

"aku ingin dokter memberikan surat-surat ini pada sahabat-sahabatku atau dokter bisa memberikannya pada keluargaku, bilang saja kalau surat-surat ini khusus untuk orang-orang tersayangku"

"kenapa tidak kamu berikan surat ini sendiri?"

"aku takut ketika malaikat maut menjemputku, aku belum memberikan surat-surat ini pada mereka yang aku sayang. Dokter, aku hanya minta bantuanmu sedikit saja, bisakan?"

"iya tentu saja"

"terima kasih" jawabnya dengan senyuman yang ada di wajahnya, sunggu aku benar-benar kagum pada sahabatmu. Walaupun dia tahu kalau umurnya tidak akan lama lagi, tapi tetap saja dia masih bisa tersenyum walau ada rasa sakit yang dia pendam. Dia mencoba untuk membuatku tidak khawatir, dengan menyembunyikan rasa sakitnya dariku, sebenarnya aku tahu kalau Maya masih ingin berapa di dunia ini, secara siapa sih yang mau meninggalkan dunia inikan.

"Maya, boleh aku bertanya sesuatu?"

"tentu saja" lagi-lagi senyuman itu tidak lepas dari wajahnya yang cantik.

"bagaimana kamu bisa tersenyum ketika mengetahui bahwa umurmu sudah tidak akan lama lagi"

"dokter, aku hanya ingin membuat semua orang tersenyum dengan senyumanku, di saat-saat terkahirku ini. Aku tahu pasti ayah, bunda, dan bang Ali akan datang kerumah sakit ini, aku juga tahu kalau ibu panti dan anak-anak panti akan datang, itu alasan kenapa aku masih bisa tersenyum, aku hanya ingin memikirkan saat-saat bahagia ketika aku belum berada di posisi ini. Jika aku bersedih tentu aku tidak akan bisa mengigat hal-hal bahagai itu .... nanti malah aku akan mengingat malaikat maut yang akan menjemputku, hehehe" mendengar ucapannya aku tersenyum, belum pernah aku menemukan seseorang sepertinya, dia saat-saat terkahirnya dia malah memikirkan orang lain, sunggu aku bangga padanya.

"tapi May, kamu enggak ada rasa sedih gitu, walau sedikit?"

"rasa sedih tentu pasti ada, karena aku akan berpisah dengan keluarga yang menyayagiku, berpisha dengan ibu dan anak anak panti yang selalu menunggu kedatanganku diPanti tempat kami bertemu, berpisah dengan sahabat-sahabatku yang selalu ada bersama denganku, dan aku juga akan berpisah dengan dokter yang baik sepertimu. Padahal kita baru saja bertemukan, hihihihi." sungguh aku tidak kuat mendengar apa yang dia katakan, ingin rasanya meneteskan air mata, tapi aku takut kalau nanti dia akan bersedih.

"Bill, ini beberapa surat untuk orang-orang yang Maya sayang, semua nama-namanya sudah Maya tulis di atas surat ini, tugasku sudah selesai, sekarang giliranmu. Bagikan surat ini"

"terima kasih, aku akan menjalankan tugasku. Gibran ... Maya itu sahabat terbaikku, terima kasih karen kamu sudah menjaga dan merawatnya sejauh ini"

"ini memang kewajibanku sebagai seorang dokter" setelah Gibran mengatakan hal itu, langsungku arahkan kepalaku pada mobil jenazah yang berisi jenazah dari sahabatku Maya.

"kita akan pulang bersama May, aku akan semobil lagi denganmu, tidak perlu risau karena aku akan selalu ada untukmu." aku berkata dengan air mata yang berlinang di pipiku. Mendengar perkataanku, Gibran memegang pundakku sambil berkata "bersabarlah ini saat untukmu dan Maya di pisahkan, akan ada masanya ketika kalian di pertemukan lagi. Anggap ini cobaan dari Allah, kalian sedang di uji, seberapa besar persahabatan kalian, apakah kalian mampu untuk melewatinya sampai nantinya kalian akan di pertemukan di syurganya Allah."

"Gibran, sekali lagi aku berterima kasih kerena kata-katamu yang barusan sudah membuatku menjadi sedikit lebih tenang:')"

"tidak masalah Maya itukan temanku juga:'). Oh iya, ingat yah Billa kalian hanya sedang di jauhkan, bukan di pisahkan" aku hanya menganggukan kepalaku untuk memebalas kata-katanya.

  Akhirnya May, kita semobil lagi yah. Enggak sabar aku mau pulang kerumahmu, aku kangen runahmu May. Lagi pun benar kata Gibran, kalau kita hanya sedang di jauhkan bukan di pisahkan.

Hari itu aku sampai dirumah sahabatku yang sudah tidak lagi bernyawa. Ketadatangan kami dirumah Maya sudah sangat sore, jam menunjukan pukul 07.30.
Kata bunda, Maya akan di kuburkan besok pagi. Membayangkan kalau tidak ada Maya di hidupku, rasanya pasti sepi. Ya ampun Maya, kenapa kamu cepet banget perginya, kenapa enggak bilang aku, kalau bilang akukan aku bisa ikut denganmu:'(.
.
.
.

Selamat tinggal sabahat tercintaku, Maya.
Tunggu aku disana yah, aku akan datang.

.
.
Ig: @aisyahnnurr
Akun ke2 : @aisyannur

Hai guys gimana part yang ini ydah bikin nyesek ngak? Hehehe.
Oh iya aku punya dua akun, yang ke dua namanya aisyannur kalian bisa liat di akun keduaku yah. Diasana ada cerita baru. Buat kalian yg panasaran langsung aja ke akun ku yang ke2.

Ok deh bye bye see you next part.

Cinta Dalam Diam (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang