Dia Marah

72 7 2
                                    

Dan yeah...saya update lagi kawan-kawan. Ini saya juga heran kenapa ide tuh muncul pas ditengah-tengah saya lagi belajar buat uas besok. Bayangkan gaesss....Gila kan saya menduakan buku.

So, setelah ini please...komen ya 😁

---
Happy Reading 😍😘

Kalau cinta pertama itu tidak pernah berhasil, haruskah aku jatuh cinta lagi padamu agar aku menang?

---Byun Baekhyun---











Rasanya sangat panas meski di luar sedang turun salju. Bahkan Baekhyun telah membuka mantelnya, tetap saja ia masih merasa kepanasan. Haruskah saat ini juga ia mengeluarkan angin hingga si Mark juga bisa sekalian melayang dan terhempas? Baiklah, nyatanya Baekhyun hanya bisa berfantasi ria.

Baekhyun lelah terus merasa Rye Hyun tidak nyaman dengan tatapannya. Tapi Baekhyun sungguh tidak akan meninggalkan tempat sebelum makanannya habis. Mana tega ia membiarkan makanan enak seperti sekarang ini terbuang begitu saja. Dan Baekhyun tidak bisa memandang ke arah lain sementara gadis yang membuatnya gelisah tengah bermesraan dengan kekasihnya.

Sebenarnya harus berapa kali Baekhyun membuat pikirannya sadar bahwa Rye Hyun telah dimiliki orang lain? Tidak mudah baginya sadar akan kenyataan. Lagi dan lagi Baekhyun lemah dengan hal itu.

"Rye Hyun akan tinggal bersama Mark nanti di Amerika, kau setuju kan Suho?" tanya perempuan paruh baya yang mana adalah ibu dari Mark.

Baekhyun merasa Rye Hyun meliriknya sekilas kemudian kembali melengos ke arah lain. Jika saja makanannya telah habis, Baekhyun akan memilih pergi. Andai saja ia bisa menghilang saat ini juga.

Suho tersenyum hangat menatap Ibu Mark.
"Tentu saja Nyonya Clara. Adikku pasti sangat senang."

"Aku sangat bahagia Rye Hyun menerima lamaran ini. Oh, dan aku sudah memilihkan desain undangan, gaun pengantin dan gedung pestanya."

Clara meraih telapak tangan Rye Hyun dan mengelusnya penuh kasih sayang. Sudah sejak lama Clara menantikan saat ini. Ia sangat peduli pada Rye Hyun karena ingin sekali memiliki anak perempuan yang cantik dan baik hati seperti gadis itu, dan ternyata kini Tuhan terbaik hati mengabulkan permintaannya. Rye Hyun akan menjadi menantunya dalam waktu dekat.

"Rye Hyun bilang saja sama Mommy kalau ada yang kurang atau tidak suka ya? Mommy sangat bahagia Rye Hyun."

"Mommy?" ulang Rye Hyun. Mendengar ia akan memanggil ibu Mark dengan sebutan Mommy, lagi-lagi membuat Rye Hyun harus melirik Baekhyun sekilas. Pria itu membalas tatapannya juga tapi hanya bertahan hingga tiga detik kemudian Rye Hyun kembali menatap ibu Mark.

"Aku menyukai apapun pilihan Mommy. Gomawo..." ucap Rye Hyun.

"Andai suamiku ikut ke sini dia pasti akan sangat bahagia. Aku sudah tidak sabar melihat kalian menikah."

Mark merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah kalung. Ia menyodorkan di depan wajah Rye Hyun. Gadis itu sedikit terkejut melihatnya. Kalung itu sangat indah dengan bandul inisial huruf 'M' berwarna silver.

"Ini membuktikan kau adalah milikku sekarang."

"Mendekatlah biar aku pakaikan."

Gadis itu mendekat ke arah Mark dan mengangkat rambutnya agar Mark mudah memasangkannya di lehernya. Baekhyun yang merasa udara makin panas memberanikan diri berdiri dan suara kursi yang terdorong ke belakang membuat orang-orang yang ada di meja tersebut memandang ke arahnya.
"Aku permisi ke toilet sebentar." ucapnya.

"Rye Hyun-ku makin cantik dengan kalung itu. Kau pintar memilihkannya Mark. Benar kan Jinyoung? Noona mu tambah cantik?" Irene menoleh ke arah Jinyoung yang menampilkan ekspresi lain. Ekspresi bahagia namun takut kehilangan. Ia pasti akan merasa sepi tanpa Rye Hyun. Jinyoung senang dengan pernikahan Rye Hyun dan Mark, tentu saja. Mark adalah pria yang baik dan pasti akan membuat kakaknya bahagia. Tapi, ia masih tidak rela bila harus berpisah dari Rye Hyun.

My Flower King [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang