Terkoyak Masa

63 7 0
                                    

Aku sakit jika mendengarmu menangis. Aku tetap sakit melihat kau bahagia tapi bukan karena aku.

---Byun Baekhyun---









Chanyeol memandangi wajahnya di depan cermin besar di dalam kamar barunya. Ia kini menempati kamar Baekhyun dulu. Rasanya sangat luar biasa saat semua ambisi dapat dengan mudah diwujudkan. Peduli setan dengan kasih sayang kekeluargaan, Chanyeol bahkan sudah tidak menganggap dirinya adalah bagian dari keluarga kerajaan Byun.

Tangan besarnya menyentuh beberapa pusaka kebesaran Baekhyun yang tersimpan sangat apik di dalam lemari kaca transparan. Ada satu yang membuat Chanyeol tertarik. Sebuah busur panah berwarna emas dengan ukiran bunga sakura diambilnya. Masih sangat melekat di ingatan Chanyeol bahwa busur itu adalah buatan ayahnya sendiri khusus untuk diberikan pada Baekhyun sebagai hadiah ulang tahun.

Park Tae Joo tengah mengukir sesuatu hingga tidak menyadari kedatangan putra kecilnya datang menghampiri.

"Appa, sedang apa?"

"Chanyeol, putraku, appa sedang menyiapkan kado untuk pangeran Byun."

"Benarkah?"

Chanyeol memperhatikan raut wajah ayahnya yang begitu bahagia karena ulang tahun Baekhyun.

"Boleh aku saja yang menyerahkannya pada Pangeran Byun, Appa?"

"Tentu saja. Chanyeol bantu Appa menyelesaikannya ya."

"Baik, Appa."

Andai saja saat itu Chanyeol berhasil menghentikan ayahnya yang akan diutus pergi memimpin perang, pasti ia masih bisa melihat wajahnya. Chanyeol juga pasti masih bisa berkeluh kesah tanpa beban persaingan dan balas dendam ini. Beban berat yang tengah dipikulnya membuat perasaan sesak dan hampa bercampur menjadi satu. Chanyeol seolah lupa pada caranya tersenyum tulus pada Baekhyun, Chanyeol lupa caranya hormat dengan tulus pada Zico, Chanyeol lupa semua itu dan hanya mengingat soal kehancuran.

Dapat Chanyeol rasakan kehangatan tangan ayahnya dari setiap ukiran sakura pada busur emas tersebut. Bila saja tahu akan begini jadinya, Chanyeol lebih baik membuang busur tersebut daripada menyerahkannya pada Baekhyun.

"Baginda, Anda ditunggu oleh seluruh menteri di singgasana." lapor seorang yang berjaga di depan pintu kamarnya. Chanyeol mengembalikkan busur panahnya ke tempat semula lalu melangkah keluar kamar dengan diikuti beberapa dayang dan pengawal.

Zico menundukkan kepalanya menghadap Chanyeol saat sudah duduk di atas singgasananya.

"Kenapa, Paman?" tanya Chanyeol berusaha simpati di depan Zico.

"Ini permintaan terakhirku, setelah ini aku tidak akan meminta apa-apa lagi, Chanyeol---"

"Ah, Paman. Apapun permintaanmu akan aku pertimbangkan. Kau lah yang sudah menjadikan aku raja saat ini. Ini adalah balasanku untukmu, jangan berkata ini permintaan terakhir."

Chanyeol menyeringai sekilas dengan senyum penuh arti miliknya. Meskipun ini memang akan jadi yang terakhir bagimu, pamanku---batin Chanyeol.

"Ini soal Baekhyun. Izinkan dia pergi menemui gadis Bumi itu sehari saja, Chanyeol."

Sungguh merepotkan permintaan si tua ini, Chanyeol rasanya ingin sekarang juga menghunuskan pedangnya di leher Zico. Tapi, banyak para menteri menyaksikannya. Jadi, Chanyeol mengangguk setuju.

"Hanya sehari, setelah itu Baekhyun harus kembali ke jeruji dosa."












----












My Flower King [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang