"Dara, kenapa di kedua kakimu ada begitu banyak lebam?!" Elang mendongak, tatapannya bertemu dengan mata Dara.
Dara kenal wajah itu. Marah dan Khawatir. Dan kini, tubuh Dara yang kian menegang. Ia benar benar rindu lelaki itu.
Elang memperhatikan lagi warna warna biru yang banyak muncul di kaki gadis itu. "Lo dipukul sama lelaki tadi?" Elang kembali mendongak dan matanya bertemu dengan mata Dara yang menatapnya juga.
Dara menggeleng, "Nggak. Kamu datang tepat waktu, Elang"
"Terus ini kenapa? Jangan bohong" Dara tau Elang sedang serius, terlihat dari wajahnya yang terlihat khawatir.
"Tidak apa apa. Aku memang sering begitu kalau kelelahan" Dara tersenyum, berusaha mencairkan suasana dengan Elang. Ia tidak tahan ditatap oleh Elang dengan intens dan serius.
Elang mengernyit, tak menjawab perkataan Dara dan kembali memasangkan perban yang memang ia ingin pasang di kaki perempuan itu.
"Kalau lo kelelahan. Gue bisa anter lo pulang habis ini" Ucap Elang lirih, dan Dara terus saja menatap Elang yang masih serius melilit perban pada kakinya.
"Kita ke hotel saja"
Ctak. Elang selesai melilitkan perban pada gadis di depannya, dan matanya mendongak menatap Dara. Apa yang baru saja gadis ini ucapkan?
Apa?! Setan dalam diri Elang meraung senang, berharap itu bukan salah pendengaran.
"Untuk apa ke Hotel?" tanya Elang menyelidik. Berusaha meneliti ekspresi Dara, gadis ini tidak liar kan?!
"Untuk tidur" jawab Dara polos, tidak menyadari perbedaan maksud antara dirinya dan Elang. Elang menatap Dara semakin intens, dadanya berdebar.
"Tidur?"
Dara mengangguk lagi, masih tidak mengerti pertanyaan Elang yang sesungguhnya.
Elang terdiam, Dara melihat ekspresi lelaki itu yang gugup dan nampak berpikir, membuat Dara gemas.
"Bercinta?"
Mata Dara melebar, pipinya memerah. Dadanya tiba tiba berdebar karena pertanyaan frontal yang diucapkan lelaki itu baru saja.
"Tidak, Elang... bukan itu. M-maksudku aku akan tidur saja di Hotel. Tidur.. T-tidur yang bermimpi... bukan.. aku dan kamu.. harus melak~~~"
"Oke oke stop" Ujar Elang dengan senyum tipis di ujung bibirnya. Elang jamin, jika Dara meneruskan ucapannya.. maka gadis itu akan menjelaskan apa yang orang bercinta lakukan dengan wajah polosnya.
"Maaf, gue salah pengartian. Gue lupa ini di Indonesia"
Pipi Dara tetap saja memerah, Dadanya berdebar karena topik pembahasan yang muncul ke permukaan begitu memalukan.
Kenapa Elang bahkan berpikir bahwa kita bisa saja bercinta sekarang?!
"Oke, lo tadi sebut kata 'Kita' saat ke Hotel. Dan ya, sorry.. tapi jika itu diucapkan oleh gadis London... itu artinya mereka mengajakku bercinta, Dara" Elang mencoba menjelaskan mengapa ia salah mengira apa maksud Dara. Ia tidak mau Dara berpikir pikirannya menyimpang atau apa... tapi ia benar benar masih terbawa budaya yang ada di London, Inggris.
KAMU SEDANG MEMBACA
Should I say that I Love You again?
RomanceShould I Say That I Love You again? (Elang Dan Dara series 2 ) 11 years passed... Kadang, tak sepenuhnya kisah berakhir disatu masa. Ada yang ingin terus berjalan, untuk menyusun tubuh rindunya. Kepada kisah adam dan hawa yang telah kandas beberap...