Elang membuka jendela mobilnya, menghirup sejuk udara yang sudah lama tak pernah dirinya nikmati. Ya, kampung halamannya. Tempat dirinya dibesarkan hingga berumur 18 tahun, tempat dirinya merasakan pertumbuhan dan juga kisah cinta. Tentu saja, Bandung.
Tempat pertama yang Elang tuju adalah tempat peristirahatan terakhir Ibunya. Rasanya sudah sangat lama dirinya tidak melihat dan menjenguk ibu yang sangat disayanginya. Elang turun dari mobilnya, dengan membawa sekantong besar berisi bunga mawar merah dan juga satu galon kecil air.
Jantungnya berdebar, ini adalah pertama kali sejak bertahun tahun ia pergi ke London. Pertemuan yang terasa akan menjadi pertemuan langsung, meskipun nyatanya hanya pertemuan dengan simbolik jasadnya yang telah lama tiada.
Elang tersenyum semangat, ia bersiap untuk membicarakan banyak hal dan berdoa untuk perempuan tersayangnya itu. Terakhir kali ia ke Bandung, dirinya tidak sempat ke makam ibunya karena terlalu sibuk dengan Dara.
Elang menghentikan langkahnya, dalam hati terheran karena makam Ibunya itu benar benar sangat bersih dan terawat. Apa Ayah ngirim orang buat ngurusin makam Mama ya?
Elang mengedikkan bahunya kecil, tidak ingin ambil pusing. Justru malah baik jika makam Ibunya itu terlihat bersih dan terawat meskipun menjadi tanda tanya besar alasannya. Bukan tanpa alasan, namun keluarga Elang memutuskan pindah ke Jakarta saat Kenno dan Kenia masih kecil dan Elang pergi ke London.
Jadi mestinya, makam itu tidak sebersih dan se-terawat itu kan?
Elang menaburkan segelimpang bunga mawar yang ia beli begitu banyaknya, merapikan 10 bunga mawar di bagian batu nisan Ibunya, tak lupa juga Elang menyiraminya dan dilanjutkan dengan doa.
Elang terdiam cukup lama, memandang batu nisan Ibunya. Dalam hati, Elang hanya ingin menyampaikan bahwa kini ia menjadi seseorang yang telah dewasa, ia menyatakan bahwa dirinya merindukan Ibunya meskipun dalam lubuk hatinya telah ikhlas.
Mama, sekarang Elang harus apa?
Air mata bergulir di pipi Elang. Kenangan dimana Ibunya memberi kasih dan sayang padanya dulu kini berputar di imajinya.
Mama, maafin Elang karena Elang cinta dengan perempuan yang seharusnya nggak boleh Elang suka.
Kalau Elang mau dia, bukan berarti Elang nggak sayang lagi sama Mama kan?
Elang mengatakannya dalam hati dengan penuh emosi, ia bukan anak kecil namun dirinya terus mencari pembenaran dalam hal ini kepada Ibunya. Elang ingin ibunya mengatakan bahwa tidak apa apa untuknya mencintai perempuan yang tidak seharusnya.
Elang menghapus air matanya, didepan makam Ibunya hari ini, ia merasa kembali seperti anak kecil yang tetap menginginkan nasihat dan kasih seorang Ibu.
"Mama, maafin Elang" Elang mengucapkannya dengan sangat lirih, bahkan hampir tidak mau keluar dari kerongkongannya. "Semoga tempat terindah Tuhan diperuntukkan untuk Mama" Ujar Elang dengan penuh ketulusan dalam hati.
Elang tau Ibunya meninggal dengan tidak sepantasnya, namun semua juga telah terjadi dan merupakan takdir Tuhan.
Elang menghela napasnya pelan kemudian bangkit dari Nisan Ibunya. Dalam hati menekankan bahwa dirinya mencintai Ibunya lebih dari apapun meskipun dirinya bersalah dengan menyukai wanita yang tidak seharusnya.
Ya, Elang sudah memantapkan hati. Dirinya tidak boleh goyah lagi.
*****
Satu tempat yang pertama kali didatangi Elang untuk bernostalgia adalah warung Pak Jo. Dulu dirinya pernah mengajak Dara sekali kesana sebelum berpacaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Should I say that I Love You again?
RomantizmShould I Say That I Love You again? (Elang Dan Dara series 2 ) 11 years passed... Kadang, tak sepenuhnya kisah berakhir disatu masa. Ada yang ingin terus berjalan, untuk menyusun tubuh rindunya. Kepada kisah adam dan hawa yang telah kandas beberap...